All Chapters of Istri Lugu Presdir Dingin: Chapter 331 - Chapter 340
480 Chapters
Bab 334
"Kiara?" Kiara pun menoleh saat mendengar namanya di sebutkan, hingga dia pun melihat Nia yang berjalan ke arahnya."Ibu, ada yang bisa, Kiara bantu? Dila, sedang tidur, Bu. Katanya ngantuk banget, lagian kasihan kalau harus di paksa belajar dengan keadaan mengantuk," kata Kiara dengan panjang lebar.Nia pun tersenyum saat mendengar ucapan Kiara barusan, rasanya penjelasan Kiara terlalu panjang.Bahkan sebenarnya dia tidak bertanya sama sekali tentang Dila.Akhirnya Nia pun ikut duduk di samping Kiara, "Saya, tidak bertanya tentang, Dila. Saya lihat kamu ngelamun terus, ada apa?" tanya Nia.Kiara pun tersenyum sambil melihat gelas berisi mineral di hadapannya, dia kini berada di dapur.Tepatnya duduk di kursi meja makan dengan sejuta pikiran yang memenuhi benaknya."Kamu memikirkan, Barra?" tebak Nia.Kiara pun menoleh pada Nia, tapi dia hanya diam saja seakan larut dalam pikirannya yang memang begitu jauh."Saya mengerti dengan keadaan kamu, tapi anggap saja ini sebuah ujian. Lagi p
Read more
Bab 335
"Ke kamar, Barra. Karena, aku tahu kamar, Barra jauh lebih luas dari pada kamar mu. Kamar, Barra juga berada di lantai dua. Aku pikir lebih baik kamu yang pindah ke kamar, Barra," jelas Nia sambil terus menarik lengan Asih."Sayang, kamu mau ke mana?"Nia pun terpaksa harus menghentikan langkah kakinya saat mendengar suara suaminya, tepat saat dia berada di ujung anak tangga."Nia, mau nganter, Asih ke kamar, Barra. Karena, mereka tidur di masing-masing kamar, aneh, 'kan, Mas?" tanya Nia."Oh, begitu," Dion pun mengerti dengan maksud dari istrinya tersebut."Mas, juga ikutan, yuk.""Iya."Nia pun kembali melanjutkan langkah kakinya, tangannya masih memegang lengan Asih yang artinya, Asih juga harus ikut melangkah saat dia melangkah kembali.Sedangkan Dion hanya mengikuti dari belakang, karena apa?Karena, dia juga tak ingin tidur di luar seperti yang dikatakan oleh istrinya pagi tadi.Semoga juga istrinya itu sudah lupa dengan apa yang dia katakan saat itu.Tok tok tok!Nia langsung m
Read more
Bab 336
"Kamu tidak nyaman?" tanya Barra saat melihat Asih hanya bersandar pada daun pintu yang sudah tertutup rapat.Asih memang sedang tidak baik-baik saja saat ini, bahkan untuk sekedar menghirup udara saja dia merasa sulit.Sesak rasanya di dada saat udara pun tak ingin dia hirup untuk bisa tetap bernafas.Sedangkan untuk keluar dari kamar itu pun rasanya sangat tidak mungkin dan untuk tetap berada di sana pun menyulitkan sekali."Ayo istirahat, kamu belum kuat terlalu lama berdiri," kata Barra lagi.Asih pun menganggukkan kepalanya, kemudian duduk di sisi ranjang.Percayalah saat ini dirinya sendiri bingung harus bagaimana.Kenapa juga dia mendadak menjadi begitu tegang, tidak.Asih tidak begini.Dia adalah wanita yang kuat, keras kepala, serta tidak mudah untuk tunduk pada siapapun itu. Tapi, bagaimana dengan kali ini?"Asih," Barra menaikan sedikit nada bicaranya, karena Asih tampaknya hanya diam tanpa merebahkan tubuhnya sama sekali."Aku boleh tidur di sini?" tanya Asih dengan suara
Read more
Bab 337
Rasanya sangat luar biasa, awalnya merasa sangat dingin. Namun, sepertinya kini udara berubah menjadi panas.Karena apa?Apakah karena suhu AC sudah normal?Tentu tidak, melainkan itu karena Asih kini berada dalam pelukan hangatnya Barra.Yang justru bukannya membuat dirinya bisa tidur malah sebaliknya, ini sangat luar biasa sekali bukan?Rasanya itu seperti sedang berada di dalam ruangan sempit, tanpa udara dan tanpa cahaya sama sekali.Mengerikan!"Kamu nggak nyaman?" tanya Barra.Barra merasa Asih seperti berbeda sekali, bahkan wanita itu sepertinya malah merasa sesak."Aku......." Asih pun terdiam dia bingung harus mengatakan apa pada Barra.Lagi pula mengapa bisa udara begitu dingin, belum lagi Barra yang justru malah memutuskan untuk memeluknya.Hey, Asih semakin sesak nafas. Apakah pria itu tak tahu?"Ya, apa? Kamu butuh sesuatu?" tanya Barra lagi, karena tampaknya Asih ingin mengatakan sesuatu, tetapi tidak bisa."Aku lapar," kata Asih.Ya ampun Asih, bukan itu yang sebenarnya
Read more
Bab 338
"Semalam ada yang cemburu kayaknya," kata Kiara yang kini tengah duduk di kursi meja makan.Pagi ini Kiara disibukkan dengan mengurus segala keperluan Dila, karena semua pekerjaan itu kini benar-benar sudah berpindah tangan pada Kiara.Nia kasihan pada Asih yang sedang hamil muda, dia dapat merasakan seperti apa melelahkannya dengan keadaan seperti itu dan harus mengurus anak kecil sekaligus.Sungguh itu bukan hal mudah, apa lagi untuk kehamilan pertama.Hingga keputusan tepat adalah menyerahkan pekerjaan itu pada Kiara saja.Kemudian selesai dengan mengurus Dila, bahkan mengantarkan ke sekolah kini dirinya duduk kembali di kursi meja makan untuk sarapan paginya.Sedangkan Dion dan Barra sudah berangkat ke kantor pagi-pagi sekali. Bahkan Asih sendiri tidak tahu kapan Barra berangkat bekerja, sehingga kini di meja makan hanya ada Nia, Kiara dan Asih.Asih yang terlambat bangun pagi ini, karena semalam tidak bisa tidur.Bayangkan saja selama malam menjelma Barra terus saja memeluknya, b
Read more
Bab 339
Jarum jam sepertinya sangat lama berpindah dari tempatnya, padahal dari tadi Asih terus saja melihat jam yang terpasang di dinding kamarnya.Dia merasa waktu siang sangat lama sekali tiba, karena sudah tak sabar untuk segera pergi bersama dengan Barra.Sialan memang, mengapa dia menjadi seperti ini? Asih pun menyadari keanehan dirinya yang sangat jauh berbeda dari sebelumnya, dan semuanya beralasan karena seorang pria yang dulunya sangat dia benci.Bahkan seperti seorang perawan yang tengah mabuk kasmaran saja, rasanya ini sangat diluar logika.Hingga dia pun segera menuju kamar mandi, memilih untuk mandi kemudian memilih pakaian yang menurutnya paling bagus dan paling cocok untuk dia pakai.Walaupun masih harus menunggu sampai waktu siang.Namun, layaknya wanita yang tengah dimabuk asmara. Asih merasa pakaiannya tidak ada yang benar, semuanya sangat tidak bagus sama sekali.Hingga wajahnya pun tampak murung sambil terus menatap pakaiannya."Aku pakai yang mana, coba? Nggak ada yang
Read more
Bab 340
"Kamu sedang memikirkan sesuatu?" tanya Barra sesekali melirik Asih duduk di sampingnya.Asih pun menggelengkan kepalanya, rasanya untuk berbicara saja bibirnya terlalu berat.Ada apa?Ada getaran di dada yang tak kunjung mereda, setelah mendengarkan kalimat manis yang terucap dari bibir Barra.Dia bahkan baru tahu jika Barra bisa berucap dengan begitu manisnya."Kita sudah sampai."Asih pun melihat sekiranya, tampak sebuah restoran di hadapannya.Restoran yang cukup mewah dan sepertinya akan menjadi tempat makan siang mereka berdua.Saat tangannya bergerak untuk membuka pintu, tiba-tiba saja Barra menahannya."Ada apa?" tanya Asih bingung."Biar, aku saja yang membukanya."Asih pun mengurungkan niatnya untuk membuka pintu mobil, dia hanya diam sambil melihat Barra yang duluan turun dari mobil.Kemudian setelah itu membukakan pintu mobil untuk dirinya.Waw, sungguh luar biasa meskipun hanya sebuah perlakukan yang sederhana."Terima kasih," Asih pun perlahan turun dari mobil rasanya sep
Read more
Bab 341
Setelah itu kini rasanya lebih menegangkan, ada rasa malu yang dirasakan oleh Asih.Ya, dia menyadari apa yang barusan dia lakukan. Pasrah saat Barra menarik tengkuknya.Kenapa bisa dia menjadi seperti ini?Merespon dengan baik saat-saat yang paling menegangkan itu."Ayo turun."Asih pun melihat Barra yang sudah membukakan pintu untuknya, dia pun tersadar ternyata mereka sudah sampai di tempat tujuan.Seorang penjual rujak di sisi jalan seperti apa yang diinginkan oleh seorang Asih.Kenapa bisa dia tidak menyadarinya, bahkan sampai Barra sudah membukakan pintu untuknya saat ini, ataupun mungkin karena terlalu larut dalam pikirannya yang sungguh menguras tenaga.Akhirnya Asih pun turun setelah itu keduanya pun duduk di kursi sambil menunggu rujak pesanan mereka tiba.Tanpa ada kata yang keluar dari mulut keduanya sama sekali, ada apa?Mungkin masih merasa malu setelah kejadian di lampu merah tadi.Hingga kini keduanya pun sudah mulai menikmati rujak yang sepertinya cukup membuat Asih t
Read more
Bab 342
"Aku serius," kata Barra lagi.Asih pun akhirnya selesai makan dia pun kini menatap wajah Barra yang lagi-lagi membuat dadanya berdegup kencang."Wah, ini wanita yang meminta tanggung jawab itu, kan?" ucap seorang wanita yang tiba-tiba saja muncul di hadapan Asih dan juga Barra.Asih dan juga Barra pun melihat wanita tersebut, ternyata itu adalah Fera yang tak lain adalah Ibu dari Sandi.Wajah wanita itu tampaknya hanya menunjukkan kebencian mendalam terhadap Asih, seketika matanya pun melihat perut Asih."Hey, kau juga bisa terjebak dalam kebusukan hati wanita ini. Dia bisa menjadikan mu kambing hitam!" papar Fera pada Barra.Asih pun menunduk dia sangat malu sekali saat mendengarkan seorang wanita yang menuduhnya tanpa belas kasih.Tanpa dasar yang jelas, bahkan tanpa ingin mencari tahu kenyataannya sebenarnya."Dia ini hamil entah anak laki-laki yang mana, tapi dia meminta tanggung jawab pada putraku. Dia ini wanita murahan, suka tidur dengan pria mana saja, aku hanya mengingatkan
Read more
Bab 343
Setelah kejadian tadi kini wajah Asih benar-benar berubah menjadi murung, sepertinya pikiran wanita itu benar-benar kacau seketika.Tidak lagi ada senyum manis seperti sebelumnya, bahkan dia juga mendadak bertanya-tanya apakah Barra benar-benar yakin jika anak di rahimnya adalah anaknya.Asih tak mau seseorang bertahan dengan dirinya karena sebuah keterpaksaan saja.Tapi dia juga bingung hal apa yang membuat Barra memilih untuk tetap bertahan dalam pernikahan ini, apakah karena Tias?Karena dia adalah anak yang berbakti pada Bundanya, dan semata-mata hanya untuk Bundanya saja?Ini sangat membingungkan."Kamu masih memikirkan ucapan wanita tadi?" tanya Barra sambil terus saja melihat jalanan.Hanya saja dia merasa Asih sudah jauh berbeda dengan sebelumnya.Dia yakin penyebabnya adalah Fera, karena hanya wanita itu yang barusan mereka temui tanpa sengaja, ucapan wanita itu memanglah sangat tajam. Lebih tajam dari belati sekalipun.Padahal seharusnya tidak sewajarnya seorang wanita yang
Read more
PREV
1
...
3233343536
...
48
DMCA.com Protection Status