All Chapters of Kuminta Mahar 5 Milyar dari Calon Suamiku yang Sombong: Chapter 11 - Chapter 20

71 Chapters

Bab 11 Dijodohkan

Pov Bang Jali.Gara-gara mahar lima milyar, yang diajukan oleh Rani, aku jadi gagal menikah. Bukan hanya gagal saja. Tapi malunya luar biasa.Setiap ada yang bertanya, kapan pernikahannya digelar, maka aku akan mengatakannya gagal. Mereka semua yang mendengar hanya tertawa. Tak ada yang simpati satu orang pun padaku. Aku sangat dendam pada Rani. Pokoknya, harus bisa mencari pengganti yang lebih dari dia. Emang dia pikir, dia siapa. Menolak secara halus Jali Si guru PNS, yang sudah terjamin masa depannya. Hanya buruh pabrik aja sombongnya luar biasa.Apa susahnya, sih menuruti apa kata suami jika sudah menikah nanti? Kan dia juga yang bakal untung karena nantinya akan masuk surga.Sekarang ini, banyak sekali wanita durhaka pada suaminya. Selalu aja membangkang dengan yang diperintahkan oleh suami."Memangnya, apa alasan Rani minta mahar sebesar itu?" tanya Pak Tanto, guru olahraga. Hari ini, jam istirahat sekolah. Dan kami sedang duduk santai di dalam kantor.Guru satu ini, juga sudah
last updateLast Updated : 2022-09-26
Read more

Bab 12 Rebutan Daging

Acara lamaran Putri pun tiba. Aku sudah dandan secetar mungkin. Biar nggak dikatain pucat karena menghadiri lamaran mantan. Maklum, di sana isinya banyak orang-orang julid. Jadi harus bisa terlihat wah. Biar mereka nggak bisa menghina. "Ayo kita berangkat, Ti," ajakku, pada Murti yang juga sudah siap. Semua gadis di desa ini diundang oleh Putri dan Bu Samini. Alasannya agar ada yang mendampingi Putri. Padahal kami tau, jika tujuan mereka hanya untuk pamer mantu."Walah, cantik banget toh, Ran! Nanti Bang PNS, malah gagal move on, dan pokusnya sama kamu lagi! Nggak fokus sama calonnya," goda Murti yang juga udah berdandan kayak bintang pantura."Ck! Biar mereka semua tau. Kalau aku itu, udah move on. Nanti kalau pucet, apa kata dunia? Udah yukk, jalan. Keburu ketinggalan."***Aku dan Murti duduk berdampingan dengan calon pengantin wanita. Ini semua adalah ide Bi Atun. Katanya, biar semakin tegar menghadapi kenyataan. Begini kalau ada manusia julid. Maunya menyiksa. Padahal aku biasa
last updateLast Updated : 2022-09-26
Read more

Bab 13 Salah Baca Doa

"Makanya, udah tua jangan ngeyel. Itu lah suka mengambil hak orang. Jadi kena batunya kan! Pilih-pilih, akhirnya kepilih!" celetuk Murti masih tertawa.Semua orang yang melihat kami juga tertawa. Apalagi saat melihat, gigi ompong ibu Bang Jali."Kamu itu, ada orang tua kena musibah malah diketawain. Kuwalat, baru tahu rasa!" omel Ibu Bang Jali sambil memakai gigi palsunya kembali.Padahal, Putri juga ikut menertawakannya. Tapi hanya Murti yang kena tegur, karena psti dia tak menyukai kami."Makanya, Bu. Udah tua itu tobat! Jangan maunya menang sendiri. Ini loh, bukti kalau sampean langsung ditegur Tuhan karena udah semena-mena sama yang lebih muda. Nggak anak muda aja yang bisa kuwalat, wong tuo juga bisa," ucap Murti mengingatkan. Namanya juga orang tua, pasti nggak pernah mau mengalah dan merasa salah. Ya, orang tua selalu benar dan anak muda selalu salah. itu lah yang selalu terjadi."Nggak usah ceramah, anak kecil! Ini semua gara-gara kamu yang mau ngerjain aku, kan!" tuduhnya.U
last updateLast Updated : 2022-09-26
Read more

Bab 14

"Kenapa sepeda motornya didorong, Nak? Itu, rok juga kenapa dicincing? Apa kebanjiran tadi di jalan?" tanya ibu yang sedang menungguku di teras.Murti udah pulang ke rumahnya, karena tadi dia ngompol di celana, saking takutnya."Tadi mati, pas di bambuan, Bu. Banjir dari mana. Nggak ada hujan nggak ada angin kok bisa banjir." jawabku megap-megap mengatur napas.Kalau aja tadi nggak jumpa hantu, mungkin setengah jam kami baru sampai rumah karena motor mogok ini. Karena hantu itu, secepat kilat, tiga menit kami langsung sampai."Siapa tau hujan dan banjir lokal, Nduk.""Masih satu kampung loh, Bu. Gimana ceritanya banjir lokal?""Ya, siapa tau kan, keajaiban Tuhan. Terus, kok bisa mati motormu itu? Apa nggak kamu kasih perawatan selama ini?" tanya ibu, melihat motor tak menyala."Dikasih kok, Bu. Kemarin aja baru kubelikan skincare biar glowing," jawabku langsung luruh ke tanah. Sekalian ngembali'in napas yang hampir hilang."Hm, pantes aja. Aturnya, kamu belikan skincare untuk ibu juga
last updateLast Updated : 2022-09-26
Read more

Bab 15 Dia Datang Bertamu

"Abang lapar?" tanya Sinta, melihat tangan lelaki itu terus bergetar. "Eng-enggak, kok!" jawabnya terbatah. Tak. Tak. Tak. Tak.Getaran di tangan Bang Juna semakin parah. Teh yang berada di tangannya sampai tumpah-tumpah."Ah, kayaknya Nak Juna lapar. Mungkin dia belum makan. Kasihan sampai gemetaran begitu. Ayo, Nak. Kita makan dulu. Jangan sampai pingsan. Di sini nggak ada yang sanggup gendong kamu!"-Bukan cuma gemetaran aja. Bang Juna juga mengeluarkan keringat sebesar biji jagung. Ah jangan-jangan dia bukan lapar. Tapi lagi nahan kentut. "Sa-saya, sudah makan tadi, Bu," ucapnya masih terbata."Oh, mungkin Bang Juna ini herpes! Karena pertama kali jumpa sama kamu Ran, dan juga Ibu," celetuk Sinta. "Kok herpes?" tanyaku, memandangnya dengan penasaran."Iya. Itu loh. Kalau orang yang mau nampil ke panggung. Kadang tangannya dingin, kakinya dingin, kebelet pipis lah, eek lah," jawabnya, menjelaskan."Itu nervous, Sinta!" ucapku geram. Bisa-bisanya dia bilang herpes.Herpes itu k
last updateLast Updated : 2022-09-26
Read more

Bab 16 Istri Harus di Rumah

"Kalau sudah menikah nanti, apa Rani masih harus bekerja?""Kalau bisa, di rumah aja, Bu. Karena tugas istri hanya di rumah. Saya masih sanggup kok memenuhi kebutuhannya.""Bagus, begitulah laki-laki yang bertanggung jawab. Kalau Ibu, terserah aja sama anaknya. Mau atau tidak itu keputusannya. Kalau pun dia mau, pesan ibu hanya satu. Jangan sia-siakan dia. Jika suatu saat sudah menikah dan menemukan sesuatu yang nggak cocok di hatimu, entah itu dari sifatnya, tingkah lakunya. Pulangkan saja dia pada ibu. Jangan pernah sakiti dia dengan main tangan."-"Iya, Bu. Saya akan mencoba menjadi laki-laki yang bertanggung jawab dan tak akan pernah main tangan pada istri saya nanti," jawabnya mantap.Sebelum menikah, semua laki-laki akan berjanji dengan sungguh-sungguh di depan orang tuanya. Tapi, setelah menjalani pernikahan, maka mereka akan bosan dan melupakan janjinya.Banyak sudah kejadian yang kulihat dengan mata kepala sendiri. Saat belum jadi, mereka mengejar setengah mati. Saat sudah j
last updateLast Updated : 2022-09-26
Read more

Bab 17 Kapan Nyusul

"Nggak usah banyak melamun. Udah, Terima aja lamaran Bang Juna. Selain baik, dia juga tampan. Memang kalau dilihat dari mata telanj*ng, kehidupannya sih sederhana," celetuk Sinta, saat jam istirahat.Memang dari tadi, aku hanya melamun, bukannya makan. Ini semua karena gusi bengkak. Bukan karena yang lainnya."Hisshh, ngomong apa kamu? Aku ini, lagi sakit gigi!" sahutku memegangi sebelah pipi.Rasanya, nyut-nyutan sampai ke ubun-ubun. Mau makan aja, susahnya minta ampun. Menderita sekali. Perut lapar, gusi tak bisa diajak kompromi."Oh, sakit gigi toh. Tak pikir mikirin mantan yang lima hari lagi mau menikah!" sindirnya, lalu melahap makananku."Halah, ngapain mikirin mantan. Rugi waktu dan tempat aja!" ucapku sewot, dan membiarkannya terus menyuapkan makanan yang sempat kupesan tapi tak kumakan."Ah, yang bener. Nanti, giliran mantan udah ijab kamu nangis meraung dipojokan," ejeknya, dengan mulut penuh makanan."Menangis dipojokan, itu bukan aku banget ya! Apa yang udah dibuang nggak
last updateLast Updated : 2022-09-26
Read more

Bab 18 Ketemuan

"Langsung meneng kelakep, kan Bu Sam!" celetuk Ibu bangga.Setelah ditanya, kapan nyusul, Bu Samini langsung berpamitan pulang. Tak ada lagi basa basi yang keluar dari mulutnya. Mungkin kena mental sama omongan Ibu.Lagian, salah sendiri. Siapa suruh coba ngatain anak orang duluan. Kan jadi malu sendiri."Iya, Bu. Memang jawaban Ibu hebat banget. Bisa mengusir tanpa menyentuh!""Sekali-kali, orang kayak dia itu, harus dikasih pelajaran. Biar agak pinter sedikit. Jadi, kalau ngomong sama orang lain, ini-nya dipake!" tunjuk Ibu ke kepalanya sendiri. "Besok-besok, kalau ada orang nyinyir lagi. Ibu aja yang ngejawabnya. Biar langsung K.O,""Gampang itu. Wani piro?""Haiisshhh. Nggak jadi lah kalau gitu. Udah malem, aku mau tidur dulu, Bu. Ibu juga, jangan sering begadang, nanti matanya hitam kayak panda yang udah tua!""Panda mau tua mau muda, matanya ya tetep hitam toh nduk! Ya wes sana tidur. Besok harus kerja demi mencari sesuap nasi dan sebongkah berlian,"Aku berjalan masuk ke kamar
last updateLast Updated : 2022-09-26
Read more

Bab 19 Tak Sesuai Harapan

Ponsel Sinta yang sempat dia lempar padaku, berdering nyaring."Tuh, kan! Jangan mengelak lagi. Kita ini memang sudah pasti jodoh. Sudahlah nggak usah malu-malu. Ayo kita pesan makanan. Pasti sudah pada lapar kan? Itu temannya, suruh pesan juga!"Kutu kupret! Memang Sinta keong racun! Aku jadi kejebak gara-gara ponselnya.Kuberikan tatapan membunuh pada teman lucnut satu ini. Tapi dia cuma cengengesan tak jelas._"Bang! Oy! Sini!" teriak Sinta pada salah satu pelayan warung bakso."Pesan apa, Mbak?" tanya Sang pelayan tak lupa melirik ke arah kakek tua itu.Mungkin dia berpikir kalau kami adalah perempuan nggak bener, karena jalan sama kakek-kakek. Hemmm, nasib. Punya temen, gampang banget dibohongi. "Saya mau bakso, tiga, sama jus jeruknya satu!?" jawab Sinta memesan makanan."Dek, Sinta ini, kerjanya apa ya?" tanya lelaki tua itu padaku.Bukannya menjawab, karena namanya yang disebut, Sinta malah jadi wanita pendiam. Padahal, biasanya dia kayak belatung. Lompat sana lompat sini ng
last updateLast Updated : 2022-09-28
Read more

Bab 20 Karma untuk Mantan Calon Mertua

"Eh, ketemu lagi, sama manusia madesu!" celetuk seseorang, yang baru aja datang. Kami semua menoleh padanya.Huh, siapa lagi orangnya kalau bukan biang keladi!Nggak di kampung, nggak di luar, selalu aja ketemu. Mana kalau ketemu omongannya nyelekit lagi. Pengen deh retakkan ginjalnya."Eh, ya ampun! Ketemu lagi sama mantan calon Ibu mertua. Kok bisa ya, selalu kebetulan begini. Ah, Jangan-jangan kita berjodoh. Nggak di kampung, nggak di jalan, nggak di luar. Kok pas banget ya? Apa nanti di akhirat juga kita bertemu? Tapi kayaknya enggak deh. Soalnya, saya masuk surga, situ masuk neraka!" celetukku di iringi tawa ngakak dari Sinta. Ibu Bang Jali, hanya sendiri. Dengan dandanan seperti biasanya. Cetar membahana badai. Kalau sempat aja ada rampok, udah habis dia dirampok. Lagian, kok ya nekat banget cari masalah. Apa nggak. mikir, kalau pakai perhiasan begitu bisa ngundang kejahatan.Itu rantai di leher, kalau sempat ditarik jambret, pasti orangnya langsung ngikut. Kan kasihan aspalnya
last updateLast Updated : 2022-09-28
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status