Home / CEO / Istri 3 Juta Dolar Tuan Gavin / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Istri 3 Juta Dolar Tuan Gavin: Chapter 21 - Chapter 30

58 Chapters

Tersangka

Gavin sudah menunggu dalam mobil, lama sekali dia terjebak di sana saat dia dan Laysa berencana akan pergi ke sebuah tempat impian bagi seluruh orang di dunia ini, yaitu Disneyland. Gavin sudah terpaksa dan dipaksa menuruti keinginan Laysa dalam hal ini, sejak semalam wanita itu terus menerornya dengan kalimat panjang dalam sebuah buku, belum lagi tingkah manjanya yang memelas.Sekarang dia sudah menunggu dan sudah dibuat kesal, sebab Laysa tidak kunjung selesai dengan persiapannya sendiri. Entah apa yang sedang dilakukan wanita itu dalam sana. Gavin juga sempat menghubungi nomor ponsel Laysa, tetapi tidak diangkat.“Sebenarnya apa yang sedang dia lakukan di dalam sana? Kebiasaannya sangat merepotkanku,” gumam Gavin. Dia pun memerintahkan salah seorang pengawal pribadinya untuk menyusul Laysa dalam sana. Gavin sengaja menyewa orang agar memastikan tidak ada yang berani mendekati mereka, terlebih Laysa sendiri. Sudah cukup kejadian kemarin membuatnya
Read more

Ancaman Laura

Sampai di lokasi, kedua mata Laysa seakan rugi untuk berkedip sekalipun. Pemandangan dari tempat wisata yang dikunjunginya ternyata jauh lebih indah dan sangat di luar bayangannya sebagai orang awam.Terakhir kali dia datang ke tempat ini adalah ketika kedua orang tuanya masih hidup, mereka berdua mengajaknya bermain mengelilingi seluruh tempat ini dan menikmati hari indah itu dengan tanpa beban sedikit pun.Sekarang dia datang kembali ke sini, Laysa merasa ingatan itu semakin kuat.Kedua matanya basah seketika melihat keramaian ini, melihat kincir angin raksasa yang berdiri kokoh dengan segudang permainan lain yang pernah dicobanya dulu. Dia tidak bisa menahan ini, rindu kepada kedua orang tuanya semakin dalam. Ingin kembali ke masa lalu di mana indah hidupnya bersama mereka.California adalah rumahnya, tempat untuknya pulang. California adalah tempat kedua jasad orang tuanya disemayamkan, juga tempat momen mengerikan itu terjadi. Tempat
Read more

Rahasia Laysa

Makanan yang dipesannya tiba, Gavin melihat istrinya pun baru datang setelah pergi ke toilet beberapa waktu lalu. Hanya saja, ada yang berbeda dari sisi pandangan Gavin mengenai raut wajah cantik itu. Laysa tidak lagi banyak tersenyum seperti sebelumnya, terlebih ada bekas kemerahan tampak jelas di pipi wanita itu.Gavin sontak terkejut, penasaran apa yang terjadi pada Laysa tanpa sepengetahuannya. “Ada apa dengan wajahmu itu? Apa ada yang mencelakaimu di toilet tadi? Katakan siapa orangnya!” ujar Gavin sekaligus bertanya kepada Laysa.Tanda kemerahan itu sangat mengganggu Gavin, tapi Laysa menggelengkan kepala pelan.“Jangan membohongiku, Lays. Katakan sejujurnya, atau aku yang akan mencari tahu sendiri apa yang terjadi di sana.” Gavin kembali menegaskan pertanyaannya, Laysa baru menuliskan jawaban di buku kecilnya itu.“Tidak ada yang menjahatiku, tadi aku terjatuh di toilet dan terantuk wastafel. Sungguh,” jawab Laysa.“Apa itu benar?” Laysa mengangguk pelan.“Kalau begitu akan ku
Read more

Misteri Pembunuhan

“Apa?” Gavin mengernyit. “Ini ... rumahmu?”Laysa mengangguk, memperjelas asal usulnya kepada Gavin. Dia pun kembali mencari sebuah barang di dalam lemari kecil dan menemukan beberapa buah barang penting lainnya di sana.“Terima kasih karena kau bersedia mengantarku ke sini, akhirnya aku bisa mengambil kenangan ini hanya untukku sendiri.”“Apa kau tidak membohongiku dengan ceritamu itu, Lays?”“Untuk apa aku berbohong? Kebohongan tidak akan membuat mereka kembali. Hanya ini kenangan yang kupunya, selama sisa hidupku.” Laysa menjawab, lalu menuliskan lagi rentetan kalimat di bukunya. “Sekarang aku bisa memperbaiki ini, sekali lagi terima kasih, Gav. Kau sudah banyak memberi kebaikan padaku.”Senyum wanita itu sebenarnya membuat Gavin sangat tersentuh. Hanya mengetahui sekilas masa lalu Laysa yang kehilangan kedua orang tuanya secara tragis saja sudah lebih dari cukup menjelaskan, bahwa perjalanan kehidupan istrinya sangat tidak m
Read more

Tindakan Laura

Gavin penasaran, sebenarnya orang seperti apa yang bisa mengancam Karisa. Di sisi lain, Gavin sangat yakin jika orang itu pastilah memiliki banyak kuasa. Jika tidak, dia tidak akan bisa seenaknya mengancam seseorang hingga memilih kematian pada akhirnya.Namun, siapa orang itu? Apa dia ada dendam tersendiri kepada Laysa? Atau, dia tidak senang atas pernikahan yang dilakukan Gavin dengan Laysa sekarang?Batin Gavin bertanya-tanya seorang diri. Kalau memang ada yang tertuduh dalam masalah ini, Gavin akan berprasangka kepada gadis bernama Laura atau ibunya sendiri-Anne. Apa benar mereka?“Tidak mungkin, alasan mereka terlalu basi untuk membuat seseorang bunnuh diri,” gumam Gavin. Dia pun akhirnya menyambar ponsel dan menghubungi Derry untuk lebih mengetahui perkembangan kasusnya, sebab liburannya dengan Laysa masih tersisa satu minggu lagi. Dia masih ingin mendengarkan penjelasan dari Derry sebelum mengambil keputusan lebih jauh.“Ya, Tuan?”
Read more

Amarah Laysa dan Keyakinan Gavin

Laysa tampak tidak menyadari keberadaan gadis itu, hingga Gavin menutup ponselnya lebih dulu.“Apa kau bisa tunggu di sini dulu sebentar?” tanya Gavin.“Kamu mau pergi?”“Ya, aku akan ke toilet. Tunggulah sampai aku kembali ke sini.”Laysa hanya mengangguk tanpa ada rasa curiga sama sekali. Gavin pun beranjak dari kursinya, ingin menemui Laura di luar restoran. Dia tidak ingin membuat makan siang Laysa terganggu apalagi sampai harus ada keributan di dalam sana. Laura sendiri sepertinya tidak akan tinggal diam.Sesampainya di luar, Gavin memasuki salah satu mobil berwarna merah mengilat yang ditumpangi oleh Laura. Gadis itu tidak membawanya pergi ke mana pun, hanya menatapnya tajam dengan kedua mata memerah penuh amarah.“Apa kau mengikutiku sampai ke tempat ini?”“Kau sudah tahu jawabannya, Gav. Apa kau masih akan bertanya untuk apa aku datang ke sini, huh?” tanya Laura lebih menekankan.“Aku tid
Read more

Cinta Dalam Diri Gavin?

Gavin mengira Laysa akan pergi sejauh mungkin darinya setelah mendengar pernyataan Laura barusan, tapi ternyata tidak. Walau dalam keadaan marah, wanita itu masih ingin masuk mobil Gavin tanpa diperintah sedikit pun.Gavin pun mengikutinya sampai duduk di kursi samping Laysa. Hari ini sudah rusak oleh sebuah kejadian tidak terduga, raut wajah cantik itu tidak lagi menunjukkan keceriaannya.“Kita kembali ke hotel sekarang,” ujar Gavin kepada sopir pribadinya. Mereka pun meninggalkan restoran tanpa Gavin sempat menyentuh makanannya, tanpa Laysa merasa puas dengan keinginan sederhananya. Sekarang wanita itu hanya terdiam membisu, apa yang ada dalam benaknya adalah sebuah pertanyaan besar bagi Gavin.“Kau marah padaku, Lays?” tanya Gavin karena tidak sabar dengan bungkamnya Laysa.Laysa hanya menggelengkan kepala pelan. Dia tidak melihat wajah Gavin sama sekali dan hanya melihat ke arah luar kaca pintu mobil di sebelahnya.
Read more

Jangan Menjauh!

Hari-hari berlalu, sikap Laysa mulai mengalami perubahan. Dia begitu cepat murung dan mudah menangis bahkan ketika Gavin hanya melakukan kesalahan kecil. Gavin sendiri bingung dengan perubahan yang drastis seperti itu, apa karena pengaruh kehamilan istrinya? Atau, Laysa masih terbawa perasaan atas ucapan Laura tempo hari?Sejak kepulangan mereka dari California, komunikasi di antara mereka berdua bisa dihitung oleh jari setiap harinya. Gavin yang disibukkan oleh pekerjaan, selalu pulang larut malam dan Laysa sudah terlelap bersama mimpinya. Pagi hari pun Laysa hanya melaksanakan tugasnya menyediakan sarapan, sesudah itu kembali masuk kamar tanpa ada perdebatan.Gavin kesal.Kekesalan Gavin berasal dari kerinduannya dengan kemanjaan Laysa. Biasanya wanita itu terus menempel adanya seperti seorang yang tidak memiliki harga diri. Sekarang Laysa terasa sangat jauh walau mereka berpapasan.“Astaga, dia benar-benar menggangguku.” Gavin mengerangg kesal di kursinya. Mengacak kasar rambut, be
Read more

Ingin Mendengar Suaramu

Selama kehamilannya, Laysa sengaja menunda-nunda mencari tahu pelaku pembunuhhan kedua orang tuanya. Dia ingin lebih fokus kepada calon bayinya dan Gavin. Mereka saat ini yang terus menjadi alasan Laysa mendapatkan kebahagiaan selama hidup di dunia. Gavin pun tidak menolak seluruh kebaikan yang ditawarkan Laysa padanya. Dia malah merasa menjadi raja di rumah karena istrinya lebih tahu apa yang dibutuhkannya. Bahkan terkadang dia lupa akan kontrak perjanjian buatannya sendiri sebelum menikahi Laysa. Gavin merasa, wanita itu sangat pandai menarik perhatian. Pantas saja Laysa sering menjadi bahan rebutan oleh para lelaki di luar sana saat bekerja sebagai pelayann. Keberuntungan Gavin bertambah sebab sekarang wanita itu tengah mengandung buah hatinya. Ya ... sekarang Gavin mulai meyakini bahwa kehamilan Laysa murni oleh satu orang saja, yaitu dirinya sendiri. Gavin cukup yakin Laysa tidak mudah dirayu oleh seseorang di luar sana. “Kau sudah pulang, aku sudah menyiapkan air hangat. Sege
Read more

Sebuah Kekecewaan Besar

Gavin terusik dari tidur nyenyak ketika mendapat sentuhan lembut tangan Laysa di pipinya. Wanita itu tersenyum begitu manis, cerah wajah cantiknya tampak jelas tersorot sinar matahari pagi dari jendela kamar mereka.“Sudah siang, bangunlah. Aku sudah menyiapkan kopi kesukaanmu,” ujar Laysa di buku kecil yang ditunjukkannya kepada Gavin.“Apa itu tidak bisa ditunda?”“Kopimu nanti dingin.”Gavin sedikit bergerak, menarik lengan wanita itu agar ikut berbaring bersamanya. Laysa juga menurut saja, berada dalam dekapan Gavin membuatnya sangat hangat dan nyaman.“Kopi itu tidak akan sehangat dirimu.” Gavin berbisik di samping telinga Laysa. Membuat wanita itu bergerak tidak nyaman karena merasa geli. “Hari ini kita punya banyak waktu, apa yang sedang kau pikirkan?”Laysa menggelengkan kepala pelan.“Kau tidak ingin pergi keluar rumah?”Wanita itu menggelengkan kepalanya lagi. Gavin pun memutar tubuh Laysa agar menghadap ke arahnya. Tampak seulas senyum di bibirnya yang tipis, membuat Gavin
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status