Semua Bab Istri 3 Juta Dolar Tuan Gavin: Bab 31 - Bab 40

58 Bab

Siasat Tak Terduga

Gavin pun mendatangi rumah kediaman Anne sore harinya, rumah yang jarang sekali dia kunjungi ini tidak berubah banyak. Masih tetap terlihat mewah dan memiliki fasilitas yang lengkap, semua perabotan tetap berada di tempat yang sama. Termasuk sebuah foto besar keluarga Alexander Stewart yang terpasang di dinding ruang keluarga.Gavin mengikuti langkah seorang asisten rumah tangga Anne, lalu mereka pun sampai di sebuah kamar yang cukup besar. Tempat di mana wanita paruh baya itu mengistirahatkan tubuhnya yang mulai menua.Anne tampak tidak sendiri, ada beberapa orang pelayyan di sekitarnya. Ditambah seorang lagi gadis muda yang mengenakan setelan dress mini berwarna merah menyala. Itu adalah Laura Simpler, ya ... siapa lagi kalau bukan dia. Seharunya Gavin menyadari salah satu trik licik ibunya jika sakit begini. Dia pasti akan mempergunakan momen sebagai wadah pertemuannya dengan Laura.“Akhirnya kamu datang juga, Gav. Momy sudah menunggumu sejak tadi
Baca selengkapnya

Gavin Mulai Diam

“Kau ada di mana, Gav? Apa ibumu baik-baik saja?” Sebuah pesan singkat dikirimkan Laysa kepada Gavin di ponselnya, tapi tidak ada balasan dalam beberapa jam. Laysa pun memutuskan mengirim pesan lagi karena dia tidak bisa menggunakan panggilan.“Kapan kau pulang? Ini sudah malam.”“Apa kau akan menginap di rumah ibumu?”“Gavin, tolong balas pesanku. Sekali saja, aku sangat khawatir.”Laysa terus mengirimkan pesan-pesan tersebut kepada Gavin di waktu yang berbeda, tapi tetap saja tidak ada balasan. Pesan darinya hanya berakhir centang dua tanpa ada respons sedikit pun. Itu membuat Laysa cemas sendiri, apa suaminya baik-baik saja? Atau terjadi sesuatu kepada Anne di sana?Pertanyaan tersebut melintas di pikiran Laysa. Dia masih berusaha berpikir positif dan berharap besok Gavin akan pulang. Mengingat raut wajah terakhir suaminya, Laysa berpikir kalau memang ada yang tengah mengganggu pikiran Gavin hari ini. Entah apa itu.
Baca selengkapnya

Gavin Menikah Lagi?

Sampai lelaki itu selesai dari kamar mandi, Laysa menghampirinya yang sedang menikmati segelas kopi di sebuah kursi.Gavin hanya meliriknya sebentar, sebelum kembali terfokus pada ponselnya. Sebenarnya, Laysa mulai merasa sikap Gavin cukup dingin, tapi dia berusaha untuk menyingkirkan pemikiran itu.“Apa kau bisa menceritakan padaku, apa yang kau lakukan selam satu bulan ini? Aku sangat mengkhawatirkanmu, Gav. Aku pikir terjadi sesuatu pada ibumu hingga kau tidak pulang.” Laysa memberikan tulisannya kepada Gavin, berharap lelaki itu merespons dengan baik.“Aku sedang tidak ingin menceritakan apa pun. Tapi lihatlah, kau sendiri sampai sebesar ini. Apa saja yang kau lakukan di rumah, huh?” tanya Gavin yang mulai menyimpan ponselnya demi bertanya kepada Laysa.Laysa melihat tubuhnya sendiri, memang berat badannya meningkat akhir-akhir ini. Dia sudah tidak langsing lagi seperti sebelum hamil. Kedua pipinya pun menjadi chubby dengan lipatan lem
Baca selengkapnya

Lara Hati Laysa

Laysa mendatangi kamar pribadinya dengan Gavin, menyusul langkah Laura yang sangat yakin bahwa dia telah memiliki hak penuh untuk bertingkah bebas di rumah ini. Laysa sebenarnya masih ingin tidak mempercayai ini, sebab Gavin pun belum mengatakan apa pun.Sesampainya di lantai 3, Laura tampaknya kesulitan masuk karena pintu kamar Gavin memiliki kode khusus yang tidak diketahuinya.“Akhirnya kau datang. Cepatlah buka pintu ini! Aku ingin bertemu dengan Gavin.” Perintah Laura langsung ketika menyadari kehadiran Laysa di dekatnya.Laysa menggelengkan kepala, dia khawatir dan takut istirahat Gavin terganggu dan lelaki itu akan jauh lebih marah padanya.“Cepat buka pintunya!” perintah Laura lebih keras.Laysa menggelengkan kepala lagi, lalu menggerakkan jemari lentiknya. “Gavin sedang beristirahat. Jangan mengganggunya.”“Jangan membuatku kesal. Apa kau ingin membodohiku dengan bahasa anehmu itu? Cepatlah buka, atau aku aka
Baca selengkapnya

Laysa Akhirnya Pergi?

Laysa pun hanya bisa menangis tanpa ingin menyusul langkah Gavin. Hatinya benar-benar dibuat patah oleh seseorang yang sangat dicintainya. Walau dia tahu kemungkinan buruk perpisahannya dengan Gavin akan terjadi, tapi dia tidak mengira harus dengan cara ini.Sekarang cintanya sudah berkembang pesat untuk Gavin. Bagaimana bisa dia membuang itu dalam waktu singkat? Laysa merasa sangat ceroboh dan bodooh karena sudah mempercayakan hatinya kepada orang yang sama sekali tidak memiliki hati.Sampai beberapa jam kemudian. Laysa belum kembali ke kamar pribadi Gavin di lantai tiga, tapi dia tahu seluruh barangnya sudah di pindahkan ke kamar lain. Sebuah kamar berukuran sedang di lantai dua, bersebelahan dengan kamar pribadi Xavier.Laysa sudah berada dalam mode lelah luar biasa. Terlalu banyak menangis membuat selera makannya menghilang, melakukan aktivitas apa pun dia tidak ingin. Hanya duduk menyendiri di sebuah kursi taman hingga petang menjadi pilihannya.
Baca selengkapnya

Kehilangan Laysa?

Xavier menghentikan mobilnya setelah cukup jauh dari rumah milik Gavin. Sebuah jalanan sepi di mana hanya ada beberapa orang melintas di sana. Sementara itu di sampingnya, air mata Laysa sudah hampir mengering. Wanita itu telah terlalu banyak menangis selama perjalanan mereka, memikirkan banyak hal dalam kepalanya. “Tenangkan dirimu, Lays.” Xavier mulai berkata, hingga Laysa menoleh dengan kedua mata sembapnya. “Gavin pasti akan semakin marah, kenapa kamu membawaku pergi dari rumah?” “Kau ternyata masih memikirkan itu.” Xavier menghela napas tipis. “Kalau aku tidak membawamu, apa kau bisa membayangkan apa yang akan dilakukannya padamu tadi?” Laysa terdiam, memang benar yang dikatakan Xavier. Gavin tadi sangat marah, entah apa yang akan dilakukannya jika sudah seperti itu. Bahkan awal pernikahan, lelaki bertubuh jangkung tersebut sangat kasar hingga membuat Laysa merinding takut. “Aku hanya tidak bisa melihat wanita terluka di depan mataku. Maaf kalau aku telah lancang mencampuri u
Baca selengkapnya

Kekecewaan Besar Laysa

Sampai keesokan harinya.Gavin bangun pagi-pagi sekali saat sebuah kabar didapatnya dari orang suruhan yang tengah mencari keberadaan Laysa. Dari pencarian mereka, lokasi Laysa sekarang berada ternyata di sebuah rumah angkat dengan anak-anak berkebutuhan khusus.Seharusnya Gavin bisa menebak ini, Xavier sangat gemar mendatangi tempat semacam itu.Ini sangat memuakkan bagi Gavin karena lokasi mereka sangat jauh. Butuh berjam-jam perjalanan menggunakan mobil. Namun, hal itu tidak membuat lelaki yang penuh kecemburuan dan obsesi tersebut patah keinginan. Gavin nyatanya tetap menempuh perjalanan jauh demi bisa menemui Laysa.Sampai siang harinya, akhirnya Gavin pun tiba di tempat tujuan. Ada beberapa bangunan rumah singgah di hadapannya yang dipenuhi dengan anak-anak dari berbagai usia.Gavin pun membenarkan jas hitam dan kaca matanya saat keluar dari dalam mobil. Membuat beberapa perawat yang ada di rumah tersebut melihat ke arahny
Baca selengkapnya

Peringatan Keras

“Apa seburuk itu pandanganmu terhadapku?” tanya Gavin penuh penasaran dalam hatinya. Dia tidak mengira akan mendapat tuduhan semacam itu dari Laysa, padahal selama pernikahan mereka, Laysa tidak pernah sedikit pun memiliki pemikiran seperti itu.Apa ini karena pergaulannya dengan Xavier? Gavin sempat berpikir begitu karena Xavier adalah orang yang pandai sekali bicara. Dia bisa saja mengubah pemikiran seseorang hanya dengan menggunakan kebaikannya itu.“Sekarang banyak anak-anak, lebih baik kita bicara di tempat lain.” Sela Xavier di tengah ketegangan antara Laysa dan Gavin. Dia pun menatap datar ke arah saudara kembarnya itu sebentar, lalu melangkah lebih dulu ke luar dari ruangan tersebut.Laysa pun demikian, dia lantas ingin mengikuti langkah Xavier tanpa memedulikan Gavin. Namun, Gavin jelas tidak mau dijauhi begitu saja, dia meraih tangan Laysa dan menariknya sendiri keluar dari ruangan.Sampai di luar, Laysa melepaskan pegangan Gavin
Baca selengkapnya

Penderitaan Tiada Akhir

“Apa kau masih kuat berjalan?” tanya Gavin saat mereka akan turun dari mobil. Dia mencemaskan keadaan Laysa, sebab sebelum ini mereka lebih dulu datang ke rumah sakit untuk memeriksakan keluhan yang dirasakan wanita itu.Dokter di rumah sakit menyarankan agar Laysa istirahat total serta harus bisa mengatasi stres yang dialaminya. Sebab kondisinya itu bisa berpengaruh pada keselamatan bayinya.Gavin sendiri mengerti segala keluhan ini dialah penyebabnya. Dia juga tidak menampik kesalahan itu dan ingin memperbaiki sikapnya kepada Laysa jika bisa. Namun, sepertinya wanita ini sudah begitu marah dan kecewa. Sampai tidak memberi kesempatan kepada Gavin untuk memberikan bantuan.Laysa memilih berjalan seorang diri, walau perutnya masih sedikit nyeri. Dia terus menolak uluran tangan Gavin dan mengabaikan niat baiknya.“Laysa, ayolah. Apa tidak cukup aku bersikap baik begini? Kenapa kau masih juga marah kepadaku?”Laysa menatap tajam ke
Baca selengkapnya

Mimpi Yang Sangat Buruk

Malam hari itu, Laysa melihat kedatangan Gavin ke kamarnya. Padahal dia sempat berpikir lelaki itu tidak akan pernah datang lagi karena keadaan mereka masih sama-sama ingin mementingkan ego.Laysa hanya terdiam di tempat tidur walau mengetahui kedatangan Gavin di kamarnya. Dia sengaja, malas sekali rasanya bertegur sama dengan lelaki itu.“Apa kau tidak ingin lagi menyambut suamimu?” tanya Gavin basa-basi karena Laysa terus diam membelakanginya.Laysa tidak menjawab.“Bagaimana keadaanmu hari ini? Apa sudah lebih baik?” Gavin bertanya lagi, tapi Laysa tetap tidak menjawabnya. Hingga Gavin harus mendekati istrinya sendiri dan menurunkan sisi keegoisannya. “Aku membelikan masakan olahan ikan kesukaanmu, apa kau mau makan bersama?”Laysa hanya menggelengkan kepala pelan. Dia menganggap kebaikan Gavin sekarang hanya sementara, dibanding keegoisannya yang masih di posisi teratas.Gavin yang berada di tepian tempat tidur pu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status