Home / Romansa / DUSTA LELAKI BERGELAR SUAMI / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of DUSTA LELAKI BERGELAR SUAMI: Chapter 71 - Chapter 80

95 Chapters

Anak Bawang

Sementara di tempat berbeda. Di sudut halaman sebuah rumah yang terlihat sangat megah. Lelaki tua berusia pertengahan delapan puluhan sedang sibuk menyiram bonsai-bonsainya. Mulutnya bersiul merdu sambil sesekali tersenyum. Setelah beberapa hari ini pikirannya suntuk, hari ini suasana hatinya sedang baik.Kakek Harimurti tiba-tiba menghentikan aktivitasnya menyiram tanaman. Lelaki tua itu tertawa terbahak-bahak. Bahunya berguncang keras. Dia tidak bisa menyimpan rasa senang dalam hatinya. Tubuh itu berguncang kesana-kemari karena tawa yang sangat keras."Elya, Elya. Bagiku, kau hanya anak bawang." Kakek Harimurti kembali tertawa terbahak-bahak. Matanya sampai berair.Dia menarik napas pelan untuk menghentikan tawa. Senyumnya merekah saat mengingat percakapannya dengan Rossa tadi malam."Maksud Kakek?" Rossa bertanya bingung. Secara tiba-tiba Kakek Harimurti menelepon dan memintanya datang. Ada hal penting yang mendesak untuk dibicarakan."Berapa kali kau bertemu dan menang melawan Ely
Read more

Kalah Lagi??

"Sepertinya tidak ada yang salah dengan rencana progres dan sistem kerja yang kami tampilkan, Pak Yuzi. Semua sudah sesuai dengan kesepakatan yang sebelumnya telah kita bicarakan bukan?" Elya tersenyum. Sedikit bingung kenapa rekanan bisnisnya tiba-tiba berubah pikiran.Secara mendadak tadi Hendy meneleponnya. Memintanya datang segera ke kantor Pak Yuzi, rekanan bisnis mereka. Hampir dua bulan tim mereka menyatukan visi dan misi, mengurangi beberapa hal, juga menambah banyak hal. Bongkar pasang. Saat kesepakatan itu akhirnya dicapai, tiba-tiba saja rekanan bisnisnya berubah pikiran.Kabar yang disampaikan Hendy tadi tidak main-main. Rekan bisnisnya itu bahkan bersedia membayar semua ganti rugi atas biaya yang dikeluarkan perusahaannya selama hampir dua bulan ini. Mereka juga tidak keberatan jika harus membayar fee sebagai hitungan uang lembur atas tenaga yang dikeluarkan oleh tim Lakshsita.Elya memijit keningnya. Masalahnya bukan di biaya. Jelas saja Pak
Read more

Angkuh Atau Percaya Diri?

"Kami akan menghubungi Pak Hendy, segera setelah keputusan dari internal kami dapat." Pak Yuzi akhirnya berbicara pada Hendy."Heh! Pastikan kau membayar semua biaya yang kami keluarkan selama hampir dua bulan ini. Berikut dengan fee yang kau janjikan pada tim kami sebagai uang lembur. Awas kalau kau terlambat atau sengaja memperlambat pembayaran. Akan kulaporkan pada istrimu kalau kau ternyata b*jingan. Paham?!" Pak Yuzi terpana. Tidak menyangka Elya yang dikenalnya lembut dan sopan bisa berkata begitu kasar padanya.Tanpa menunggu jawaban, atau merasa perlu berpamitan, Elya menyambar tas tangannya. Bergegas meninggalkan ruangan."Elya." Satu suara menyapa Elya saat dia menutup pintu dengan keras."Rossa?" Elya mengernyitkan kening. Apa yang dilakukan madunya itu di sini?Rossa tertawa melihat wajah kebingungan Elya. Dengan bergaya dia mengangkat tinggi proposal yang dibawanya."Bagaimana rasanya ditolak? Sudah pernah kubilang b
Read more

Sebuah Syarat

"Kau yakin anakmu itu akan mendapatkan hak waris? Bukankah hampir semua anggota keluarga Harimurti meragukan itu anak Mas Bram?""Kakek Harimurti sudah menjanjikan padaku, dia akan mengatakan ini anak Mas Bram pada yang lainnya." Rossa tersenyum penuh kemenangan."Jadi Kakek Harimurti sudah tahu itu bukan anak Mas bram?""Tadi malam aku memberitahunya. Saat dia menawarkan bayaran, aku meminta itu sebagai bayaran." Rossa menyilangkan kedua tangannya di dada."Jadi kau menjadi perusuh di perusahaanku hanya dengan bayaran sepotong janji itu?""Ayolah, Elya. Aku merindukan pertarungan-pertarungan kita dulu. Apa lagi saat ini aku mempunyai amunisi yang sangat kuat untuk mengalahkanmu. Aku menjadi semakin bersemangat." Rossa kembali menggoyangkan badannya.Elya menepuk kening melihat kelakuan Rossa. Wanita di hadapannya ini benar-benar bodoh."Ros, kau tahu, kan Kakek Harimurti mati-matian mempertahankan perusahaan itu? Sampai
Read more

Bayaran Atas Kebohongan

"Apa syaratnya?" Bram tersenyum tanggung. Mengusap tengkuknya salah tingkah.Elya tertawa renyah. Pelan menjelaskan semua syarat yang dia inginkan."Pertama, aku menginginkan hak penuh atas kepemilikan tambang emas di daerah bersalju itu, berikut dengan seratus persen keuntungan yang didapatkan dari sana.""Maksudmu? Kau mau aku menyerahkan tambang itu?" Cepat saja Bram menangkap arah pembicaraan Elya."Ayolah, Mas. Tambang itu tidak berarti apa-apa bagi Harimurti Grup. Sementara aku, aku membutuhkan modal yang besar agar bisa masuk dalam jajaran lima perusahaan paling berpengaruh.""Kenapa kau sangat berambisi masuk ke sana?""Karena dengan masuk ke sana, semua mata akan tertuju padaku. Perusahaan yang bahkan belum genap berusia sewindu, mampu berdiri sejajar dengan perusahaan yang telah puluhan tahun berdiri.""Sulit, El. Akan membutuhkan banyak tanda tangan agar kepemilikannya proyek tambang itu bisa dipindahtangankan
Read more

Dia Belum Pergi

"Pa …." Bram menyapa Papa Lin yang sedang serius memperhatikan sesuatu di ponselnya."Bram, kapan sampai?" Papa Lin melepas kacamatanya begitu melihat Bram. Wajahnya yang tadi berkerut mendadak cerah melihat anak laki-lakinya itu datang."Barusan." Bram meletakkan kunci mobil di meja. Dia kemudian duduk di samping Papa Lin.Lelaki itu memperhatikan Bram yang menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. Kakinya diluruskan, sementara kedua tangan diletakkan menyilang pada kening.Papa Lin menghembuskan napas pelan. Melihat posisi Bram, anak laki-lakinya itu sepertinya sedang tidak baik-baik saja."Bagaimana pengobatanmu, Bram?""Residu obat s*alan itu sudah tidak ada dalam darah, Pa. Tadi dokter Lucky sudah mulai meresepkan obat untuk terapi hormon. Ya semoga saja semua belum terlambat untuk diobati." Bram menunduk."Lalu?""Apanya yang lalu?" Bram mengerutkan kening. Menatap Papa Lin bingung."Lalu kenapa
Read more

Pesimis

Mereka mendapat bagian hanya karena Papa Lin sudah menganggap mereka sebagai saudara. Tapi ternyata tidak dengan mereka. Bagi keluarga Harimurti, darah jauh lebih kental daripada air. Namun, bukankah tidak seharusnya mereka menginginkan yang bukan haknya?Lebih parahnya, justru dalang dari semua ini adalah Kakek Harimurti. Orang yang paling mereka hormati dan hargai. Lelaki tua itu otak dari semua kekacauan yang terjadi pada hidup Bram.Kesalahan dan penyesalan terbesar yang dilakukan Papa Lin, adalah membiarkan nama Harimurti tersemat di sana. "Andai saja dulu nama perusahaan ini bukan Harimurti.""Pa, sudah lah.""Andai saja Papa tidak terlalu naif, dengan gampangnya menyetujui pembagian saham perusahaan secara rata. Papa dengan mudahnya, percaya begitu saja pada orang yang mengaku saudara. Padahal mereka bagaikan serigala berbulu domba.""Pa ….""Maafkan Papa, Bram. Karena Papa yang menyebabkan semua kesusa
Read more

Telepon Misterius

"Harimurti!" Elya memukul kemudinya dengan kencang. Napasnya mendengus. Tidak pernah wanita cantik itu terlihat sekacau ini.Baru saja Hendy meneleponnya. Mengabarkan Pak Muhari akan meninjau ulang kerjasama mereka.Gila! Elya sudah setengah perjalanan menuju tempat pertemuan dengan Pak Muhari, rekanan bisnis mereka. Lalu secara mendadak rekannya itu mengatakan akan meninjau ulang? Bukankah kemarin sudah kelar semua dan tinggal tanda tangan perjanjian sebagai simbolis? Lalu kenapa tiba-tiba tidak jadi?"Dasar laki-laki tua bre*gsek!" Sekali lagi Elya memukul kemudi kencang. Membuat bunyi klakson melengking dengan keras. Meningkahi padatnya kemacetan jalanan ibu kota."Pasti ini ulah Kakek renta itu lagi! Sebenarnya apa yang dilakukan Mas Bram?! Kenapa semua seperti masih dikendalikan Harimurti? Ck!" Elya berdecak sebal.Ini proyek keempat Lakhsita yang diserobot Harimurti dalam satu bulan belakangan. Janji percepatan izin itu benar-benar efektif menarik minat investor.Elya bukannya t
Read more

Ancaman

Elya membeku. Siapa orang ini? Apakah dia mengenal orangtuanya?"Kau sama saja dengan ayahmu, El. Sombong!"Kening Elya berkerut mendengar omongan lelaki di seberang sana.Kemacetan yang mulai bergerak membuatnya tidak terlalu konsen menyimak.Elya memilih menepi setelah berhasil keluar dari jebakan lautan kendaraan. Penelpon ini tidak main-main. Siapapun dia, nada bicaranya penuh dengan ancaman."Kau mengenal ayahku?" Elya bertanya penuh penekanan."Tentu." Lelaki di seberang sana menjawab singkat."Seberapa kenal kau dengan orangtuaku?""Aku bahkan mengenal baik seluruh anggota keluargamu, El.""Ada perlu apa menghubungiku?" Suara Elya terdengar dingin. Wanita itu tidak suka berada dalam situasi ini. Dia tidak mengetahui siapa yang meneleponnya. Apakah lawan ataukah kawan?"Jangan terlalu sombong!""Maksudmu?""Kau harus tahu, El. Kesombongan lah yang membungkam ayahmu! Jangan sampai kau mengikuti jejaknya." Suara di seberang sana terdengar sangat penuh dengan ancaman."Terima kasih
Read more

Mencekam

Mobil Elya berhenti mulus di parkiran salah satu gedung pencakar langit. Wanita itu memutuskan tetap menemui rekanan bisnisnya, Pak Muhari. Dia tidak menyangka, laki-laki yang memasuki umur lima puluh tahun itu ternyata mudah goyang juga.Awalnya dia menaruh respect yang tinggi pada Pak Muhari. Beberapa kali mereka sempat bekerjasama dalam tujuh tahun terakhir. Elya sama sekali tidak menyangka, pengusaha yang tegas dan cerdas itu ternyata mudah saja dipengaruhi.Elya meremas kemudi mobilnya dengan kencang. Siapa pula pengusaha yang tidak tertarik dengan janji pasti keluar izin besok sore? Duh! Harimurti benar-benar membuatnya pusing!Elya mengambil ponselnya. Mencoba menghubungi Bram sekali lagi. Nihil! Ponsel lelaki itu masih tetap mati.Wanita itu menghembuskan napas kesal. Apa saja yang dilakukan Mas Bram sebenarnya? Kenapa Kakek Harimurti seolah masih menjadi pengendali perusahaan?! Bukankah semua keputusan harus atas seizin suaminya?Hih!Apa jangan-jangan lelaki itu justru meny
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status