Home / Romansa / DUSTA LELAKI BERGELAR SUAMI / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of DUSTA LELAKI BERGELAR SUAMI: Chapter 61 - Chapter 70

95 Chapters

Tawaran yang Saling Menguntungkan

Elya menarik napas. Dia membayangkan betapa membanggakannya andai dia bisa mendapatkan rekanan bisnis segarang Papa Lin."Ketakutanku bertambah. Semakin besar perusahaan, semakin besar peran Lin di dalamnya. Maka, akan semakin kecil kesempatan Adisti dan Ridho bisa menguasai perusahaan. Apalagi saat perusahaan sedang jatuh, aku yang secara sengaja melarang Adisti dan Ridho membantu. Sehingga Lin hanya berjuang sendirian." Kedua tangan Kakek Harimurti mengepal kencang."Siang itu, tiga puluh tiga tahun yang lalu, aku akhirnya menemui Ridho. Anak laki-lakiku. Kami merencanakan banyak hal. Dia sempat menolak, tapi akhirnya tidak bisa berkutik saat kukatakan dia hanya cukup menjadi penonton. Tidak perlu melakukan apapun." Pandangan Kakek Harimurti menerawang.Matanya menatap jauh. Bunyi detik jam dinding terdengar jelas di antara keheningan mereka.Seperti siang itu. Siang hari tiga puluh tiga tahun yang lalu.Keheningan melingkupi Kakek Hari
Read more

Masih Bau Kencur

"Lalu, kenapa aku memberitahumu? Itu pertanyaan terbesarmu bukan?" Kakek Harimurti menatap Elya."Baiklah, aku akan mengatakan mengapa aku memberitahukannya padamu, dengan sedikit penawaran yang akan saling menguntungkan bagi kita, Elya." Kakek Harimurti menegakkan punggungnya.Elya menggeleng tidak percaya. Apakah lelaki tua ini berharap dia akan mempercayainya setelah semua kebohongan yang selama ini dia lakukan?Tunggu Harimurti. Tidak semudah itu. Dunia ini tidak selalu berjalan sesuai dengan kehendakmu."Sepertinya ada banyak pertanyaan yang ingin kau tanyakan, El."Elya tersenyum tipis kemudian berdehem kecil."Aku masih tidak mengerti. Kenapa Anda seolah sangat menutupi aib Mas Bram? Bahkan sampai menikahkan dia dengan Rossa agar rencananya berhasil? Bukankah tujuan Anda adalah aib Mas Bram terbongkar?" Elya memicingkan matanya. Hilang sudah rasa hormatnya pada lelaki tua itu, dia memutuskan memanggil Kakek Harimurti denga
Read more

Sebuah Penawaran

"Satu langkah rencanaku untuk mengambil alih perusahaan sudah lebih dekat. Tidak akan lama lagi pasti Lin akan mengetahui bahwa puteranya mandul. Mulus. Rencana ini berjalan mulus sesuai rencanaku. Aku tidak perlu melibatkan diri agar Lin tahu. Sehingga anak tiriku itu tidak akan menaruh curiga apapun." Senyum samar terlihat dari wajah tua itu."Aku sebenarnya sudah mengetahui semua rencana Bram yang akan mempailitkan perusahaan. Dia pasti membutuhkan banyak waktu untuk mewujudkan itu semua. Aku menawarkan pernikahan kedua, sebagai jalan keluarnya." Ketukan di pintu membuat Kakek Harimurti menghentikan ucapannya. OB masuk mengantarkan satu teko jeruk hangat."Kau kira aku melakukannya dengan tulus? Tentu saja tidak! Mau bagaimanapun, Bram tidak akan memiliki keturunan, sehingga pernikahan itu akan sia-sia. Aku melakukannya hanya agar Lin tidak curiga," sambungnya setelah OB keluar dari ruangan."Kenapa Anda terlihat sangat marah saat Rossa mengatakan dia h
Read more

Kau yang Selingkuh!

"Kau lelaki bajingan! Untuk apa lagi kau kemari, hah?!" Ranti berteriak kalap. Dia menyerang Frans, suaminya."Ranti, Ranti," teriakan Mama Vania ikut meningkahi keributan yang terjadi.Sementara Papa Lin yang sedang duduk di kursi tamu terlihat mengurut keningnya. Lelaki yang menggunakan baju kaos biru langit itu menatap bingung pada anak dan menantunya."Untuk apa kau kemari?!" Ranti memegang kerah baju Frans."Ranti! Duduk dan selesaikan permasalahan ini dengan kepala dingin." Papa Lin akhirnya bersuara."Aku tidak bisa berbicara dengan kepala dingin menghadapi lelaki sialan ini, Pa!" Wanita yang sedang berada di puncak emosi itu semakin mengeratkan pegangannya.Napas Ranti menderu. Matanya tajam menatap Frans yang tidak melakukan apapun untuk membela diri.Mama Vania menghela napas, beranjak mengelus punggung Ranti. Dia berusaha membujuk anaknya agar mau berbicara dengan tenang."Duduklah, Ran!" Papa Lin be
Read more

Penawaran Dari Rossa

Ranti membeku. Wajahnya menegang. Ujung-ujung jarinya mendadak terasa sangat dingin."Aku melakukan tes DNA saat anak kita lahir. Dan hasilnya kau tahu sendirilah."Hampir semua yang ada di ruangan itu tercengang. Elya yang lebih dulu bisa menguasai keadaan izin pamit keluar sebentar. Pusing kepalanya menyaksikan adik iparnya itu berdebat.Pelan Elya melangkah ke luar rumah. Mencari udara segar. Napasnya ikut terasa sesak mendengarkan permasalahan dalam rumah tangga Ranti."El …." Rossa tersenyum manis menghampiri Elya yang akhirnya memilih duduk di halaman. Malas melihat kekacauan di dalam.Elya menoleh pada sumber suara. Dia menarik napas perlahan. Mau apa pula madunya itu mendekatinya."Boleh aku duduk di sini?" Rossa sudah duduk di samping Elya sebelum dia memberi jawaban.Elya mengangkat bahu. Datar saja dia menatap wanita yang menggunakan dress merah muda dengan bahu terbuka di sampingnya."Kenapa kau bert
Read more

Aku Sudah Tahu

"Kita tetap memakai tim yang sebelumnya karena mereka sudah hafal daerah itu. Selain itu, akan lebih menghemat waktu dari pada harus membentuk tim yang baru." Elya memimpin jalannya rapat.Wanita dengan setelan formal berwarna merah hati itu terlihat sangat anggun. Rambut digerai dengan pita kecil berbentuk bulan sabit menghiasi rambutnya. Manis. Elya akhirnya memutuskan tampil ke depan, saat Kakek Harimurti sudah mengetahui rahasianya. Tidak masalah, dia jadi lebih mudah mengontrol dan menjalankan perusahaannya."Baik, saya kira cukup untuk siang ini? Semua pertanyaan sudah terjawab bukan?" Elya menatap satu persatu peserta rapat."Harapannya minggu depan proses penggalian bijih emas itu sudah bisa dimulai, sehingga waktu kita lebih efisien." Peserta rapat serentak mengangguk setuju.Bram menatap Elya kagum. Istrinya itu benar-benar terlihat sangat luar biasa saat memimpin rapat. Ingatannya melayang pada saat Elya presentasi sekitar seb
Read more

Sebuah Syarat

"Aku meminta saran pada Papa sambil memperlihatkan hasil pengecekan air minum yang kau lakukan, El." Bram mulai menjelaskan saat dilihatnya wajah Elya melongo. Ingin sekali dia tertawa melihat mulut Elya yang setengah terbuka."Awalnya aku berniat memberitahukan semuanya pada Kakek. Tetapi Papa langsung melarang. Beliau akhirnya menceritakan semua tentang garis keturunan keluarga kami. Papa menduga, pelakunya adalah orang dalam." Bram berhenti sejenak. Dia menguatkan hati untuk meneruskan cerita."Besoknya, kami menemui Om Ridho. Dengan sedikit ancaman dan tekanan, lelaki itu akhirnya membongkar semua rahasia. Mana pernah Om Ridho berani melawan Papa? Dibentak sedikit saja nyalinya langsung ciut. Pengecut! Anaknya pengecut dan Harimurti berjiwa kerdil." Bram tersenyum sinis"Usaha itu sebenarnya milik Papa, warisan dari orangtua Papa, Kakek kandungku. Tetapi karena Papa sudah menganggap Kakek Harimurti sebagai orang tuanya sendiri, orang yang telah merawat
Read more

Dia Harus Dikendalikan

"Gila!" Kakek Harimurti membanting koran bisnis yang baru saja dibacanya. Wajah lelaki tua itu memerah.Papa Lin yang sedang menyesap teh melati hangat di sampingnya menoleh. Sekilas diliriknya koran bisnis yang baru saja dibanting ayah tirinya itu.Papa Lin mengalihkan pandangan ke depan. Sepagi ini Kakek Harimurti sudah bertandang ke rumahnya. Entah apa hal yang sangat penting, sampai-sampai saat embun saja masih malas beranjak, lelaki tua itu sudah jauh melukiskan jejak."Kau bacalah itu, Lin!" Kakek Harimurti menoleh pada Papa Lin sambil menunjuk koran dengan dagunya.Papa Lin melirik koran dengan ujung mata. Sedikit enggan meletakkan gelas teh melatinya, kemudian mengambil koran yang terletak di atas meja.Kening lelaki berkaos merah itu berkerut. Dia melirik ke arah Kakek Harimurti yang sedang menatapnya tajam."Harimurti Grup ada di urutan nomor lima, seperti biasa, Pa." Mata Kakek Harimurti langsung melotot saat mendengar ucapan Papa Lin.Papa Lin berdehem demi melihat tampang
Read more

Bisnis Adalah Bisnis

"Liiiiin. Kau tahu, kan? Elya sakit hati dengan Bram karena Bram telah membohonginya. Dia juga sakit hati dengan keluarga kita. Kau yakin tidak ada maksud lain dibalik kerjasama yang dia lakukan?" Papa Lin hampir saja tertawa terbahak-bahak melihat wajah sebal Kakek Harimurti."Wanita itu, Elya, menantumu itu hampir saja menghabisi kita! Andai saja di daerah bersalju itu tidak ada tambang emas, bisa dipastikan saat ini keluarga kita sudah menjadi gelandangan!""Lalu, kenapa membicarakannya padaku, Pa?""Kau harus bertindak, Lin! Gunakan semua kemampuanmu untuk menggulingkan perusahaan Elya!""Nama perusahaan yang bagus, Lakhsita, berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti wangi. Elya seolah ingin menunjukkan visi misi perusahaannya, dia seolah ingin menunjukkan pada semua orang, bahwa dia akan menghabisi semua perusahaan yang sering bermain curang sehingga menimbulkan bau busuk!" Papa Lin mengangguk. Sementara Kakek Harimurti terdiam mendengar setiap kata yang keluar dari mulut Papa L
Read more

Mana Bram?

"Mana Bram?" Rossa menghempaskan pant*tnya ke kursi di dekat meja makan.Elya yang sedang memasak malbi melirik sekilas pada Rossa. Wanita yang menggunakan celemek dengan rambut dicepol itu menggelengkan kepala. Madunya itu benar-benar harus diajari sopan santun. Bisa-bisanya dia masuk tanpa mengetuk pintu dan langsung menuju dapur. Ck! Elya berdecak sebal."El ….""Hm ….""Mana Bram?""Di kamar.""Kau jutek sekali, El." Rossa memindai toples kue di atas meja."Ada perlu apa mencari Mas Bram, Ros?" Elya menuangkan sedikit kuah malbi yang sudah mengental ke atas telapak tangan. Mencicipi rasa masakannya. Wanita cantik itu mengangguk. Sempurna. Rasanya pas, sesuai dengan yang diinginkannya."Hei! Dia suamiku juga, loh!" Rossa tertawa kecil."Terus?" Elya mengambil mangkok, mulai memindahkan malbi daging sapi ke dalam wadah yang diambilnya tadi."Apanya yang terus?""Hei! Coba simak ini. Aku bertanya ada perlu apa mencari Mas Bram. Lalu, kau menjawab dia juga suamimu. Apa menurutmu jawab
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status