Home / Romansa / DUSTA LELAKI BERGELAR SUAMI / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of DUSTA LELAKI BERGELAR SUAMI: Chapter 81 - Chapter 90

95 Chapters

Diuntit

"Aku tidak berminat bekerjasama dengan kalian." Susah payah Elya membujuk suaranya agar keluar.Wanita itu memejamkan mata. Menarik napas panjang. Dia harus bisa mengendalikan diri dan memutar balikkan situasi."Kalau begitu jangan ganggu kami!""Kapan aku mengganggu kalian?""Tinggalkan Pak Muhari!""Kenapa? Aku yang lebih dulu menjalin kerjasama dengan mereka, dan selama ini kalian tidak pernah memperingatkanku. Kenapa baru sekarang?" Elya berkata dingin. Susah payah dia mengendalikan suaranya agar tidak terdengar bergetar."Tinggalkan Pak Muhari! Atau selangkah saja kau keluar dari mobil, kau akan menerima akibatnya!""Pengecut! Hei …."Telepon ditutup secara sepihak dari seberang sana. Elya membanting ponselnya kesal.Selama ini dia aman-aman saja dalam berbisnis. Kenapa sekarang justru baru muncul hal-hal seperti ini? Pasti ini ulah Harimurti. Semenjak dia mengibarkan bendera perang pada Harimurti Grup, hal ini baru terjadi."Kakek tua bangka s*alan! Hei malaikat maut, kapan kau
Read more

Fitnah

"Bu Elya." Pak Muhari langsung tersenyum lebar saat melihat Elya memasuki ruangannya."Pak Muhari." Elya mengangguk sopan. Tangannya menyambut uluran tangan Pak Muhari."Hendy sudah mengabari saya tadi kalau Bapak minta waktu untuk meninjau ulang kerjasama kita." Elya tersenyum. Memilih posisi menyerang daripada bertahan.Pak Muhari berdehem."Kepalang tanggung, saya sudah setengah perjalanan kemari. Ya sudah mampir saja." Elya tertawa kecil."Siapa tahu ada yang Pak Muhari mau tanyakan terkait kerjasama. Rasa-rasanya, beberapa kali kita bekerjasama dalam tujuh tahun terakhir, proyek yang kita garap selalu sukses."Pak Muhari tampak berpikir sejenak. Seperti sedang memilah-milah kata yang tepat."Begini Bu Elya." Lelaki itu menarik napas sebelum melanjutkan kalimatnya."Ada selentingan kabar, Bu Elya melakukan cara-cara yang tidak baik untuk bisa mencapai posisi saat ini.""Posisi apa, Pak?" Elya menger
Read more

Ditusuk Dari Berbagai Arah

"Saya dan Elya sudah saling kenal." Rossa tertawa renyah. Mengambil tempat duduk di samping Elya."Begitukah?" Pak Muhari ikut tertawa menanggapi ucapan Rossa."Tidak perlu sungkan. Kami ini kakak dan adik madu, Pak." Rossa terkekeh."Maksudnya?" Kening Pak Muhari berkerut."Saya istri kedua Bram." Rossa tersenyum penuh kemenangan melihat Elya yang hanya diam membisu."Oh!" Pak Muhari hanya ber-oh kaget. Dia memang sudah tahu Pimpinan Harimurti Grup beristri dua, tapi tidak menyangka, wanita yang dikirim sebagai mediator ini adalah orangnya."Jangan beranggapan saya pelakor loh, Pak." Rossa terkekeh. Sementara Pak Muhari hanya tersenyum tanggung. Melirik Elya sedikit sungkan."Elya dan Bram sudah lama menikah, tetapi yaaaah belum ada keturunan. Syukurlah begitu menikah dengan saya, baru beberapa bulan, saya langsung isi." Rossa menutup mulutnya sambil tertawa renyah. Hatinya sedang senang. Melihat Elya yang diam saja dia
Read more

Seluruh Kemampuan

Para tamu undangan baru saja pulang. Tidak banyak, hanya keluarga dekat, beberapa rekanan bisnis, teman-teman Lira dan teman kantor suaminya.Lira baru saja mengadakan selamatan atas kelahiran anak pertamanya. Elya memilih menepi dari hiruk pikuk para keluarga yang tersisa. Wanita itu menjauh sambil membawa segelas jus melon yang disediakan."El." Satu suara mengejutkan Elya."Ros." Elya mengangguk saat Rossa menunjuk kursi di sampingnya. Kosong. Silahkan saja kalau mau duduk, maksudnya.Mereka terdiam. Sibuk dengan pikirannya masing-masing.Siang itu.Setelah kesepakatan antara Harimurti Grup dan Pak Muhari tercapai, Elya pamit keluar lebih dulu dari ruangan Pak Muhari."Ros."Elya langsung menggamit Rossa ketika madunya itu keluar ruangan. Dengan tatapan heran Rossa mengikuti langkah Elya. Tidak mungkin juga dia menarik tangannya secara tiba-tiba, kan? Ada staf Pak Muhari di sini. Dia harus menjaga sikap.
Read more

Sebuah Rencana

Rossa menarik napas panjang. Elya benar. Wanita cantik itu memang terkesan arogan dan angkuh. Tetapi dia juga tahu, istri pertama Bram itu pantang mengkhianati rekan bisnisnya. Sekali dia berjanji, maka mati adalah hal yang dapat menghalanginya untuk menepati."Apa yang kau inginkan dariku, El? Kau pasti tahu, aku sudah tidak bisa mundur. Suatu hal yang mustahil bagiku bisa melepaskan diri dari Kakek Harimurti setelah sejauh ini.""Aku tidak memintamu melakukan itu, Ros. Justru aku ingin kau tetap seperti ini, agar bisa terus berada dalam lingkaran ring pertama Harimurti."Rossa mengangguk. Dalam hatinya masih terus merutuki diri, kenapa dia bisa sebodoh ini."Jadi, bagaimana?"Pertanyaan Elya membuat Rossa mengangkat kepala.Pun malam ini, saat Elya menanyakan hal yang sama. Istri kedua Bram itu mengangkat kepala, dan menatap Elya sambil mengangguk.Mengabaikan hiruk pikuk keramaian di dalam rumah, mereka berdua terliba
Read more

Menemui Raja Otak Bisnis

Angin malam berhembus sepoi-sepoi. Langit ibu kota terlihat cerah. Bulan purnama tanggal enam belas terlihat indah di angkasa. Mengambang. Bagai lampion bulat yang menggantung dengan sempurna.Di sini. Di rooftop gedung pencakar langit tertinggi di kota ini, sesosok laki-laki yang sudah menjelang usia senja, terlihat sedang duduk di salah satu kursi yang tertata rapi.Laki-laki itu seperti biasa. Selalu berpenampilan sederhana. Menggunakan baju kaos santai berwarna hitam, dipadukan dengan celana bahan yang berwarna senada. Membuat lelaki itu terlihat sangat berwibawa. Sisa-sisa kegagahannya di masa muda, benar-benar masih tampak dengan jelasnya.Dari ketinggian gedung ini, mobil-mobil yang berlalu lalang dibawah sana tidak nampak terlalu jelas, hanya terlihat cahaya lampunya saja. Lampu-lampu mobil itu membentuk barisan panjang. Bekerlap-kerlip. Indah dipandang mata.Lelaki itu melepaskan kacamata yang dipakainya. Sejenak kemudian melirik jam di tangannya. Jam t
Read more

Rencana Penggulingan

"Panggil Papa saja, El." Papa Lin tersenyum kecil saat tawanya reda."Papa apa kabar?" Elya tersenyum cerah. melihat cahaya di mata Papa Lin, dia tahu, dia sudah berhasil membangunkan singa tidur itu."Sehat, El. Kau sibuk sekali akhir-akhir ini sepertinya? Saat acara selamatan kelahiran anak Lira kemarin juga kita tidak sempat bercakap-cakap."Percakapan mereka terhenti. Pramusaji mengantarkan pesanan yang telah lebih dulu Elya pesan saat reservasi tempat.Kebetulan sekali, restauran di rooftop gedung pencakar langit tertinggi itu sedang sepi malam ini. Hanya ada tiga pelanggan. Duduk mereka juga berjauhan, sehingga membuat obrolan mereka lebih bebas."Sibuk, Pa. Bagaimana tidak sibuk? Aku ingin menggulingkan salah satu pemilik perusahaan paling berpengaruh. Tentu banyak hal yang harus kulakukan." Elya tertawa kecil.Papa Lin tersenyum. Istri pertama Bram ini memang selalu berbicara langsung ke intinya."Bagaimana, El?" Papa Lin mulai memasukkan pot
Read more

Konferensi Pers

"Ini rangkaian terakhir, Bram. Setelah ini kita lakukan pengecekan secara keseluruhan, baik darah maupun sp*rma." Dokter Lucky menjelaskan sambil menyiapkan resep untuk Bram."Bagaimana, dok?""Apa yang bagaimana, El?" Dokter Lucky tersenyum sambil menatap Elya."Mas Bram." Elya mengulum senyum.Dokter Lucky tertawa melihat Elya yang salah tingkah."Kau ini seperti masih perawan saja, El. Malu-malu begitu."Bram ikut tertawa mendengar omongan dokter Lucky. Dadanya berdebar kencang. Takut hasilnya tidak sesuai dengan harapan."Sejauh ini hasilnya baik. Tapi harus saya pastikan lagi dengan hasil pengecekan terakhir nanti. Sudah tidak sabar menanti kehadiran buah hati ya?" Dokter Lucky mengedipkan sebelah mata.Elya dan Bram tertawa berbarengan."Ada lagi yang mau ditanyakan?""Cukup dok," jawab Bram sambil menerima resep yang diserahkan dokter Lucky.Setelah beberapa percakapan lagi, Ely
Read more

Kantor Pusat Harimurti Group

Suara Papa Lin terdengar berwibawa."Saat ini. Saya hanya berdiri sebagai penengah, untuk rumor yang sangat simpang siur terjadi dalam dunia bisnis. Saya, mewakili Harimurti Grup merasa perlu angkat bicara, agar rumor tidak semakin berkembang dan menyesatkan kita semua.Saya diberikan mandat oleh anak saya, Bramantyo Harimurti. Karena menurutnya, saya lebih mumpuni dalam menyelesaikan rumor ini.Sepenuhnya kepemimpinan Harimurti Grup saat ini dipegang oleh Bram. Semua keputusan, walau hanya untuk membunuh seekor semut pun di dalam Harimurti Grup harus atas seizin Bram.Menjawab rumor yang beredar tentang perebutan kekuasan dalam lingkaran keluarga Harimurti, itu tidak benar sama sekali.Sebagai pemimpin perusahaan, Bram yang berhak menentukan arah perusahaan selanjutnya. Karena saya dan Ayahanda Harimurti sudah tidak memiliki kuasa apapun lagi dalam lingkar perusahaan.Selain itu, mengenai rumor kedua yang beredar, yakni tent
Read more

Satu Lawan Tiga

"Jelaskan!" Bentakan Kakek Harimurti memenuhi lantai paling atas kantor pusat Harimurti Grup. Suara serak itu gemetar menahan amarah.Papa Lin menarik napas panjang. Lelaki tua di hadapannya ini terlihat sangat marah. Hilang sudah rasa hormatnya selama ini. Orang yang dianggapnya sudah seperti ayah kandung sendiri, ternyata musuh yang menikam dari belakang."Tenanglah dulu, Pa.""Jelaskan maksud semuanya, Lin.""Maksud yang mana?""Kenapa kau melakukan konferensi pers?!" Kakek Harimurti berteriak kencang. Giginya bergemeletuk melihat Papa Lin yang tampak tenang-tenang saja."Kenapa tidak?" Papa Lin tersenyum. Matanya menatap dua orang bodyguard berbadan atletis yang berdiri tegap menjaga pintu. Dia yakin sekali, pasti di luar ruangan jumlah mereka lebih banyak lagi."Lin!" Kakek Harimurti menggebrak meja."Apa masalahnya, Pa?" Papa Lin menatap Kakek Harimurti dengan ekspresi pura-pura bingung.Kakek Ha
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status