Beranda / Fantasi / ZAHA REBORN / Bab 61 - Bab 70

Semua Bab ZAHA REBORN: Bab 61 - Bab 70

206 Bab

61. LATIHAN BERAT ZAHA DIMULAI

Pukul 4.00 dini hari."Mau kemana sih, dek?" Tanya Nia pagi itu saat Zaha membangunkannya dan memintanya untuk sementara waktu tinggal di tempat lain, sampai dirinya benar-benar aman.Zaha menceritakan yang kejadian sebenarnya pada Nia, jika dia telah menghukum Ronal dan Roy karena telah memperkosa diri Nia tempo hari. Walau tidak dijelaskan secara detailnya, biar kakaknya tersebut tidak terlalu syok mendengarnya. Itu membuat Nia sedikit kaget dan kembali terisak sedih, mendengar penjelasan adiknya yang telah mengambil tindakan sejauh itu demi menghukum orang-orang yang telah menyakiti dirinya.Kini, akibat dari kejadian itu, keluarga Ronal akan melakukan pembalasan pada mereka. Karena itu, Zaha meyakinkan Nia untuk sementara waktu harus bersembunyi dulu sampai kedaan benar-benar aman."Kakak percaya padaku, 'kan?" Tanya Zaha sambil memegang tangan Nia lembut.Membuat Nia jadi gugup diperlakukan seperti itu."Iya, tapi kakak gak mau jauh dari kamu, dek. Ada kamu yang jagain kakak, sud
Baca selengkapnya

62. LATIHAN YANG SANGAT MENYIKSA

"Jangan bilang kalau kakak olahraganya sambil dorong motor, ya?" Tanya Cintya curiga. "Emang, iya!" Jawabku acuh tak acuh. "Eh, kakak serius?" Tanya Cintya terkejut seakan tidak percaya. "Udah, pegangan yang kuat!" Aku mulai mendorong motornya. "Loh- loh, eh, kaaak!" Teriak Cintya kaget begitu motornya mulai berjalan karena doronganku dari belakang. Aku terengah dan dengan napas silih berganti seperti bunyi gedebong kereta. Aku sengaja memakai motor Cintya sebagai alat bantu untuk latihan, dengan begitu berat pakaian ini tidak terlalu bertumpu pada tubuhku sepenuhnya. Sebagiannya bisa ku salurkan pada daya dorong motornya Cintya. Sehingga tubuhku hanya menanggung beban tujuh persen saja namun tidak mengurangi keefektifan latihan itu sendiri. Tapi, meskipun sudah begitu, otot-otot tubuhku menegang seakan mau meledak. Kaki ku bahkan terasa mulai gemetar karena berat berlebih dari pakaian ini, nafasku terasa mulai berat karena beban yang ku rasakan. "Kak Zaha, istirahat dulu sa
Baca selengkapnya

63. LUMAYAN BUAT SELINGAN LATIHAN

Saat jam istirahat.Sebenarnya, aku lebih memilih untuk tidak keluar dan mengistirahatkan tubuhku. Apalagi, beberapa bagian ototku masih terasa sedikit keram karena latihan ekstrim yang sedang ku jalani akhir-akhir ini.Namun, begitu mengingat bahaya yang akan datang mengancam, terpaksa harus memaksa kembali tubuh ini. Selain itu, saat ini aku sedang berusaha untuk bertemu dengan Anna ataupun Chintya. Tapi, kadang keinginan tidak sejalan dengan kenyataan. Karena pada kenyataannya, justru mereka selalu bisa menemukan diriku, meski aku sudah berusaha untuk menghindar.Aku tidak mau dengan kedekatanku dengan mereka, akan membahayakan nyawa keduanya atau bahkan menjadikan mereka sebagai alat ancaman bagi musuh untuk menekanku nanti.Aku beranjak menuju area belakang sekolah yang berada di samping gudang jadi tempat yang ideal untuk latihan ringan saat jam istirahat. Tempat ini biasanya juga dipakai oleh para siswa nakal untuk merokok ataupun sekedar nongkrong para badboy.Baru saja, sampa
Baca selengkapnya

64. MUSUH MULAI BERGERAK

"Lu mau lanjut, Bondan?" Tanyaku dingin sambil menatap mata Bondan yang hanya bisa terpana seakan tidak percaya ketika melihatku berhasil menjatuhkan temannya."Eh, gak- gak, deh. Capek gue! Gue nyerah!" Jawab Bondan dengan napas terengah sambil mengangkat kedua tangannya ke atas."Huft, padahal gue sudah terlanjur berharap jika kalian bisa membantu gue buat olahraga sebentar." Ujarku kecewa."Eh?" Mereka semua tampak kaget mendengar ucapanku. Lalu, tiba-tiba wajah mereka terlihat khawatir. Mungkin dikiranya aku akan menghajar mereka semua."Udah! Gini aja, karena hanya tinggal kalian berlima laki-laki. Gue minta kalian buat mukul perut gue lagi kayak tadi.""Dan kalian.." Ucapku ragu ketika melihat Gea dan Sri.'Duh mau diapain baiknya yah? Gak mungkin disuruh main kekerasan juga kan, yah? Kalau buat mengeraskan mungkin cocok yah, wkwwk.'"Kami bagian mijit lu aja, Zaha. Siapa tahu nanti kamu lelah dan pegal, 'kan? hihihi." Ujar Siska genit.Rully tampak tidak senang menatapnya."Iya
Baca selengkapnya

65. KUNJUNGAN ANNA YANG TIBA-TIBA

"Kak, mau ke mana?" Tanya Silvi begitu melihat kakaknya yang sudah rapi dan hendak keluar."Mau ke tempatnya Zaha." Jawab Anna singkat."Eh, ke tempat kak Zaha? Aku ikut dong, Kak!" Ucap Silvi bersemangat."Loh-loh, siapa yang mau ngajakin kamu, dek." Ucap Anna protes."Gak mau tahu, pokoknya tungguin! Silvi juga mau ikut." Teriak Silvi dari atas tangga. Dia langsung buru-buru ke kamarnya buat ganti pakaian.Sekarang, jadilah Silvi menempel di sebelahnya Anna, mengikutinya ke tempat Zaha.Padahal Anna berharap akan menemui Zaha sendirian. Tapi saat berangkat tadi, malah adiknya ngotot meminta untuk ikut.Dulunya, Silvi terlihat ilfeel pada Zaha. Entah kenapa, sejak ditolong oleh Zaha tempo hari, Silvi terlihat bersemangat kalau membahas tentang Zaha.Bahkan kalau Anna pulang dari sekolah, pasti Silvi selalu bertanya, "Bagaimana kabar kak Zaha ?", Lalu ia berkomentar tentang perubahan fisik Zaha juga, "Hmn, kak Zaha sudah semakin berisi tubuhnya sekarang loh, kak! Udah gak kurus ceking
Baca selengkapnya

66. KISAH SANG LEGENDA

Keesokan siangnya.Para petinggi Kelompok Selatan sedang berkumpul di sebuah ruko yang masih dalam tahap pembangunan, tidak jauh dari pasar Tanah Kuda.Tampak para petinggi senior seperti Cak Timbul, Cak Nawi, Hiukali, Jarwo, Kobang, Mang Lipay, dan para pimpinan junior yang sudah mulai memiliki anggotanya masing-masing, ada Virangel, Alex, Acera, Hari, Sam, Indra, Kulup, Inggek, Rio dan Arman (mantan anak buahnya Codet dulu, yang memilih bergabung dengan kelompoknya Zaha. Setelah dikalahkan oleh Zaha, keduanya memutuskan setia pada Zaha. Terakhir, ada Zulham yang mewakili preman di komplek Zaha tinggal. Walau sebenarnya masih ada preman senior lainnya, tapi Zulham dipilih memimpin daerah komplek karena faktor kedekatannya dengan Zaha dan keluarganya."Cak, cerita dong tentang pemimpin pertama di kota ini sebelum terpecah seperti sekarang?" Tanya Acera pada Cak Timbul begitu mereka selesai rapat siang itu."Memang dulu kita gak terpecah-pecah kayak sekarang, bang?" Tanya Inggek penasa
Baca selengkapnya

67. PENYERANGAN DI SIANG BOLONG

Kring, Kring! Saat mereka sedang asik berdiskusi saat itu, tiba-tiba ponselnya Zulham berdering. Zulham menatap ragu pada para senior, takut dikira lancang jika mengangkat telpon saat mereka sedang bicara. "Udah, angkat aja! Siapa tahu penting." Izin Cak Timbul. Mendapat ijin, Zulham langsung menjawab panggilan telpon tersebut. Entah siapa yang menelponnya, tiba-tiba wajah Zulham terlihat tegang dan emosi. "Bangsat! Kalian tunggu disitu, kami segera kesana!" Kata Zulham dengan penuh emosi, membuat yang lainnya jadi penasaran tentang siapa yang menelpon. "Ada apa, Jul?" Tanya Acera begitu Zulham menutup panggilan telponnya. Napas Zulham terlihat memburu karena emosi yang sedang memenuhi dadanya, ia berkata, "Pos Ronda komplek diserang oleh sekelompok orang tidak dikenal barusan." "Anjing! Siapa yang berani cari gara-gara dengan kita? Bangsat!" Ujar Indra ikut emosi mendengarnya. Indra bahkan sampai langsung berdiri dari tempat duduknya. Begitupun dengan yang lainnya. Komplek p
Baca selengkapnya

68. BIDUAN YANG TERPENJARA

Siang itu tampak seorang wanita paruh baya keluar dari sebuah ruang VIP lantai atas di sebuah hotel yang terkenal dengan bisnis esek-eseknya, Axelis Hotel.Di belakangnya menyusul keluar seorang laki-laki paruh baya, berperut sedikit buncit.Hari masih siang, tapi sudah ada saja laki-laki hidung belang yang datang untuk mendapatkan jasanya. Usia wanita itu sendiri sudah hampir 45 tahun. Tapi, wanita yang mudanya dulu pernah jadi biduan terkenal di ibu kota itu masih tampak cantik.Kecantikan seorang wanita dewasa yang sudah matang.Dengan memaksakan sebuah senyum tipis di wajahnya, wanita tersebut melepas kepergian pria hidung belang yang setia memakai jasanya tersebut. Setelah sebelumnya sang pria sempat memasukan beberapa lembar uang ratusan di sela pakaian atasnya yang sedikit terbuka."Eh, bang Komar?" Sapa wanita tersebut terkejut ketika melihat seorang pria telah berdiri di depan pintu kamarnya. Begitupun dengan pria langganannya, yang langsung bergegas pergi begitu melihat pria
Baca selengkapnya

69. ZAHA YANG DINGIN

Di tempat lainnya, Silvi baru saja membuka pintu kamarnya dan tepat di saat bersamaan pintu kamar kakaknya yang berada tepat di sebelah kamarnya juga terbuka. Mata keduanya masih sembab, sehabis menangis karena apa yang terjadi pada mereka sehari sebelumnya. Dan alasan dibalik kesedihan mereka adalah karena orang yang sama, Zaha."Eh, ka-kakak?""Adek?."Ujar mereka bersamaan. Keduanya tampak sama-sama canggung. Terutama karena yang menjadi penyebab kesedihan mereka adalah orang yang sama. Mereka berdua duduk di sofa ruang tamu, tanpa bersuara. Sepertinya, apa yang terjadi kemarin, telah membuat mereka susah tidur. Setelah terdiam beberapa saat lamanya, Silvi tiba-tiba bersuara, "Kak, aku baru sadar satu hal.. Ini tentang kak Zaha.""Hmn, kakak juga." Ucap Anna terkejut.Keduanya saling bertatapan dan seperti memiliki pikiran yang sama."Iya, kak. Kakak pasti mikir ada yang aneh juga, 'kan? Tentang sikap kak Zaha kemarin." Ucap Silvi sambil memikirkan sesuatu.Anna mengangguk, "Iya,
Baca selengkapnya

70. ANALISA SILVI DAN MENCARI KEBERADAAN ZAHA

"Hmn, tapi jangan bahas itu dulu sekarang! Terus, sekarang kita harus bagaimana dong, dek?" Tanya Anna gelisah. Ia tidak ingin Zaha kembali menjauhi dirinya. Pengalaman beberapa waktu lalu, cukup membuat Anna merasa tersiksa, ia tidak mau lagi berjauhan dengan Zaha. Zaha seakan sudah menjadi candu tersendiri bagi Anna. Berada dekat dengan Zaha, membuat Anna merasa aman dan nyaman. Hal yang tidak pernah ia dapatkan dari cowok manapun yang pernah ia kenal."Entahlah, kak. Aku juga belum tahu harus bagaimana! Sepertinya, kita harus cari tahu sendiri, apa yang menyebabkan kak Zaha bersikap seperti ini dan terkesan menjauhi kita. Bisa jadi, kak Zaha bersikap seperti itu agar kita tidak terlibat dalam masalahnya." Ucap Silvi lirih, coba menganalisa semua petunjuk yang ada di kepalanya. Dibanding dengan Anna, mungkin Silvi lebih berbakat untuk meneruskan profesi ayah mereka yang merupakan seorang perwira tinggi dan sekarang dipercaya sebagai salah satu petinggi di Badan Intelelijen
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
21
DMCA.com Protection Status