Saat akhir pertemuan, saat semua orang sudah bubar dan hanya menyisakan Ncang Ari, Zaha, Zulham dan beberapa orang temannya. "Ncang, Aku mau bahas tentang ruko yang dibeli sama ibu kemarin." "Oh itu, hahaha. Gak usah dipikirin, King! Saya memberikan sepenuhnya untuk ibumu, King." Jawab Ncang Ari santai. "Tapi, ibu mikirnya tidak begitu. Kami tidak bisa menerimanya dengan gratis begitu saja. Saya, janji akan segera melunasinya." "King, kamu adalah pemimpin kami di sini. Kalau kamu menolaknya atau membayarnya, sama halnya kamu menghina saya. Lebih baik saya angkat kaki saja dari sini dan tidak akan pernah menampakan diri di daerah selatan ini lagi, kalau begitu ceritanya." Ujar Ncang Ari, raut mukanya terlihat berubah. "Aduh, maksud saya bukan begitu, Ncang." Ucap Zaha merasa tidak enak. "Tolonglah, King! Kasih saya muka, masa hanya pertolongan sekecil itu, kamu sampai harus membayarnya." Ucap Ncang Ari serius. "Tapi..." Zaha masih tampak keberatan. Ia tidak terbiasa berhutang b
Read more