Beranda / Fantasi / Penguasa Dewa Naga / Bab 311 - Bab 320

Semua Bab Penguasa Dewa Naga : Bab 311 - Bab 320

349 Bab

301. Pertarungan di Planet Merah.

Itu bukanlah sebuah meteor besar, melainkan sebuah benda kecil, namun menyebabkan bola api yang lebih besar dibandingkan Akara sebelumnya. Bola api itu begitu dekat, bahkan tekanan gravitasi sudah terasa begitu kuat, namun Akara masih tetap duduk bersila. Aliran energi begitu besar mengalir layaknya sungai di udara, sedangkan Komo menggigit ujung jaket tuannya dan menarik-nariknya. Karena ukurannya masih kecil, ia tidak mampu melakukan hal itu. "Akara! Akara! Woi! Aku belum mau mati! Bocah sialan! Bocah! Akara sialan!""Berisik!" Akara membuka matanya dan langsung meraih Komo, ia melesat begitu cepat saat bola api sudah memenuhi langit di atasnya dan hanya berjarak puluhan meter saja. Kurang dari satu detik ia berhasil lolos dari tekanan gravitasi, namun ia langsung terbelalak dan berhenti. Di depannya sudah ada gelombang energi yang menggulung api yang sangat tinggi, namun juga sangat lebar sejauh mata memandang. Sesaat kemudian, meteor di belakangnya membentur p
Baca selengkapnya

302. Mengasah Keahlian Baru.

Tiba-tiba para pria kerucut melesat turun, seketika muncul belasan laser dari belasan orang yang menyebar tadi. Laser itu menyebar di atas layaknya sebuah kurungan, bergerak turun memojokkan pria bercaping. Ia ingin melesat keluar, namun ternyata ada laser dari orang-orang yang turun tadi. Benar-benar seperti sangkar burung yang mengurungnya dari segala arah, namun juga mengecil dengan sangat cepat. Akan tetapi, bisa-bisanya ia dalam sekejap meluncurkan banyak sekali anak panah. Begitu jitu meluncur di sela-sela laser yang begitu sempit dan mengenai targetnya, sayang sekali tidak bisa mengeksekusi mereka semua. Laser menyempit hingga seluruh tubuhnya terkena, namun tiba-tiba ada ledakan.Bomb!... Ledakan yang begitu besar, bahkan menggerus tanah begitu dalam. Menyebabkan mereka semua terlempar, dengan gelombang panas yang membakar pakaian serta kulitnya. Walau penuh luka bakar akibat laser, pria bercaping melesat melebihi kecepatan gelombang panas. Dalam sekali tarikan, ia
Baca selengkapnya

303. Akara Menghilang!

Lina, gadis berambut putih sedang duduk bersantai di ruangan lantai dua villa, sambil mengamati dempuran ombak di pasir putih. Beberapa saat kemudian muncul portal di sampingnya dan keluarlah seorang wanita dengan gaun sutra putih. Ia langsung berdiri dan mendekati wanita itu, lalu berkata tanpa menunjukkan ekspresi apapun."Sudah beberapa hari, di mana Akara?""Hehe." Kak Pricilia malah tertawa canggung, lalu mengulurkan tangannya dan muncul portal kecil di atasnya. Keluarlah seekor Naga tanpa sayap berukuran kecil yang begitu lemas di atas telapak tangannya."Aku hanya menemukan dia,"Seketika pandangan gadis itu begitu tajam kepadanya, dengan energi dingin yang meluap, bahkan seketika membekukan air pantai dengan radius belasan kilometer. Ia lalu meraih Komo dan berkata, walau pelan, namun seolah-olah mengancamnya."Di mana tuanmu!?" Ti, tidak tau..."Kristal es langsung menyelimuti tangannya dan membentuk cakar Naga
Baca selengkapnya

304. Para Alkemis Menghilang.

Tidak ada yang bisa mereka katakan selain saling menatap, sedangkan Lina masih terbang dengan tenang di depan mereka. "Maaf nona Lina, kau tidak bisa terus-terusan melindungi pengecut sepertinya!""Pengecut?" Lina mengangkat tangan di depan dadanya dan jarinya jarinya memainkan butiran salju yang terbentuk. Hal itu membuat mereka begitu ketakutan, bahkan ada yang sudah berbalik badan dan siap kabur."Kau saja dihajar olehnya, apa perlu aku juga menghajarmu?" lanjutnya."Dihajar?" Omso malah begitu senang. "Saya sangat mau dihajar oleh Nona Li..." Ia langsung terdiam gemetaran dan melirik ke samping, Lina sudah ada di antara Omso dan Aros dengan kedua tangan tepat di leher mereka. Tidak ada yang bisa bergerak selain gemetaran dan menggerakkan matanya saja. "Kau setuju aku akan menghajar kalian di sini!" ucap Lina, namun segera dicegah oleh Pricilia."Lina, kembali!" Ia menjentikkan jarinya dan muncul portal di depan calon adik i
Baca selengkapnya

305. Pengorbanan di Masa Lalu!

Di villa pulau pribadiKomo sudah siuman dan bugar di atas meja, sedangkan kak Pricilia berjalan mondar-mandir sambil menggigit ujung kuku jari jempolnya. Sebuah portal terbentuk di depan mereka, lalu muncullah seorang wanita cantik bergaun sutra putih dengan seorang pria yang memakai blangkon. "Kak Pricilia!" "Kak!?" Pria itu tercengang sambil menolah noleh ke arah keduanya."Iya, dia kakak iparku!" jawab wanita itu membuatnya menatap ke arah kak Pricilia, namun tiba-tiba berlutut kepadanya."Maaf Tuan Putri, saya tidak mengetahuinya selama ini!"Kak Pricilia hanya tersenyum canggung, lalu berkata. "Tidak apa-apa, kamilah yang menyembunyikan identitas!"Pria itu lalu bangun dan wanita tadi segera duduk di sofa."Di mana Akara?""Ahh itu Aulia." Pricilia berkata sambil perlahan-lahan memalingkan wajahnya. "Bisa tolong kakakmu ini melacaknya?" Ia bahkan menutupi samping wajahnya menggunakan tangan saat
Baca selengkapnya

306. Serangan di Dalam Akademi.

Mendengar ucapan keduanya, kak Pricilia hanya bisa menolah noleh kepada mereka."Kenapa? Ada apa?" Baru saja Zoe ingin menjelaskan, namun mereka dikejutkan oleh portal yang muncul dan kak Aulia keluar secara tergesa-gesa."Parah kak! Para Master Alkemis tingkat 6 di Alam Bawah juga menghilang!""Baiklah, tenang!" Pricilia langsung mengkondisikan mereka. "Kita mengkondisikan akademi terlebih dahulu, jangan gegabah keluar akademi! Satu lagi, jangan sampai Alice tau keadaan kakaknya!""Lalu kita akan membiarkan Akara begitu saja?" Lina bertanya dengan tenang, namun ada energi dingin yang menyelimuti tangannya. "Kakak sudah mencarinya di berbagai tempat menurut petunjuk Komo! Tidak ada tanda-tanda keberadaan Akara!" Berhari-hari mereka tetap berada di dalam akademi, lebih tepatnya mereka tetap bersama di Divisi Alkemis. Kak Aulia, Zoe dan Zimo bekerja keras tanpa henti untuk memenuhi suplai pil, namun akhirnya k
Baca selengkapnya

307. Alice

Saat membuka matanya, Akara melihat langit-langit kamar yang begitu asing baginya. Ia lalu menoleh ke samping dan seketika terbelalak saat melihat ada seorang gadis yang memeluknya. Rambut hitam panjang yang tergerai lembut di atas bantal, dengan wajah tirus berkulit putih bersih. Matanya masih memejam, namun terlihat kedua alis melengkung simetris, dengan bulu nata panjang yang lentik. Hidungnya sedikit mancung dengan bibir kecil berwarna merah muda alami yang jernih. Terlihat begitu manis layaknya permen apel yang mengundang setiap orang untuk melumatnya. Akara tiba-tiba bangun hingga duduk, menyingkapkan selimut yang menyelimuti tubuhnya dan sekarang terlihatlah tubuh atasnya yang atletis tanpa kain sehelaipun. Gadis cantik jelita itu langsung terbangun dan matanya yang indah langsung melebar."Kak Akara!" Ia langsung memeluknya dengan erat sambil menangis. "Kakak! Kakak lama sekali!" Ia mendongakkan kepalanya, dengan air mata yang memenuhi pipinya. Walau rambu
Baca selengkapnya

308. Propaganda.

Alice sudah berada di samping Akara, memeluk tubuhnya dan dengan menatap kak Pricilia dan Lina dengan sinis. Ia seperti anak kucing yang melindungi makanannya agar tidak direbut oleh kucing lain. Padahal, penampilannya begitu elegan dengan gaun berwarna merah muda yang senada seperti bibirnya. Walaupun terkena petir hingga terlempar mundur, kak Pricilia dan Lina masih tercengang menatap Akara."Kenapa kalian terlihat kebingungan?" ucap Akara. Mereka lalu menoleh ke arah Alice yang masih memeluk kakaknya dari samping."Cantik, kenapa kakakmu keluar dari kamarmu?"Gadis bergaun merah muda itu hanya memalingkan wajahnya, lalu Akara menjawabnya sambil mengusap kepala adiknya."Aku pingsan kak, baru bangun tadi," sahut Akara."Alice!..." "Biarin! Kak Akara milik Alice!""Bukan masalah begitu cantik!..." Pricilia begitu geram menahan emosinya. "Tapi kakak Pricilia selama berminggu-minggu ini khawatir dan t
Baca selengkapnya

309. Terbantahkan!

Ribuan siswa yang membeku langsung jatuh ke dalam air laut, sedangkan sisanya langsung menjauh dengan ketakutan. Menyerang para siswa, kau akan dihukum berat! Nona Peri Salju, jangan mengorbankan dirimu untuk melindungi bocah sepertinya!"Ulangi kata-katamu." Lina berkata dengan santai, namun sambil menatap telapak tangannya dengan kristal es yang muncul dan membentuk cakar Naga. Para siswa langsung diam seribu bahasa, sedangkan Akara langsung meraih tangan kekasihnya hingga Cakar Naga itu menghilang. "Tenang saja, biar aku yang urus." Ia terbang maju sambil tetap menggenggam tangan kekasihnya. Para siswa yang tadinya membeku juga meleleh kembali, ada yang langsung terbang, namun ada yang tergeletak lemas di pasir pantai. Jangan kira kau jika bersama Nona Peri Salju bisa selamat begitu saja! Kau monster sampai tega melakukan semua itu!Akara lalu terkekeh dan berkata dengan pelan. "Kalian sudah banyak bicara tentangku, sekarang giliranku."Apa ya
Baca selengkapnya

310. Putri Kaisar Amerta.

Bor Spiral hancur, namun para siswa yang dikepung tadi juga ikut tersengat alirannya. Tidak membunuhnya, namun membuatnya pingsan dan jatuh. Akan tetapi, ada bayangan hitam yang langsung menangkap mereka semua. Tatapan mata Akara dan Lina bergerak sangat cepat mengikuti pergerakan mereka, namun dikejutkan oleh para siswa yang berlutut di udara secara bersamaan."Yang Mulia!" Akara lalu menoleh ke atas, ternyata ada sosok seorang wanita dengan pakaian putih yang kainnya terlihat begitu ringan tersapu oleh angin. Ada selendang tipis di tangannya, melewati belakang pundaknya dan menjulur ke sisi lain. Wajahnya juga tertutupi oleh cadar, menyisakan rambut hitam panjang yang tersapu oleh angin, serta kulit putihnya dan mata indah dengan bulu mata lentik.Bayangan yang bergerak sangat cepat tadi sudah berkumpul di belakangnya, berlutut sambil menenteng para siswa yang pingsan. Mereka pasukan ASU dengan topeng burung hantu.Suara gadis yang lembut, namu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
303132333435
DMCA.com Protection Status