Home / Fantasi / Penguasa Dewa Naga / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Penguasa Dewa Naga : Chapter 21 - Chapter 30

349 Chapters

20. Pengalaman Pertama

Sekitar lima tahun telah berlalu, kini Akara telah berusia 13 tahun dan Alice berusia 11 tahun. Keduanya telah menjelang remaja, Alice terlihat akan tumbuh menjadi wanita cantik di kemudian hari, begitu juga dengan Akara yang terlihat lebih tenang seperti ayahnya. Sepasang pedang kayu berada di belakang pundak keduanya, membuat gaun merah muda Alice bertambah cantik dengan sarung pedang seperti berlian. Mereka berdua kini sedang berjalan menyusuri hutan yang sangat lebat. Beberapa saat kemudian mereka berada di depan ngarai, yang diapit dua tebing tinggi dan juga diselimuti kabut yang sangat tebal. Mereka berhenti, dan memandangi sekitar untuk memastikan sebelum masuk ke dalam ngarai. Di atas tebing, ada seorang gadis seumuran Akara. Ia menggunakan pakaian hitam ketat yang menyelimuti seluruh tubuh, bahkan memakai topeng berwajah serigala. Yang tidak tertutup hanya rambut hitam panjang yang ia ikat pony tail, serta telinganya. Hanya dari telinganya saja bisa dilihat betapa terawat k
Read more

21. Nadi Giok Hijau

Di depan mulut gua, Lina si Peri salju telah kembali setelah mengecek gua dan menemui orang-orang yang masih berkumpul. “Berkumpul!” teriak Lina dengan lantang, membuat orang-orang itu berkumpul kecuali salah seorang yang menghampiri pangeran Bram Bidara. “Pangeran, Peri salju telah kembali,” ujarnya pelan kepada Bram Bidara yang masih bermeditasi. Bram membuka matanya perlahan dan tanpa menjawab, ia langsung melompat ke arah Peri salju. “Kamu baik-baik saja?” ujar Bram kepada Lina, namun diabaikan begitu saja olehnya dan malah berjalan pergi. Bram Bidara hanya bisa menatapnya kesal sambil mengepalkan tangannya, setelah tidak ada tanggapan sama sekali dari Lina. “Ayo masuk!” ujar Lina dengan cueknya tanpa menjelaskan apapun kepada mereka. “Maaf kak Peri salju, apakah sudah aman di dalam gua?” ujar salah satu perempuan yang terlihat begitu cemas. “Kalau mau aman, tunggu saja di sini!” Lina begitu dingin sesuai julukannya, ia tetap berjalan masuk tanpa menghiraukan juniornya yang
Read more

22. Domain Magma

Salamander magma dan juga King Kobra ungu telah bertarung sengit. Salamander tidak bisa bergerak lincah dan hanya menyemburkan magma ke arah King Kobra, sedangkan king kobra melesat dengan cepat. Walau Aliran magma sudah menyebar ke segala penjuru gua, namun King Kobra tiba-tiba melesat dengan cepat dan melilit tubuh Salamander. Setelah Salamander terlilit, King Kobra menyemburkan bisa beracun ke kepala Salamander, namun ditangkis oleh semburan magma. Semburan bisa dan magma menyebar ke seluruh ruangan karena saling bertolak. Terbakarnya bisa king kobra, menyebabkan asap beracun yang begitu banyak. Mereka saling menyembur hingga cukup lama dan ternyata tidak jauh dari mereka, ada para siswa akademi Amerta yang sedang mengamati. Rombongan siswa akademi Amerta sudah mendekati gua bagian dalam. Mereka dalam posisi bertahan karena tertekan oleh tekanan aura dua binatang sihir tingkat mistis. Batu besar menjadi persembunyian, serta sekat antara mereka dan kedua binatang sihir. Di dalam g
Read more

23. Pertarungan sengit

Di saat Alice berteriak, Akara tiba-tiba memeluknya dan menghentakkan kakinya hingga melompat cukup tinggi. Pyarrr!! "Akghh!" Akara meringis kesakitan ketika pelindungnya pecah, namun langsung menjentikkan jarinya lagi untuk membuat pelindung baru. Walau keduanya sempat terlihat sekilas, namun tidak ada yang menyadarinya. "Kak?" Alice menatapnya dengan begitu khawatir, juga mempererat pelukannya. “Tenang saja, ini kesempatan kakak buat memperkuat pelindungnya.” Akara berusaha menenangkan adiknya, namun bibirnya yang meringis dan kerutan di dahinya tidak bisa membohongi rasa sakit yang ia rasakan. "Tapi." Alice semakin khawatir, dirinya juga tau bagaimana rasa sakitnya saat menaikkan kekuatan energi ruang itu. .. Salamander bisa menapak di atas kawah magma, sedangkan King Kobra sebagian tubuhnya tenggelam. "Aghh!" Ular besar itu menggeliat hebat sambil berteriak kesakitan karena tubuhnya terbakar magma. Di atas mereka, ada Bram Bidara dan juga Lina yang terbang menggunakan say
Read more

24. Pertarungan sengit 2

Wushhh!! Opi mengepakkan sayapnya dengan satu gerakan kuat, membuat angin dingin yang begitu besar menerpa ombak magma. Ia berhasil membelah ombak magma, dan terlihat Salamander yang sedang terkejut di dalamnya. "Hehe!" Opi kembali mengepakkan sayapnya dengan kuat hingga membuat bulunya meluncur ke arah Salamander. Bulu yang seperti kristal es runcing dengan jumlah yang cukup banyak. “Jangan kalian kira bisa mengalahkanku di dalam domain magmaku!” Salamander magma marah, tubuhnya dipenuhi aura panas yang dapat terasa sangat panas hingga belasan meter jauhnya. Crang! Crang crang crang!! Bulu Frosenix yang terbang ke arahnya ditepis menggunakan ekornya hingga terlempar dan meleleh. Menyadari serangan Frosenix tidak mempan, Lina langsung melesat terbang ke arah Salamander. Wushh!! Kecepatan terbangnya hingga ratusan kilometer per jam, sambil menghunuskan pedang tipis panjangnya. Crekk!! Energi panas yang menyelimuti tubuh Salamander terkena hunusan pedang dan membeku di lokasi t
Read more

25. Racun King Kobra Ungu

Akara, Alice dan King Kobra keluar dari domain magma seperti keluar dari gumpalan gelembung. Mereka kini jatuh di dalam gua giok hijau yang masih tertutup oleh lava yang membeku dan racun King Kobra. "Adek, pulang duluan ya." Akara mengusap kepala Alice yang masih memeluknya erat. "Tapi kak?" Alice mengangkat wajahnya, dan menatap kakaknya yang sedang tersenyum padanya. "Baiklah," lanjut Alice sambil melepaskan pelukannya. "Kakak hati-hati." Alice tiba-tiba saja berjinjit dan mencium pipi kakaknya, lalu dengan sekejap mata menghilang, dibarengi kilatan listrik berwarna merah muda. Tanpa basa-basi Akara segera berlari menuju nadi giok hijau yang berada tak jauh darinya. Segera ia masukkan ke dalam penyimpanan dimensinya dan berlari lagi mendekati tubuh King Kobra. Saat Akara mendekat, King Kobra membuka matanya dan mendesis keras, ular itu langsung terbelalak saat melihat Akara. Grekk brushh!! King kobra menggeser kepalanya ke arah Akara, lalu membuka mulutnya dan dengan cepat
Read more

26. Kebaikan dibalas keburukan!

"Apa yang kau lakukan bocah!?" Lina berkata dengan suara pelan, tapi nada ancamannya begitu terasa, dibarengi tatapan matanya yang tajam. "Racun King Kobra, kalian sudah menghirupnya dari saat menonton pertarungan mereka," ujar Akara sambil menggelengkan kepalanya ke arah salamander, merujuk pada pertarungan kedua binatang sihir. Lina dengan begitu santai menengok ke arah Bram, lalu menarik kembali pedangnya dan memasukkannya ke dalam sarungnya. Akan tetapi, salamander tiba-tiba terbangun dan mengeluarkan auranya, aura 3 lingkaran energi berwarna oranye. "Kalian melupakan aku!" "Diam!" bentak Akara sambil menatap tajam menggunakan mata ularnya ke arah salamander, membuat binatang sihir itu terbelalak dan menutup auranya kembali. Lina yang sudah menarik kembali pedangnya dan akan melesat, jadi mengurungkan niatnya dan memilih mengamati. "Buka mulutmu." Akara mendatangi salamander lagi, sambil mengeluarkan dua butir pil. Dengan ragu-ragu salamander membuka mulutnya, lalu Akara me
Read more

27. Melawan Bram Bidara

"Apa yang kau lakukan!?" Lina langsung mengacungkan pedangnya ke arah Bram Bidara. Ada juga gadis misterius yang mengeluarkan dua buah pedang pendeknya, yang lebih panjang dari belati. "Lina, tujuan utama kita ke sini karena Nadi giok hijau itu. Kita yang bekerja keras, bahkan sampai membuat 5 siswa lainnya terbunuh. Apa akan membiarkan bocah ini mendapatkannya!?" ujar Bram Bidara sambil menatap tajam ke arah Lina. "Hehehe." Akara malah tertawa, padahal ia terlihat begitu terpojok. "Dia menyelamatkan nyawaku, kita semua terseret ke dalam domain juga karena kau salah satu penyebabnya!" ujar Lina dengan geram. "Lepaskan dia atau," "Atau apa!?" Bram Bidara menyela ucapan Lina sambil melempar Akara hingga membentur dinding gua. Brakk!! "Ahggk!" Akara terbentur sangat keras, bahkan dinding gua yang berupa batu hingga hancur. "Opi." Lina menggelengkan kepalanya ke arah Akara, untuk memberi isyarat pada Opi. Sedangkan Frosenix itu langsung mengangguk dan mengepakkan sayapnya, terban
Read more

28. Tebasan Pembelah Gunung!

Daun dan ranting pohon bertebaran karena kecepatan terbang Bram, namun langsung membeku dan terjatuh saat Lina mendekat. Bilah kristal es kini Lina buat lagi dan ia arahkan kepada Bram. Menyadari hal itu Bram melemparkan pedang besarnya ke belakang, untuk menangkis bilah es dan juga menyerang Lina. Pedangnya dengan mudah dihindari oleh Lina, namun tiba-tiba Bram berbalik arah. Laki-laki itu melesat, tangannya mengulur, mengincar leher Lina. Broll!! Pedang besar Bram menghancurkan pepohonan, serta tanah yang diterjangnya. Sedangkan Lina memutar tubuhnya, ia berhasil menghindar dengan jarak yang sangatlah tipis. Crak.. Leher Lina sobek, seakan tersayat oleh belati, namun itu akibat tergesek oleh energi dari tangan Bram. Akan tetapi, Lina tidak memperdulikan hal itu dan berbalik untuk mengejar Bram lagi. Energi dinginnya semakin besar, bahkan pedang tipis nan lenturnya perlahan-lahan membeku dari pangkalnya. Bram meraih kembali pedang besarnya, memegangi dengan kedua tangan, lalu m
Read more

29. Cakaran Naga Hitam!

"Cakar naga hitam!" Akara melakukan tebasan yang sama seperti sebelumnya, namun Bram Bidara malah menyeringai. "Hh!" Bram menurunkan lengannya, membuat pedang besarnya tepat di depan mukanya. Crangg!! Cakar naga hitam Akara digagalkan oleh pedang besar yang menghalangi leher Bram Bidara. Bugghh! Bram Bidara dengan cepat menendang perut Akara, hingga membuatnya terlempar beberapa meter jauhnya dan menabrak pohon. Brakk!! "Kau kira jurusmu akan berlaku lagi padaku!?" teriak Bram Bidara sambil berjalan ke arah Akara yang tersungkur, sambil menyeret pedang besarnya. "Akggh!" Akara meringis kesakitan, sambil bertumpu dengan kedua pedangnya untuk membantunya berdiri. "Hehe, terpaksa harus aku akhiri." Akara malah tertawa, dibarengi oleh kilatan listrik biru di tubuhnya. "Akgghhhh!" Bram Bidara tiba-tiba terbelalak, lalu tubuhnya lemas dan tersungkur. Brukk crang! Jatuhnya tubuh Bram Bidara diikuti oleh pedang besarnya. Kini darah tidak hanya keluar dari luka di lehernya saja, me
Read more
PREV
123456
...
35
DMCA.com Protection Status