Sesampainya di rumah, Akara bergegas menuju kamar mandi, namun dicegat oleh adiknya saat melewati ruang makan. "Kak!" Alice melompat di depan Akara dan menunjuk ke arah alis kiri kakaknya. "Ahh iya?" Akara langsung mengusap bagian atas alisnya, tepat di luka sayatan akibat Lina. "Akara mandi dulu! Masih ada racun di bajumu, nanti adikmu kena lagi!" Seru mama Lia yang tengah memasak, lalu mama Rani mendekati Akara . "Ayo!" Mama Rani meraih pundak anaknya dan menuntunnya menuju kamar mandi. "Tunggu dulu!" Alice melebarkan kedua tangannya, menghalangi jalan kakaknya, lalu mengendus-endus. "Kakak mendekati cewek itu!? Masih ada baunya!" teriak Alice dengan kesal sambil menghentakkan kakinya. "Cantik tukang cemburu!" Mama Rani melepaskan pundak anaknya dan menarik tangan Alice, lalu mendekapnya dari belakang. "Akara, cepat mandi!" imbuhnya seraya mendekap Alice agar tidak mengejar kakaknya. Melihat kelakuan mamanya, Akara hanya bisa tertawa kecil. "Mama lepaskan! Kakk! Kakkk!!" Ali
Walau terbang dengan cepat dan jaraknya berjauhan, Lina menyadari keberadaan Avava. Dibuatnya kristal es berbentuk cermin untuk melihat ke belakang, namun tetap melesat terbang. Setelah memastikannya, ia kemudian membuat kristal es di depannya. Energi dingin di kedua tangannya muncul, ia arahkan ke depan agar pembentukan kristal es lebih cepat. Kristal yang hampir seukuran tubuhnya tidak dapat dilihat oleh Avav, namun hawa dingin yang dihasilkan menerpa kulitnya. Avav sontak panik dan menghentikan lajunya, namun gadis di depannya juga menyadari dan ikut berhenti. Kini mereka berdua tidak bergerak di udara dengan posisi Lina masih membelakangi. "Ada urusan apa sampai pelayan Raja Marbun Bidara mendatangiku secara langsung?" "Lina, master aura muda terkuat, jenius nomor satu dari 10 dunia Fana. Walau begitu, setidaknya perhatikan lawan bicaramu," ujar Avav dengan tenang, postur tubuhnya tegap berdiri dengan tangan kiri ia taruh di belakang. "Opi!" Lina masih berposisi membelakangi,
Akara menemukan tulang belulang yang sangat banyak di depan sebuah gua. Tulang dari manusia, juga berbagai jenis hewan lainnya. Udara yang keluar dari gua membuat tanaman di sekitar gua mengering dan mati. Bahkan, bau tak sedap sangat menyengat, ia harus menutupi hidungnya dan perlahan-lahan mendekati mulut gua, lalu memasukkan tangannya ke dalam kabut racun yang keluar dari gua. Seakan terbakar, tangannya melepuh saat menyentuh kabut racun. "Agggkk!" Dengan cepat Akara menarik tangannya dan mengaktifkan mata ularnya. Ia melihat ke dalam gua dan menemukan setangkai bunga yang memiliki suhu hangat. Bunga yang berada di lantai gua, mahkota bunga berada di bawah dan di tengahnya ada seperti jagung. Cetak! Ia jentikkan jarinya untuk membuat pelindung, sekaligus mengeluarkan sebutir pil. Setelah memakan pil anti racun, ia segera berjalan masuk ke dalam gua. "Bunga bangkai racun?" Akara langsung tersenyum saat melihat bunga bangkai di depannya. Akan tetapi, wajah gembiranya seketika be
Cring!! Ujung kedua pedang milik Avav dan Lina saling menghantam, membuat hembusan energi dingin menyebar. Swasshh.. Saat mereka saling menahan pedangnya, tiba-tiba saja muncul portal teleportasi. Portal yang mirip seperti saat Frosenix muncul, namun kini yang muncul adalah Raja Marbun Bidara. Avav langsung melompat ke belakang, menjauhi Lina dan menunduk kepada rajanya. "Yang Mulia!" “Kerja bagus, biar aku saja yang mengakhirinya!” Wuttthh!! Raja Marbun Bidara mengeluarkan sayap perinya dengan sangat cepat hingga membuat hentakan energi yang sangat besar. Hentakan seperti gelombang kejut yang bahkan membuat semua orang di sana termasuk Frosenix limbung. Setelah itu, ia perlahan-lahan mendekati Lina, sembari mengeluarkan aura miliknya. Satu persatu aura bulan energi muncul, dibarengi tekanan intimidasi yang semakin lama semakin mencekam. Ranah Gambuh, 6 bulan energi 7 bintang dengan kekuatan yang begitu dahsyat, bahkan sampai mempengaruhi langit dan bumi di sekitarnya. Hutan
“Kembalikan anakku!” teriak Drake betina sambil membuat belasan jarum kristal di atasnya. Wosss! Belum sempat jarum kristal diluncurkan, kalajengking menyemburkan asap beracun dari ekornya. Saat pertempuran terjadi, Akara ternyata mengeluarkan telur Drake dan mencuil kelopak bunga bangkainya. Kemudian meminum dua butir pil, lalu mengeluarkan belati dan berusaha mencongkel satu sisik di kulit telur Drake. Hanya dengan satu congkelan, sisik terbuka, namun harus hati-hati agar tidak melukai kulit arinya. Setelah berhasil melepaskan sisik di telur drake tanpa melukai kulit arinya, ia kemudian memasukkan kembali bunga bangkai dan telur Drake ke dalam penyimpanan dimensinya. Setelah itu ia lemparkan cuilan bunga bangkai dan kulit telur ke arah pertempuran. Kemudian segera melompat ke arah lubang domain yang dibuka paksa oleh kalajengking. Wushh.. Ia keluar dari domain dibarengi asap racun dari kalajengking, masih terdengar juga hancurnya kristal drake akibat pertempuran. "Hehe terima
Disaat yang sama di lantai dua rumah Akara "Agkk!" Mama Rani yang tengah duduk di samping suaminya tiba-tiba mengerang kesakitan, memegangi dadanya dan membungkuk. "Sayang!?" "Rani!?" Ayah Al dan ketiga istri lainnya langsung panik dan mendekatinya. "Dia kembali." Mama Rani meraih tangan mama Serin, lalu melihat ke arahnya. "Reinkarnasi?" ujar wanita bertubuh mungil itu dengan ragu kepada mama Rani. "Violet, kumpulan pasukan, akan aku ambil kembali tubuhnya!" Ayah Al langsung berdiri, namun tangannya segera diraih oleh mama Rani. "Jangan." ucapnya lirih seraya menahan sakit. … Kekaisaran Gletser abadi, Kutub Utara Negeri yang berada di atas gletser es kutub dan memiliki waktu malam yang hampir sepanjang tahun. Ada sebuah istana yang sangat megah, seluruh bangunannya terbuat dari es dan berada di lereng gunung yang sangat tinggi. Di sekitar istana Gletser, ada badai salju yang tidak pernah berhenti. Badai itu dipenuhi oleh monster-monster kuat yang membuat istana es serasa di
Menyadari gelombang kejutnya sampai menghempaskan Opi dan Akara, ia segera menjentikkan jarinya, membuat pelindung pada mereka. Sett… Tiba-tiba Lina berada di depan Avav, menggenggam kepala pelayan itu dan melemparnya ke arah Marbun Bidara. Tubuhnya melesat sangat cepat, ia langsung mengaktifkan sayap peri untuk mengurangi kecepatan, namun hal itu sia-sia. Set… Lagi-lagi gadis itu pindah tempat dengan sangat cepat, hingga nampak seperti berteleport secara tiba-tiba, ia kini berada tepat di samping Raja Marbun Bidara yang jaraknya berkilo-kilometer darinya. Raja itu masih terlentang, berada di atas pepohonan yang hancur. Dengan cepat kepalanya digenggam, lalu dilempar ke arah pelayannya yang masih melesat di udara. Swushhh...Brakk.. "Agkk!" Keduanya saling terbentur sangat kuat, hingga keluar darah dari mulutnya. Lagi-lagi Lina berpindah di antara keduanya, menggenggam kepala mereka dan memutar tubuhnya. Wuss… Dilemparkannya lagi ke arah hutan di bawahnya, lalu ia tiba-tiba be
Serikat Pedang Kabut, Ibukota Kerajaan Glint Suatu kawasan yang berada di samping istana kerajaan Glint, memiliki halaman luas dengan banyak murid yang sedang berlatih bersama. Para siswa itu dengan mantap menghunuskan pedang sambil melangkahkan kaki kanan, lalu memutar tubuhnya dengan kaki kiri sebagai tumpuan. [Kepada seluruh warga Kekaisaran Amerta!] Mendengar suara pengumuman, mereka sontak berhenti dan menengok ke arah kota. Di atas kota sudah ada seperti hologram yang memvisualkan tubuh Ren. [Saya Ren, selaku Kepala divisi Keamanan, menetapkan Raja kerajaan Glint, Marbun Bidara sebagai pelaku kejahatan!] "Apa!?" Mereka langsung tercengang, salah satunya termasuk pria bernama Yon Beton. .. Rumah lelang keluarga Meranti di tengah kota Rumah lelang yang sangat besar dengan beberapa lantai, di jendela lantai dua, ada seorang gadis cantik dengan rambut pendek seleher. Gadis kecil itu bernama Kana, anak dengan bakat yang buruk seperti Akara dan dulu menolongnya saat masih di
Alhamdulillah selesai Season 1! Terima kasih buat yang sudah mendukung Author, semoga terhibur dengan imajinasi saya. Mohon maaf bila banyak kesalahan author, baik penulisan kata-kata yang kurang berkenan di hati para pembaca ataupun yang lainnya. Para pendukung semoga sehat selalu dan dilancarkan rezekinya, jadi dapat terus mengikuti perkembangan author dan Akara. Author akan hiatus dulu dan akan mulai kembali bulan depan, semoga diberikan kelancaran untuk semuanya. Oh iya, Author sarankan untuk membaca ulang Arc 1 (bab1-52) percayalah, ada rencana bagus yang Author siapkan untuk Akara. ******* Penguasa Dewa Naga Season 2 Takdir merenggut semua orang terkasihnya, membuat kekuatannya lepas kendali dan menciptakan lubang hitam. Dirinya terhisap ke dalam lubang hitam, lalu muncul kembali di dunia yang dipenuhi oleh api dan kekerasan. Neraka? Seperti itulah gambaran dunia ini. Dengan ingatan yang masih membekas, Akara mencari cara untuk keluar dari dunia itu. Menggunakan nama samaran
Pemuda dengan pakaian compang camping penuh luka bakar dan menenteng sepasang pedang kayu hitam, muncul di atas sebuah sungai, di belakangnya ada gua di bawah air terjun yang sudah hancur. Ia lalu melihat ke arah hilir sungai, pemukiman di pinggir bantaran sungai sudah hancur berantakan, dengan pepohonan raksasa yang ambruk dari hutan di belakangnya. Selain tubuh manusia yang berserakan, juga banyak binatang sihir raksasa yang kondisinya tidak jauh berbeda. "Tuan Agera!" teriak seseorang yang wajah dan tubuhnya penuh bekas luka, namun kali ini banyak sekali tambahan luka di tubuhnya. Ia tertatih-tatih mendekat, lalu melesat terbang mendekati pemuda itu. "Marbun Bidara! Kekaisaran Gletser Abadi!"Akara langsung menoleh ke samping, kesadarannya langsung mendeteksi ribuan mil di depan sana. Wush!... Dalam sekejap, ia sudah berada di atas gletser kutub, meninggalkan robekan ruang yang gelap di udara, seakan menggaris langit sejauh ribuan mil. Gleng!... Ia melompat turun, membuat cekung
447Walau tubuhnya masih penuh luka bakar yang mulai mengering, ia mengangkat satu tangannya ke atas. Wush!... Ketiga Auranya menyala, membuat hembusan energi dan seketika energi meluap keluar dari tubuhnya, membentuk aliran energi yang bergerak ke atas. Enegi itu membentuk lingkaran energi besar yang memiliki pola rumit layaknya di atas altar teleportasi. "Kau ingin kabur!?" Sonic Boom terbentuk di belakang Rose, sambil mengulurkan satu tangan ke depan dan segera diselimuti oleh energi merah berbentuk cakar. Akan tetapi, lingkaran teleportasi sudah sepenuhnya menyala dan Whup!... Para master Alkemis menghilang, namun ternyata Akara masih berada di sana. Cring!... Ia menangkis cakar rubah menggunakan pedang kayunya sambil tersenyum menyeringai."Sudah aku bilang, aku akan membunuhmu!"Wush!... Rose melesat menjauh bagaikan bayangan, namun Akara langsung berada di depannya. Mereka melesat hingga luka bakar di tubuh keduanya terlepas sendiri-sendiri. Akara terus mengincar lehernya, mem
Laser menembus energi pelindung dan langsung menerpa tubuhnya, cukup lama laser bersinar hingga akhirnya padam. Gelombang radiasi panas masih memenuhi angkasa lepas, lalu ada bongkahan batu yang menyala merah. Krek!... Batu itu retak dan tidak lama kemudian hancur, muncullah pemuda berjaket hitam di dalamnya. Walau tubuhnya diselimuti oleh Esensi Surgawi, namun pakaian dan tubuhnya penuh luka bakar. "Apa aku bilang!" seru Komo, namun tuannya masih terlihat santai dan meraih kedua pedangnya kembali. Akan tetapi.."Agkh!" Ia langsung memegangi dadanya dan tatapannya begitu tajam melihat ke arah gadis rubah di depannya. "Ada apa Akara!?"Ia menjawabnya sambil menahan emosi dan giginya mengatup karena sangat geram. "Kubah pelindung di kota Bhinneka telah hancur, bahkan yang menyelimuti Gua Pelindung Harapan juga hancur!"Rose lalu tertawa puas, seolah-olah dia dapat mendengar apa yang Akara katakan. "Apa kau merasakannya!? Pasukanku telah menemukan keberadaan kekasih fanamu! Para gadism
335Di angkasa lepas yang gelap dan dihiasi cahaya bintang. Bruak!... Rose kembali tertahan oleh dinding transparan dan Akara langsung berada di depannya, memukul hidungnya dengan sekuat tenaga. Dinding transparan langsung hancur dan gadis itu terlempar ke belakang. Akara ingin membuat dinding transparan lagi, namun segera ada energi kematian yang menyelimuti tubuh Rose. Gadis itu tidak lagi menabrak dinding transparan dan menembusnya. Akan tetapi, Akara tetap muncul di depannya dengan mengayunkan pedangnya. Tring tring!... Benturan pedang dan cakar rubah menciptakan percikan api, lalu mereka saling menyerang sambil terus melesat. Bugh!... Rose menendang perut Akara hingga terlempar mundur, namun pemuda itu langsung berteleport di belakangnya. Crang!... Ia mengayunkan pedangnya, ditahan oleh selendang, namun tetap membuat meluncur jauh. Ia kembali berteleport dan menendang punggungnya, hingga melenting sebelum terlempar. Gadis itu terlempar menuju planet di dekatnya, terbakar saat mem
Kubah pelindung arena bergetar hebat, membuat semua orang menoleh, termasuk para penyandera dan yang di sandera. Pria bertopeng kucing oranye sempat melirik leher penyandera, namun getaran itu tidak berlangsung lama. ...Di dalam arena, bongkahan batu tadi sudah menyala merah layaknya bara api. Sedangkan Rose diselimuti oleh selendangnya yang perlahan-lahan membuka. Ia terkekeh saat melihat sekitarnya dipenuhi asap bekas terbakar. "Kau bodoh! Membakar seluruh tempat hanya akan membunuh dirimu sendiri! Sekarang tidak ada lagi oksigen untukmu ber..." Ia terdiam saat bongkahan batu yang melayang-layang tersibak, nampaklah pemuda berjaket hitam yang melebarkan kedua tangannya ke samping. Di ujung telapak tangannya, ada sebuah benda seperti kelereng yang bercahaya sangat terang, dengan ketiga auranya yang menyala. Aliran energi sangat lebar layaknya selendang sutra merahnya, bergerak masuk ke dalam kedua titik bercahaya. "Sudah kubilang, aku akan membunuhmu!" Akara menyeringai, namun se
333Mengetahui kekasihnya disandera, puluhan bor spiral terbentuk dan langsung melesat, meliuk-liuk menghindari selendang merah yang hendak menangkisnya. Akan tetapi, ada energi kematian yang langsung membuat bor spiral melebur. Benar-benar lenyap di udara tanpa menyisakan sebutir debupun. Ia langsung berhenti, melihat Lina yang pergi bersama pasukan yang mengepungnya, memasuki portal dan menghilang. "Lihatlah! Apalagi yang bisa kau miliki!? Sang Peri Salju telah pergi, putri Kaisar Atla telah dikepung, tidak ada yang bisa kau lakukan lagi!?" Wush tring tring tring tring!... Akara melesat dengan tatapan tajam ke arahnya. Walau banyak selendang yang menghadang, namun ia tebas begitu mudahnya. Karena terus mendekat, energi kematian seperti asap hitam kehijauan keluar dari tubuh Rose. Persis seperti seekor gurita yang menyemprotkan tintanya. Akan tetapi, ada angin yang berputar, menembus kepulan energi kematian. Ia melesat dan sudah siap posisi Cakaran Naga Hitam, membuat gadis itu terb
Kedua peserta sudah berada di atas arena, mereka masih terlihat begitu tenang, walau gong tanda mulainya pertandingan sudah berbunyi. "Apa yang kau lakukan? Cepat menyerah!" Komo yang tidak sabar langsung melompat dan bertengger di pundaknya."Iya iya!" Akara ingin mengangkat tangannya, namun gadis yang menjadi lawannya berbicara. "Kau mirip dengan ayahmu!"Akara langsung menarik kembali tangannya dan menatapnya sambil mengernyitkan dahi. "Kau kenal ayahku?"Rose langsung tertawa lepas, lalu berjalan mendekat sambil berkata. "Tidak hanya kenal!" Ia mengangkat satu tangannya. "Dengan tangan ini aku membunuhnya!" Akara langsung terbelalak dan mengepal erat, namun masih berusaha menahan emosinya. "Apa maksudmu!?"Gadis itu kembali tertawa puas dan terdengar menakutkan, lalu berkata dengan ritme cepat. "Kau tau bagaimana ekspresi ibumu si Rani yang marah meluap-luap? Kau tau bagaimana ekspresi Violet yang dingin dan menak
Akara berjalan di sebuah lorong sambil menggandeng tangan kekasihnya. Di lorong yang sepi, namun terdengar suara riuh dari penonton dari sebuah tribun di atas mereka. Saat itulah mereka berpapasan dengan seorang gadis bergaun merah dan bercadar. Langkahnya begitu tenang dan mantap saat melewati lorong, ditemani oleh seorang pemuda berpakaian rapi. Akara langsung mengenali pemuda itu, sang wakil komandan pasukan Bintang, Baester. Ia langsung mempercepat langkahnya dan mendekat, lalu melebarkan tangan kanannya ke samping, menyentuh dinding lorong dan menghalangi jalan mereka.Melihat nonanya dihadang, Baester langsung menghardiknya. "Akara, apa yang kau lakukan!?"Akara lalu menatapnya dan berkata dengan tenang. "Pergilah!" Ia langsung membuat pemuda itu tehentak, lalu gadis bercadar berkata tanpa menoleh. "Pergilah terlebih dahulu!""Baik nona!" Ia langsung melesat pergi, sedangkan Akara langsung tersenyum lebar dan berkata."Kenapa memak