“Kembalikan anakku!” teriak Drake betina sambil membuat belasan jarum kristal di atasnya. Wosss! Belum sempat jarum kristal diluncurkan, kalajengking menyemburkan asap beracun dari ekornya. Saat pertempuran terjadi, Akara ternyata mengeluarkan telur Drake dan mencuil kelopak bunga bangkainya. Kemudian meminum dua butir pil, lalu mengeluarkan belati dan berusaha mencongkel satu sisik di kulit telur Drake. Hanya dengan satu congkelan, sisik terbuka, namun harus hati-hati agar tidak melukai kulit arinya. Setelah berhasil melepaskan sisik di telur drake tanpa melukai kulit arinya, ia kemudian memasukkan kembali bunga bangkai dan telur Drake ke dalam penyimpanan dimensinya. Setelah itu ia lemparkan cuilan bunga bangkai dan kulit telur ke arah pertempuran. Kemudian segera melompat ke arah lubang domain yang dibuka paksa oleh kalajengking. Wushh.. Ia keluar dari domain dibarengi asap racun dari kalajengking, masih terdengar juga hancurnya kristal drake akibat pertempuran. "Hehe terima
Disaat yang sama di lantai dua rumah Akara "Agkk!" Mama Rani yang tengah duduk di samping suaminya tiba-tiba mengerang kesakitan, memegangi dadanya dan membungkuk. "Sayang!?" "Rani!?" Ayah Al dan ketiga istri lainnya langsung panik dan mendekatinya. "Dia kembali." Mama Rani meraih tangan mama Serin, lalu melihat ke arahnya. "Reinkarnasi?" ujar wanita bertubuh mungil itu dengan ragu kepada mama Rani. "Violet, kumpulan pasukan, akan aku ambil kembali tubuhnya!" Ayah Al langsung berdiri, namun tangannya segera diraih oleh mama Rani. "Jangan." ucapnya lirih seraya menahan sakit. … Kekaisaran Gletser abadi, Kutub Utara Negeri yang berada di atas gletser es kutub dan memiliki waktu malam yang hampir sepanjang tahun. Ada sebuah istana yang sangat megah, seluruh bangunannya terbuat dari es dan berada di lereng gunung yang sangat tinggi. Di sekitar istana Gletser, ada badai salju yang tidak pernah berhenti. Badai itu dipenuhi oleh monster-monster kuat yang membuat istana es serasa di
Menyadari gelombang kejutnya sampai menghempaskan Opi dan Akara, ia segera menjentikkan jarinya, membuat pelindung pada mereka. Sett… Tiba-tiba Lina berada di depan Avav, menggenggam kepala pelayan itu dan melemparnya ke arah Marbun Bidara. Tubuhnya melesat sangat cepat, ia langsung mengaktifkan sayap peri untuk mengurangi kecepatan, namun hal itu sia-sia. Set… Lagi-lagi gadis itu pindah tempat dengan sangat cepat, hingga nampak seperti berteleport secara tiba-tiba, ia kini berada tepat di samping Raja Marbun Bidara yang jaraknya berkilo-kilometer darinya. Raja itu masih terlentang, berada di atas pepohonan yang hancur. Dengan cepat kepalanya digenggam, lalu dilempar ke arah pelayannya yang masih melesat di udara. Swushhh...Brakk.. "Agkk!" Keduanya saling terbentur sangat kuat, hingga keluar darah dari mulutnya. Lagi-lagi Lina berpindah di antara keduanya, menggenggam kepala mereka dan memutar tubuhnya. Wuss… Dilemparkannya lagi ke arah hutan di bawahnya, lalu ia tiba-tiba be
Serikat Pedang Kabut, Ibukota Kerajaan Glint Suatu kawasan yang berada di samping istana kerajaan Glint, memiliki halaman luas dengan banyak murid yang sedang berlatih bersama. Para siswa itu dengan mantap menghunuskan pedang sambil melangkahkan kaki kanan, lalu memutar tubuhnya dengan kaki kiri sebagai tumpuan. [Kepada seluruh warga Kekaisaran Amerta!] Mendengar suara pengumuman, mereka sontak berhenti dan menengok ke arah kota. Di atas kota sudah ada seperti hologram yang memvisualkan tubuh Ren. [Saya Ren, selaku Kepala divisi Keamanan, menetapkan Raja kerajaan Glint, Marbun Bidara sebagai pelaku kejahatan!] "Apa!?" Mereka langsung tercengang, salah satunya termasuk pria bernama Yon Beton. .. Rumah lelang keluarga Meranti di tengah kota Rumah lelang yang sangat besar dengan beberapa lantai, di jendela lantai dua, ada seorang gadis cantik dengan rambut pendek seleher. Gadis kecil itu bernama Kana, anak dengan bakat yang buruk seperti Akara dan dulu menolongnya saat masih di
"Kenapa!? Apa yang terjadi!?" "Itu api dari esensi api surgawi!" jawabnya sedikit berteriak. "Bocah itu!? Dia hanya ranah Maskumambang 1 bulan energi 9 bintang!" teriak Opi karena panik, sekaligus tidak percaya. "Benar, bocah itu. Esensi dengan energi yang begitu murni, sekaligus sangat mengerikan. Bisa langsung membunuh seketika master aura ranah Gambuh 6 bulan energi, atau binatang sihir tingkat naga satu pola," imbuhnya membuat Opi terbelalak dan ingin terbang menolong nonanya. "Hentikan!" Salamander sontak memalangkan ekornya di depan Opi, namun ada hentakan energi yang mengejutkan keduanya. "Dia akan dipromosikan naik ranah Mijil 2 bulan energi!?" ujar Opi, lalu ada ledakan energi yang membuat mereka harus semakin menjauh. Kini mereka berjarak sekitar 50 meter, dengan kobaran api biru yang membuat pepohonan menjadi bara. "Apa yang terjadi!?" seru keduanya secara bersamaan saat melihat perubahan warna pada api biru. .. Disaat yang sama, Akara terbangun, terkejut dan melepas
Akara yang tadinya panik kini mengintip perlahan, ternyata ada benjolan juga di dahinya, pemuda itu malah tertawa melupakan kekesalannya. Akan tetapi, Lina segera meraih kedua pipinya. “Terima kasih telah menolongku. Lagi?” ujarnya membuka percakapan. “Terima kasih juga telah melukaiku. Lagi,” Ekspresi Lina langsung berubah kesal, namun kemudian menghela nafasnya untuk menenangkan diri. “Aku Lina, siapa namamu?” “Akara,” jawabnya dengan suara pelan, lalu melirik ke arah tubuh gadis telanjang yang duduk di pangkuannya. Ia langsung tersipu, seketika Lina menyadarinya dan malah tersenyum menggoda. "Apa yang kamu lihat bocah?" Lina meraih dagu Akara dan menatapnya dengan sinis. Seperti laki-laki normal pada umumnya, Akara terpana dengan keindahan tubuh Lina hingga membuat adik kecilnya bangun dan menyentuh mulut bawah Lina yang merekah. "Aghh!" Lina langsung saja mengejang seperti tersengat listrik dan melompat dari pangkuannya. Walau sempat panik, tapi kemudian ia tersenyum tipis
Walau terlihat tak berdaya, Lina berusaha mengangkat kepalanya. Dengan susah payah, ia sedikit menggeser kepalanya hingga kini menghadap ke arah datangnya Salamander. "Bocah itu memberikan obat perangsang padaku!" "Ohh?" Mendengar ucapan Lina, Salamander segera mengurungkan niatnya untuk menyerang. "Apa!?" sedangkan Opi langsung menatap Akara dengan begitu kesal, namun tetap terbang ke arah Lina. "Nona, apa yang…" Brushhh… Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Opi dihantam ombak magma. "Opi!?" Lina begitu panik, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa. Menggerakkan ujung jarinya saja kini sangatlah sulit baginya. Opi tergulung ombak magma, namun seketika magma di sekitarnya membatu karena hawa dinginnya. Walau tidak mati terbakar, Opi tersegel dalam batu dan menyisakan kepalanya saja. "Sialan! Lepaskan aku!" Opi masih terus berontak, namun hal itu sia-sia saja. Batu yang mengurungnya begitu tebal dan kokoh. "Jangan sakiti nonaku!" teriaknya lagi begitu mengetahui ia tidak bisa l
"Semua masalah akan ditangani oleh akademi Amerta. Secara fasilitas dan kemampuan kami ditanggung oleh Kekaisaran Amerta, apakah Kerajaan Glint melebihi kami?" lanjutnya sambil menarik kembali potongan batu giok yang sebelumnya ia berikan di depan Raja Marbun Bidara."Maaf Yang Mulia!" Guru Lor Lumut langsung berlutut setelah mendengar tuan Ren yang merasa tersinggung dengan perkataan Raja Marbun Bidara.“Maaf tuan Ren, Raja Marbun tidak berniat menyinggung perasaan tuan,” lanjutnya, diikuti oleh pelayan Avava yang juga berlutut.“Saya meminta maaf, mewakili Raja Marbun Bidara. Beliau telah kehilangan pangeran, anak semata wayangnya dan tidak berniat menyinggung Yang Mulia Ren dan Yang Mulia Danur!” "Mewakili? Apa otoritasmu setara dengannya? Orangnya sendiri berada di sini, apa perlu perwakilan!?" Tuan Ren kini benar-benar kesal, terlihat dari lirikan matanya yang tajam, walau hanya dari lubang kecil pada topengnya.Melihat hal itu
Alhamdulillah selesai Season 1! Terima kasih buat yang sudah mendukung Author, semoga terhibur dengan imajinasi saya. Mohon maaf bila banyak kesalahan author, baik penulisan kata-kata yang kurang berkenan di hati para pembaca ataupun yang lainnya. Para pendukung semoga sehat selalu dan dilancarkan rezekinya, jadi dapat terus mengikuti perkembangan author dan Akara. Author akan hiatus dulu dan akan mulai kembali bulan depan, semoga diberikan kelancaran untuk semuanya. Oh iya, Author sarankan untuk membaca ulang Arc 1 (bab1-52) percayalah, ada rencana bagus yang Author siapkan untuk Akara. ******* Penguasa Dewa Naga Season 2 Takdir merenggut semua orang terkasihnya, membuat kekuatannya lepas kendali dan menciptakan lubang hitam. Dirinya terhisap ke dalam lubang hitam, lalu muncul kembali di dunia yang dipenuhi oleh api dan kekerasan. Neraka? Seperti itulah gambaran dunia ini. Dengan ingatan yang masih membekas, Akara mencari cara untuk keluar dari dunia itu. Menggunakan nama samaran
Pemuda dengan pakaian compang camping penuh luka bakar dan menenteng sepasang pedang kayu hitam, muncul di atas sebuah sungai, di belakangnya ada gua di bawah air terjun yang sudah hancur. Ia lalu melihat ke arah hilir sungai, pemukiman di pinggir bantaran sungai sudah hancur berantakan, dengan pepohonan raksasa yang ambruk dari hutan di belakangnya. Selain tubuh manusia yang berserakan, juga banyak binatang sihir raksasa yang kondisinya tidak jauh berbeda. "Tuan Agera!" teriak seseorang yang wajah dan tubuhnya penuh bekas luka, namun kali ini banyak sekali tambahan luka di tubuhnya. Ia tertatih-tatih mendekat, lalu melesat terbang mendekati pemuda itu. "Marbun Bidara! Kekaisaran Gletser Abadi!"Akara langsung menoleh ke samping, kesadarannya langsung mendeteksi ribuan mil di depan sana. Wush!... Dalam sekejap, ia sudah berada di atas gletser kutub, meninggalkan robekan ruang yang gelap di udara, seakan menggaris langit sejauh ribuan mil. Gleng!... Ia melompat turun, membuat cekung
447Walau tubuhnya masih penuh luka bakar yang mulai mengering, ia mengangkat satu tangannya ke atas. Wush!... Ketiga Auranya menyala, membuat hembusan energi dan seketika energi meluap keluar dari tubuhnya, membentuk aliran energi yang bergerak ke atas. Enegi itu membentuk lingkaran energi besar yang memiliki pola rumit layaknya di atas altar teleportasi. "Kau ingin kabur!?" Sonic Boom terbentuk di belakang Rose, sambil mengulurkan satu tangan ke depan dan segera diselimuti oleh energi merah berbentuk cakar. Akan tetapi, lingkaran teleportasi sudah sepenuhnya menyala dan Whup!... Para master Alkemis menghilang, namun ternyata Akara masih berada di sana. Cring!... Ia menangkis cakar rubah menggunakan pedang kayunya sambil tersenyum menyeringai."Sudah aku bilang, aku akan membunuhmu!"Wush!... Rose melesat menjauh bagaikan bayangan, namun Akara langsung berada di depannya. Mereka melesat hingga luka bakar di tubuh keduanya terlepas sendiri-sendiri. Akara terus mengincar lehernya, mem
Laser menembus energi pelindung dan langsung menerpa tubuhnya, cukup lama laser bersinar hingga akhirnya padam. Gelombang radiasi panas masih memenuhi angkasa lepas, lalu ada bongkahan batu yang menyala merah. Krek!... Batu itu retak dan tidak lama kemudian hancur, muncullah pemuda berjaket hitam di dalamnya. Walau tubuhnya diselimuti oleh Esensi Surgawi, namun pakaian dan tubuhnya penuh luka bakar. "Apa aku bilang!" seru Komo, namun tuannya masih terlihat santai dan meraih kedua pedangnya kembali. Akan tetapi.."Agkh!" Ia langsung memegangi dadanya dan tatapannya begitu tajam melihat ke arah gadis rubah di depannya. "Ada apa Akara!?"Ia menjawabnya sambil menahan emosi dan giginya mengatup karena sangat geram. "Kubah pelindung di kota Bhinneka telah hancur, bahkan yang menyelimuti Gua Pelindung Harapan juga hancur!"Rose lalu tertawa puas, seolah-olah dia dapat mendengar apa yang Akara katakan. "Apa kau merasakannya!? Pasukanku telah menemukan keberadaan kekasih fanamu! Para gadism
335Di angkasa lepas yang gelap dan dihiasi cahaya bintang. Bruak!... Rose kembali tertahan oleh dinding transparan dan Akara langsung berada di depannya, memukul hidungnya dengan sekuat tenaga. Dinding transparan langsung hancur dan gadis itu terlempar ke belakang. Akara ingin membuat dinding transparan lagi, namun segera ada energi kematian yang menyelimuti tubuh Rose. Gadis itu tidak lagi menabrak dinding transparan dan menembusnya. Akan tetapi, Akara tetap muncul di depannya dengan mengayunkan pedangnya. Tring tring!... Benturan pedang dan cakar rubah menciptakan percikan api, lalu mereka saling menyerang sambil terus melesat. Bugh!... Rose menendang perut Akara hingga terlempar mundur, namun pemuda itu langsung berteleport di belakangnya. Crang!... Ia mengayunkan pedangnya, ditahan oleh selendang, namun tetap membuat meluncur jauh. Ia kembali berteleport dan menendang punggungnya, hingga melenting sebelum terlempar. Gadis itu terlempar menuju planet di dekatnya, terbakar saat mem
Kubah pelindung arena bergetar hebat, membuat semua orang menoleh, termasuk para penyandera dan yang di sandera. Pria bertopeng kucing oranye sempat melirik leher penyandera, namun getaran itu tidak berlangsung lama. ...Di dalam arena, bongkahan batu tadi sudah menyala merah layaknya bara api. Sedangkan Rose diselimuti oleh selendangnya yang perlahan-lahan membuka. Ia terkekeh saat melihat sekitarnya dipenuhi asap bekas terbakar. "Kau bodoh! Membakar seluruh tempat hanya akan membunuh dirimu sendiri! Sekarang tidak ada lagi oksigen untukmu ber..." Ia terdiam saat bongkahan batu yang melayang-layang tersibak, nampaklah pemuda berjaket hitam yang melebarkan kedua tangannya ke samping. Di ujung telapak tangannya, ada sebuah benda seperti kelereng yang bercahaya sangat terang, dengan ketiga auranya yang menyala. Aliran energi sangat lebar layaknya selendang sutra merahnya, bergerak masuk ke dalam kedua titik bercahaya. "Sudah kubilang, aku akan membunuhmu!" Akara menyeringai, namun se
333Mengetahui kekasihnya disandera, puluhan bor spiral terbentuk dan langsung melesat, meliuk-liuk menghindari selendang merah yang hendak menangkisnya. Akan tetapi, ada energi kematian yang langsung membuat bor spiral melebur. Benar-benar lenyap di udara tanpa menyisakan sebutir debupun. Ia langsung berhenti, melihat Lina yang pergi bersama pasukan yang mengepungnya, memasuki portal dan menghilang. "Lihatlah! Apalagi yang bisa kau miliki!? Sang Peri Salju telah pergi, putri Kaisar Atla telah dikepung, tidak ada yang bisa kau lakukan lagi!?" Wush tring tring tring tring!... Akara melesat dengan tatapan tajam ke arahnya. Walau banyak selendang yang menghadang, namun ia tebas begitu mudahnya. Karena terus mendekat, energi kematian seperti asap hitam kehijauan keluar dari tubuh Rose. Persis seperti seekor gurita yang menyemprotkan tintanya. Akan tetapi, ada angin yang berputar, menembus kepulan energi kematian. Ia melesat dan sudah siap posisi Cakaran Naga Hitam, membuat gadis itu terb
Kedua peserta sudah berada di atas arena, mereka masih terlihat begitu tenang, walau gong tanda mulainya pertandingan sudah berbunyi. "Apa yang kau lakukan? Cepat menyerah!" Komo yang tidak sabar langsung melompat dan bertengger di pundaknya."Iya iya!" Akara ingin mengangkat tangannya, namun gadis yang menjadi lawannya berbicara. "Kau mirip dengan ayahmu!"Akara langsung menarik kembali tangannya dan menatapnya sambil mengernyitkan dahi. "Kau kenal ayahku?"Rose langsung tertawa lepas, lalu berjalan mendekat sambil berkata. "Tidak hanya kenal!" Ia mengangkat satu tangannya. "Dengan tangan ini aku membunuhnya!" Akara langsung terbelalak dan mengepal erat, namun masih berusaha menahan emosinya. "Apa maksudmu!?"Gadis itu kembali tertawa puas dan terdengar menakutkan, lalu berkata dengan ritme cepat. "Kau tau bagaimana ekspresi ibumu si Rani yang marah meluap-luap? Kau tau bagaimana ekspresi Violet yang dingin dan menak
Akara berjalan di sebuah lorong sambil menggandeng tangan kekasihnya. Di lorong yang sepi, namun terdengar suara riuh dari penonton dari sebuah tribun di atas mereka. Saat itulah mereka berpapasan dengan seorang gadis bergaun merah dan bercadar. Langkahnya begitu tenang dan mantap saat melewati lorong, ditemani oleh seorang pemuda berpakaian rapi. Akara langsung mengenali pemuda itu, sang wakil komandan pasukan Bintang, Baester. Ia langsung mempercepat langkahnya dan mendekat, lalu melebarkan tangan kanannya ke samping, menyentuh dinding lorong dan menghalangi jalan mereka.Melihat nonanya dihadang, Baester langsung menghardiknya. "Akara, apa yang kau lakukan!?"Akara lalu menatapnya dan berkata dengan tenang. "Pergilah!" Ia langsung membuat pemuda itu tehentak, lalu gadis bercadar berkata tanpa menoleh. "Pergilah terlebih dahulu!""Baik nona!" Ia langsung melesat pergi, sedangkan Akara langsung tersenyum lebar dan berkata."Kenapa memak