All Chapters of Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku : Chapter 41 - Chapter 50

102 Chapters

BAB 41

“Papa tahu, nggak akan mungkin bisa mengembalikan kebahagiaanmu yang dulu. Papa juga sadar kalau nggak akan pernah bisa menebus kesalahan Papa di masa lalu, tapi…”“Bisakah kau tak menyebut dirimu dengan sebutan Papa di hadapanku? Aku benar-benar benci mendengarnya!” potong Azzalyn.Krisna terdiam dan langsung menundukkan kepala. Hatinya sedih dan sakit mendengar kalimat dengan nada penuh amarah dan kebencian dari putri kandungnya itu. Yang ia harapkan saat datang ke sini adalah, dapat berbicara dari hati ke hati dengan Azzalyn. Setidaknya membuat gadis itu menghilangkan rasa marah padanya.Namun apa yang terjadi memang tetap sesuai perkiraannya. Hati Azzalyn telah mengeras bagaikan batu. Tak ada tempat sama sekali baginya untuk menempati ruang hati anak perempuan yang sangat ia sayangi itu.“Maaf, aku nggak akan menyebut kata itu lagi di depanmu,” ujar Krisna pelan, dengan susah payah menahan air matanya.“Sebenarnya apa tujuanmu ke sini? Apa kau nggak tahu kalau istrimu yang jahat i
Read more

BAB 42

Azzalyn merasa hatinya kembali sakit melihat foto-foto lama milik ibunya. Beberapa lembar foto hitam putih yang sudah agak kusam, namun masih terlihat jelas wajah orang yang berada di dalamnya.Tampak wajah Renita saat muda, sangat mirip dengan Azzalyn. Ada beberapa foto yang menampakkan kemesraan antara Renita dan Krisna, juga beberapa foto pernikahan mereka. Semuanya begitu membuat Azzalyn kembali menangis perih. Di masa lalu, ayah dan ibunya begitu bahagia dan tampak sebagai pasangan yang sangat serasi. Namun kehadiran Riska membuat semua hancur berantakan. Kebahagiaan yang seharusnya ia miliki saat ini, justru berubah menjadi kisah pahit yang begitu menyayat hati.Dengan air mata berlinang Azzalyn memeluk foto-foto yang kembali membuat segala kenangan lama bersama sang ibu kembali mencuat. Ditambah lagi ia jadi tiba-tiba menginginkan kembali sosok seorang ayah untuk berada di sampingnya.Setelah puas memandangi lembaran foto yang begitu membuatnya sedih, tatapannya beralih pada se
Read more

BAB 43

“Azzalyn, kamu dipanggil ke ruangan Bu Vera,” kata Arian.“Kenapa ya?” kening Azzalyn berkerut.“Nggak tahu juga sih. Tapi denger-denger katanya kamu mau dipinjem anak Banquet, buat bantuin nanti mau ada acara besar di ballroom.”“Kok bisa disuruh buat bantuin Banquet? Kita kan beda departemen?”Arian mengedikkan bahu. “Tanya aja deh sendiri sama Bu Vera.”“Ya udah kalau gitu aku masuk dulu ya.”Azzalyn menuju ke ruangan Vera. Saat dipersilakan masuk, ia melihat Vera yang sedang sibuk mengetik sesuatu di laptopnya.“Masuk, Azzalyn. Kamu duduk dulu di situ,” Vera menunjuk meja di seberangnya. “Saya selesaikan sebentar pekerjaan saya ya. Nggak lama kok.” Lanjutnya.“Baik Bu.” Ujar Azzalyn sambil mengangguk. Sembari menunggu atasannya yang sedang sibuk, Azzalyn melayangkan pandangan ke seisi ruangan. Terlihat rapi dan bersih. Ia ingat, terakhir kali ia ke ruangan ini adalah saat ia dipanggil dan diturunkan menjadi Doorgirl.Terdengar suara Vera berdehem, mengejutkan Azzalyn ya
Read more

BAB 44

“Acaranya tiga hari lagi, dan saya rasa kamu udah bagus banget menjalani tugas sebagai waitress,” ujar Dela, Supervisor Banquet yang melatih Azzalyn.“Semoga saya nggak mengecewakan ya Kak,” jawab Azzalyn merendah.“Nggak akan. Saya suka kok ngeliat cara kerja kamu. Selain penampilan kamu yang menarik, kamu juga luwes dalam memberi pelayanan pada tamu. Malah, kalau seandainya Banquet mau nambah personel, saya ingin narik kamu buat jadi staf tetap di Banquet,” Dela tersenyum manis.Azzalyn hanya bisa tersipu malu. Ia cukup senang mendengar pujian atas pekerjaannya.“Kamu mau kan?” tanya Dela ambigu.“Mau apa Kak?” Azzalyn bertanya balik.“Kalau Banquet kekurangan staf, saya mau tarik kamu. Soalnya saya senang sama cara kerjamu.”Azzalyn menjawab dengan ragu,” saya belum tahu Kak. Soalnya belum ada niat untuk berpindah departemen.”“Justru kalau ada kesempatan untuk pindah departemen harus diambil. Selain buat ganti suasana, siapa tahu di departemen yang baru kamu bisa cepat nai
Read more

BAB 45

“Azzalyn, kamu mau ke mana?” Dela yang mengejar Azzalyn hingga ke ruang belakang terlihat panik.Bagaimana tidak, tiba-tiba saja saat tamu yang akan dijamu datang, Azzalyn mendadak langsung membalikkan badan dan dengan satu kalimat membuatnya tersentak.“Saya pulang dulu Kak. Maaf saya nggak bisa melanjutkan pekerjaan malam ini.” “Tapi kenapa? Kamu sekarang sedang kerja loh. Meninggalkan tamu mendadak seperti itu adalah sesuatu yang sangat nggak sopan. Bahkan itu sebuah kesalahan yang fatal bagi kita sebagai hotelier. Mereka tadi datang menyapa kita, dan kamu... Jangankan menjawab sapaan dan memberi hormat, malah pergi dengan muka cemberut. Kamu mau kita semua, terutama saya, ditegur F & B Manager? Atau bahkan GM?” nada suara Dela terlihat sangat marah.“Maaf Kak, tapi saya benar-benar nggak bisa kalau harus melayani mereka. Entah itu malam ini atau saat acara di ballroom nanti. Saya mengundurkan diri!”Azzalyn baru saja hendak melanjutkan langkah, namun bahu kanannya didorong D
Read more

BAB 46

Suasana makan malam terasa dingin dan tak nyaman. Bu Narti yang terlalu cerewet, Dwita yang cemberut karena Bintang tak duduk di dekatnya, dan beberapa kejadian canggung lainnya membuat tak terlihat kebahagiaan sama sekali di antara mereka. Hanya sesekali terdengar denting suara peralatan makan yang saling beradu.Azzalyn yang menunggu di ruang belakang masih terlihat sangat kesal. Hatinya merasa tak puas karena tadi Cuma bisa diam saat Riska meremehkannya. Hanya saja ia masih memikirkan nasib teman-temannya yang lain. Dela benar, ia tak boleh egois.“Azzalyn, sudah cek menu main course-nya?” Tanya Dela, membuat Azzalyn sedikit terkejut. Azzalyn hanya mengangguk.“Kalau sudah kamu keluar sebentar bantu clear up sisa appetizer. Nanti kamu bantu menyajikan main course ya.”Azzalyn kembali mengangguk. Dia benar-benar malas untuk bicara saat ini. Dan dengan ogah-ogahan ia bangkit sambil meraih baki dan lap. “Senyumnya jangan lupa.” Lagi-lagi Dela mengingatkan, membuat Azzalyn tersen
Read more

BAB 47

“Apa ada yang lucu?” Tanya Riska sambil menatap tajam ke arah Azzalyn yang kini juga dengan berani memandangnya.Azzalyn tak menjawab namun raut mukanya sengaja menampakkan kalau ia sedang menantang Riska. Meski ia tak bisa membalas secara frontal, setidaknya ia tak diam begitu saja.Dela buru-buru menggamit lengan Azzalyn dan meminta maaf pada Riska. Dengan tergopoh-gopoh ia berusaha menyeret pelan Azzalyn agar mau di bawa ke ruang belakang, guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.“Mau kamu bawa ke mana dia?” tanya Riska setengah membentak. Membuat langkah Dela dan Azzalyn terhenti.“Biar dia bantu staf di belakang saja, Bu.” Jawab Dela terbata.“Kenapa?” “Maaf Bu. Dia memang staf baru. Saya khawatir dia akan memberikan pelayanan yang tidak memuaskan pada Ibu sekeluarga.”“Saya memang nggak suka sama dia. Sebagai karyawan hotel dia terlalu angkuh. Tapi biarkan saja dia tetap di sini.”Dela hanya bisa memandangi Azzalyn. Sedetik kemudian ia hanya bisa menundukkan kepa
Read more

BAB 48

“Tapi, apakah harus dengan cara seperti itu Azzalyn?” Tanya Bintang lemah.“Maafkan aku Bintang. Kalau kau memang mau membantuku, maka bantulah aku dengan cara seperti ini. Kau lihat sendiri kan bagaimana mereka memperlakukan aku di hadapan semua orang? Aku ingin membalas mereka bagaimana pun caranya,” tegas Azzalyn. Sebuah bulir bening menitik dari matanya yang berkaca-kaca.Bintang hanya bisa melirik dengan ekor matanya. Dapat ia rasakan bagaimana pedihnya hati gadis yang sangat ia sukai itu. Ia menghela napas.“Kalau gitu aku akan menyusul Dwita,” ujar Bintang. Namun tak ada satu kalimat pun yang meluncur dari bibir Azzalyn. Gadis itu tampak seolah sedang sibuk membersihkan setiap barang kotor yang bertumpuk di atas meja makan.Bintang melangkah pelan meninggalkan Azzalyn yang sebenarnya memandangi kepergian Bintang dengan tatapan sedih.***Baru saja Azzalyn hendak memejamkan mata saat terdengar bunyi chat yang masuk ke HP miliknya. Meski malas karena baru saja sampai kost setelah
Read more

BAB 49

“Semua ini kamu yang masak?” tanya Bintang takjub.Dilihatnya meja yang hampir penuh dengan makanan. Beragam menu makanan yang menggugah selera tersaji di meja di bawah pohon rindang di depan kost Azzalyn. Mulai dari menu sayuran, ikan, hingga ayam. Mereka tadi sudah meminta izin pada Bu Retno untuk makan siang bersama, dan Bu Retno menyediakan tempat di luar halaman, di bawah pohon rindang yang sejuk.“Ya iyalah. Memangnya siapa lagi? Aku nggak terlalu kenal para penghuni kost di sini. Soalnya selain kerja aku hampir nggak pernah keluar kamar. Jadi ya nggak enak juga kalau harus minta bantuan mereka. Lagi pula aku udah terbiasa masak sebanyak ini dulu di rumah, sewaktu masih ada Ibu dan Mbah,” ujar Azzalyn, dan wajahnya seketika berubah menjadi mendung.Bintang yang melihat perubahan di wajah Azzalyn langsung berusaha untuk mengalihkan pembicaraan.“Apa semua ini bakalan habis kalau Cuma kita berdua yang makan?” tanya Bintang dengan wajah jenaka.“Habiiiss….” Azzalyn berkata den
Read more

BAB 50

Bintang membolak-balikkan kartu nama di tangannya. Sementara Azzalyn tampak bingung melihat Bintang seperti sedang berpikir keras.“Kalau dilihat dari reaksi kamu, sepertinya kamu mengenal orang yang berada di dalam kartu nama ini, Bintang.” Ujar Azzalyn penuh selidik.“Iya aku kenal,” sahut Bintang pendek.“Jadi… kenapa ekspresi wajah kamu seperti itu?”Azzalyn bertanya lagi.Bintang kembali memandangi kartu nama bertuliskan nama ‘Reinhart Aditya Pratama’ itu dengan kening berkerut tanda berpikir.“Aku Cuma heran. Kamu bilang Om Kris yang memberikan kamu kartu nama ini. Dan di surat yang yang Om Kris tulis, Om Reinhart ini adalah pengacara kepercayaannya yang akan membantu kamu untuk mengurus aset warisan yang akan menjadi bagian untukmu nanti.” Sampai di sini kalimat Bintang berhenti.“Terus, apanya yang aneh?”“Setahu aku Om Reinhart bukanlah seorang pengacara. Dulu saat aku pernah magang di perusahaan Abyl, Om Reinhart itu adalah salah satu mitra kerja di perusahaan Om Kris.”“Tapi
Read more
PREV
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status