Share

BAB 48

Penulis: Desy Cichika Harish
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Tapi, apakah harus dengan cara seperti itu Azzalyn?” Tanya Bintang lemah.

“Maafkan aku Bintang. Kalau kau memang mau membantuku, maka bantulah aku dengan cara seperti ini. Kau lihat sendiri kan bagaimana mereka memperlakukan aku di hadapan semua orang? Aku ingin membalas mereka bagaimana pun caranya,” tegas Azzalyn. Sebuah bulir bening menitik dari matanya yang berkaca-kaca.

Bintang hanya bisa melirik dengan ekor matanya. Dapat ia rasakan bagaimana pedihnya hati gadis yang sangat ia sukai itu. Ia menghela napas.

“Kalau gitu aku akan menyusul Dwita,” ujar Bintang. Namun tak ada satu kalimat pun yang meluncur dari bibir Azzalyn. Gadis itu tampak seolah sedang sibuk membersihkan setiap barang kotor yang bertumpuk di atas meja makan.

Bintang melangkah pelan meninggalkan Azzalyn yang sebenarnya memandangi kepergian Bintang dengan tatapan sedih.

***

Baru saja Azzalyn hendak memejamkan mata saat terdengar bunyi chat yang masuk ke HP miliknya. Meski malas karena baru saja sampai kost setelah
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 49

    “Semua ini kamu yang masak?” tanya Bintang takjub.Dilihatnya meja yang hampir penuh dengan makanan. Beragam menu makanan yang menggugah selera tersaji di meja di bawah pohon rindang di depan kost Azzalyn. Mulai dari menu sayuran, ikan, hingga ayam. Mereka tadi sudah meminta izin pada Bu Retno untuk makan siang bersama, dan Bu Retno menyediakan tempat di luar halaman, di bawah pohon rindang yang sejuk.“Ya iyalah. Memangnya siapa lagi? Aku nggak terlalu kenal para penghuni kost di sini. Soalnya selain kerja aku hampir nggak pernah keluar kamar. Jadi ya nggak enak juga kalau harus minta bantuan mereka. Lagi pula aku udah terbiasa masak sebanyak ini dulu di rumah, sewaktu masih ada Ibu dan Mbah,” ujar Azzalyn, dan wajahnya seketika berubah menjadi mendung.Bintang yang melihat perubahan di wajah Azzalyn langsung berusaha untuk mengalihkan pembicaraan.“Apa semua ini bakalan habis kalau Cuma kita berdua yang makan?” tanya Bintang dengan wajah jenaka.“Habiiiss….” Azzalyn berkata den

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 50

    Bintang membolak-balikkan kartu nama di tangannya. Sementara Azzalyn tampak bingung melihat Bintang seperti sedang berpikir keras.“Kalau dilihat dari reaksi kamu, sepertinya kamu mengenal orang yang berada di dalam kartu nama ini, Bintang.” Ujar Azzalyn penuh selidik.“Iya aku kenal,” sahut Bintang pendek.“Jadi… kenapa ekspresi wajah kamu seperti itu?”Azzalyn bertanya lagi.Bintang kembali memandangi kartu nama bertuliskan nama ‘Reinhart Aditya Pratama’ itu dengan kening berkerut tanda berpikir.“Aku Cuma heran. Kamu bilang Om Kris yang memberikan kamu kartu nama ini. Dan di surat yang yang Om Kris tulis, Om Reinhart ini adalah pengacara kepercayaannya yang akan membantu kamu untuk mengurus aset warisan yang akan menjadi bagian untukmu nanti.” Sampai di sini kalimat Bintang berhenti.“Terus, apanya yang aneh?”“Setahu aku Om Reinhart bukanlah seorang pengacara. Dulu saat aku pernah magang di perusahaan Abyl, Om Reinhart itu adalah salah satu mitra kerja di perusahaan Om Kris.”“Tapi

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 51

    “Hari ini in charge di FO ya Mbak?” tanya Rini saat melihat Azzalyn datang untuk bertukar shift dengannya.“Iya aku kan emang in charge-nya di FO. Kalau pun naik ke atas itu kan Cuma training sementara, buat latihan karena aku mau bantu anak Banquet,” jawab Azzalyn.“Tapi aku dengar katanya selepas acara besar di ballroom nanti, Mbak akan ditarik permanen buat masuk squad anak F & B Service,” ujar Rini dengan mulut agak manyun.“Masa’ sih?”Rini mengangguk. “Kita jadi nggak satu departemen lagi dong.” Rini berkata dengan kecewa.“Ah, siapa bilang. Mungkin itu Cuma desas-desus aja. Kemaren Mbak Dela emang ada nawarin aku buat pindah ke Banquet, tapi aku nggak mengiyakan. Aku ngerasa lebih enak di FO.”“Bagus Mbak. Nggak usah mau kalau di suruh pindah.”“Dih, emang kenapa?” Azzalyn tertawa kecil.“Ya nanti aku nggak punya temen.”“Masa’ satu hotel nggak ada satu pun yang jadi temen kamu selain aku? Minimal satu departemen lah,” ejek Azzalyn.“Temen sih banyak, tapi yang asik kayak Mbak

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 52

    Azzalyn tersenyum puas. Dilihatnya Dwita yang sejak tadi terlihat gelisah menunggu kedatangan Bintang. Hari sudah gelap dan jam menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Dwita terlihat bolak-balik antara sofa lobi dan sesekali berdiri melihat keluar.Azzalyn yang sedang berdiri di samping pintu hanya bisa mengulum senyum penuh kemenangan. Bagaimana tidak, apa yang terjadi sekarang memanglah bagian dari rencananya.Saat Dwita menelepon Bintang ketika mereka berdua selesai makan siang di kost tadi, Azzalyn menyuruh Bintang untuk berjanji pada Dwita akan menjemputnya pulang kerja. Namun Azzalyn juga meminta Bintang untuk sengaja tak datang, untuk tak menepati janjinya pada Dwita. Agar Azzalyn bisa mempermalukan Dwita.Azzalyn sengaja menyuruh Bintang tak mengaktifkan HP nya, agar Dwita tak bisa menghubungi pemuda itu. Dan kini Azzalyn merasa sangat puas melihat Dwita yang uring-uringan karena sudah menunggu di lobi sejak jam lima sore tadi.Azzalyn yakin, meski Bintang melakukan hal ini pa

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 53

    Apa maksud Mama kalau aku bodoh?” Dwita mengulang pertanyaannya.“Sudah jelas kan? Kamu itu tergila-gila dengan Bintang. Padahal kamu tahu kalau Bintang itu sudah menyukai Azzalyn sejak lama. Bahkan dari sebelum Azzalyn kenal dan berhubungan dengan Abyl.”“Jangan suka ambil kesimpulan sendiri Ma. Dari mana Mama bisa bilang kalau Kak Bintang udah suka sama Azzalyn sejak itu?”“Dwita, jangan terlalu polos. Bintang dan Azzalyn jauh sudah lama saling kenal bahkan sejak sebelum berhubungan dengan keluarga kita. Mama bisa melihat bagaimana tatapan Bintang setiap kali bertemu Azzalyn dan setiap kali melihat Azzalyn sedang bersama Abyl. Kamu itu terlalu menyukai Bintang, sehingga berusaha menutup mata atas itu semua.”“Kak Bintang nggak suka sama Azzalyn. Kak Bintang itu orang yang sangat baik. Jadi dia itu hanya merasa kasihan sama Azzalyn yang miskin.” Dwita tetap ngotot.“Kenapa sih kamu ini sama kayak Kakakmu? Susah banget dibilangin. Apa kalian ini nggak bisa mencari orang lain aja

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 54

    “Abyl hanya mencintai Azzalyn. Dan mungkin selamanya akan tetap mencintainya. Entah Papa dan Mama suka atau nggak, yang jelas inilah perasaan Abyl.”“Abyl... “ Riska baru saja hendak kembali memuntahkan kalimat amarah. Namun dengan cepat Abyl menyambung kalimatnya.“Selama ini, hanya Azzalyn yang bisa membuat dada Abyl berdebar. Saat pertama kali bertemu, Abyl bahkan sudah merasa kalau dia adalah cinta sejati buat Abyl.”“Omong kosong!” Riska mendengus kesal. “Bukankah sebelum kenal dengan Azzalyn, kamu itu sudah beberapa kali pacaran, Abyl?! Jadi jangan bicara seolah-olah bahwa perempuan itu adalah satu-satunya wanita yang ada di hatimu.” Sambungnya.“Memang...” sahut Abyl dingin. “Seperti yang udah Abyl bilang tadi. Hanya Azzalyn yang bisa membuat dada Abyl berdebar dan merasa sangat bahagia saat bersama. Meski sudah beberapa kali menjalin hubungan dengan beberapa wanita. Baru dengan Azzalyn, Abyl merasa kalau sudah bertekuk lutut.”“Bodoh!!! Apa istimewanya perempuan itu sampa

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 55

    “Kalau kamu nggak mau menjawab, lebih baik kamu angkat kaki sekarang juga dari sini!” hardik lelaki itu.“Saya... Saya mantan pekerja di perusahaan Om Kris.” Jawab Azzalyn terbata. Hanya itu yang bisa ia katakan. “Lalu untuk apa Krisna Hadi menyuruh mantan karyawannya ke rumahku? Kau pasti berbohong. Kau bukan suruhan Krisna Hadi, tapi kau adalah mata-mata yang dikirim Riska kan? Kau datang kemari hanya untuk memastikan kalau aku adalah Reinhart, sebelum membunuhku. Iya kan?”Azzalyn bingung harus menjawab apa. Sebenarnya seperti apa hubungan antara Krisna, Riska dan Reinhart? Mengapa Reinhart begitu terdengar sangat berhati-hati dengan Riska?“Saya benar-benar bukan orang suruhan Riska. Saya mendapat kartu nama Pak Reinhart dari Om Kris, dan dia bilang saya bisa meminta bantuan dari Pak Reinhart untuk membantu saya mengurus beberapa aset yang akan dipindah tangankan, karena Pak Reinhart adalah pengacara kepercayaannya.” Jawab Azzalyn panjang lebar.“Aku nggak percaya. Pulanglah

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 56

    Azzalyn memandang lekat sosok lelaki di depannya, yang terlihat masih tampan meski di usia yang tak muda lagi.Lelaki itu tampak sedang berusaha menahan kesedihannya yang teramat dalam. “Dia membuat istriku pergi meninggalkan aku, dengan membawa kedua anakku yang saat itu masih balita.”“Kapan kejadiannya? Saat istri Bapak membawa pergi anak-anak Bapak?”Reinhart menghembus napas dengan kasar melalui mulutnya. Terasa dadanya sangat sesak setiap kali mengingat dan mengenang rasa rindu pada orang-orang yang begitu ia sayangi.“Sekitar 8 tahun lalu.” Jawab Reinhart pendek. “Saat itu anak pertamaku berumur 5 tahun, dan yang kedua baru berumur 8 bulan.” Sambungnya.Kening Azzalyn berkerut. Delapan tahun lalu, dan pria di depannya ini punya anak yang masih balita? Padahal kalau dilihat dari penampilannya, Azzalyn menebak, Reinhart sebaya dengan ayahnya, Krisna. Kalau delapan tahun lalu, seharusnya anak-anak Reinhart sudah remaja, sama seperti dirinya.Azzalyn berdehem. “Apa Bapak ta

Bab terbaru

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 102

    Tiga tahun kemudian “Sayang, kau sudah siap?”Bintang membuka pintu kamar dan melihat Azzalyn yang sedang sibuk mengganti popok bayi lelaki mereka yang baru berumur 5 bulan.“Tunggu sebentar lagi. Ezra agak rewel hari ini.” Azzalyn tampak mengantuk, bisa dilihat dari kantung matanya yang menghitam.Merawat seorang bayi memang sungguh sangat tidak mudah.“Ezra mau dibawa juga? Bukannya dia sedang pilek?” Bintang kini duduk di samping ranjang, memperhatikan istrinya yang sedang memakaikan celana baru untuk Ezra.“Dia tetap di rumah. Batuknya bisa semakin menjadi karena kalau sudah sesiang ini banyak debu jalanan. Oma kan di rumah, jadi ada yang menjaga Ezra.”Azzalyn membersihkan tangannya yang terkena sedikit bedak bayi saat tadi memakaikan pada sang anak.“Harum sekali,” Azzalyn menghirup bau tangannya. “Coba kamu cium,” ia mendekatkan telapak tangan pada Bintang.“Biasa saja. Lebih harum aku.” Bintang tersenyum dengan penuh percaya diri.“Jangan terlalu tinggi menilai dirimu,” ejek

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 101

    Dwita kembali mengalihkan pandangannya keluar jendela. Azzalyn bernafas lega karena apa yang ia khawatirkan tak terjadi.“Dwita, sungguh aku tak pernah berniat untuk menyakitimu ataupun Abyl. Kepergian Abyl, juga merupakan pukulan berat buatku.” Azzalyn menyeka air mata yang sempat jatuh setitik. “Hatiku juga hancur saat melihat orang yang aku sayangi meninggal dengan tragis di depan mataku sendiri.” Sambungnya.Kini Azzalyn juga ikut menatap keluar jendela.“Apa kau tahu, saat awal-awal menjalin hubungan dengan Abyl, aku ingin sekali mendekatimu? Sejak dulu aku ingin sekali punya adik perempuan, karena aku adalah anak tunggal. Tapi sikapmu yang tak pernah menampakkan rasa bersahabat membuatku tak berani berharap banyak. Ketika tahu kalau aku dan Abyl bersaudara, hatiku menjerit karena merasa hidup ini sungguh tak adil. Saat itu, aku benar-benar sangat mencintainya. Bahkan sampai kini pun, bagiku Abyl memiliki tempat khusus di dalam hati ini. Posisinya tak bisa dijelaskan dengan ka

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 100

    Bu Narti berjalan perlahan dengan secangkir teh manis hangat di tangannya. “Minum teh dulu.” Ia menyerahkan cangkir itu pada Azzalyn yang sedang termenung di depan jendela terbuka yang menghadap langsung ke pekarangan di samping rumah.“Terima kasih.” Azzalyn langsung meminum sedikit teh yang diberikan padanya. Sesaat terjadi kecanggungan antara nenek dan cucu itu. Mereka sama-sama ingin memulai percakapan, hanya tak tahu harus memulai dari mana.“Apa kamu mau duduk?” Bu Narti menawarkan. Azzalyn hanya mengangguk dan langsung mengekor di belakang Bu Narti.“Akhirnya kau datang juga ke sini menjengukku. Terima kasih.” Bu Narti seakan tak kuasa menahan rasa harunya. Ia sibuk menyeka air mata yang jatuh tanpa henti.Azzalyn menunduk sambil menggigit bibir. Ia sendiri pun sedang berusaha sekuat tenaga agar tidak menangis. Hidungnya sudah terasa perih dan kelopak matanya mulai panas.“Apa selama ini Oma sendirian?” Azzalyn bertanya, meski ia sendiri sudah tahu jawabannya.Bu Nart

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 99

    “Aku tidak tahu, Bintang. Seharusnya aku merasa senang dan bahagia dengan pernikahan ini. Tapi kenapa, hatiku seakan terasa kosong? Seharusnya, saat aku bersanding di pelaminan nanti, ada Ibu atau Mbahku. Atau Ayah. Atau mungkin Paman Bandi. Tapi--- di hari bahagiaku nanti, tak ada siapa-siapa yang akan menjadi saksi kebahagiaan kita. Bukankah, nasibku begitu malang dan kasihan?”Air mata Azzalyn tumpah tak tertahankan. Berulang kali ia menelan saliva, agar tangisnya tak pecah. Namun hal itu justru membuat tenggorokannya sakit. Hidungnya perih dan kelopak matanya memanas. Bintang meraih Azzalyn ke dalam pelukannya. Hatinya juga ikut sakit mendengar kalimat yang keluar dari mulut gadis yang ia cintai itu.“Jangan terlalu bersedih, Azzalyn. Jangan merasa kalau hanya hidupmu yang begitu menyedihkan. Meski tak ada satu pun dari mereka yang hadir, tapi ada Om Reinhart, ada Om Rudi, Misty dan Koma. Kita saling memiliki, Azzalyn. Kita bahagia meski anggota keluarga kita tak lengkap. Buka

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 98

    “Azzalyn....”Bintang memeluk Azzalyn yang kini sedang duduk dengan sebuah selimut tebal membungkus tubuhnya. Hati pemuda itu senang sekali karena melihat Azzalyn dalam keadaan baik-baik saja.“Bintang...” Azzalyn membalas pelukan pria yang sedang dekat dengannya itu.“Syukurlah kau tak apa-apa Azzalyn. Aku senang sekali begitu mendapat telepon dari kantor polisi. Aku dan Misty langsung kemari.”“Misty juga ke sini?”“Iya, tapi dia masih ada di mobil, menunggu Koma yang menyusul di belakang bersama Om Rudi. Kami semua mengkhawatirkanmu.” Bintang kembali memeluk Azzalyn. Seakan tak ingin kehilangan gadis itu lagi.“Terima kasih karena sudah mengkhawatirkan aku. Aku baik-baik saja.” Azzalyn tersenyum.“Apa kau terluka?” Bintang memindai tubuh Azzalyn, dari ujung rambut hingga ke ujung kaki. Memastikan kalau tak ada luka sedikit pun di sana.“Tidak. Mungkin hanya luka kecil atau tergores. Tapi aku sungguh tidak apa-apa.”“Tapi kudengar Tante Riska sempat berusaha untuk menembakmu.”“Mema

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 97

    “Di mana ini?” Azzalyn berjalan terhuyung-huyung sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling. Tempat ia berdiri sekarang terasa asing. Ia baru saja siuman dari tidur panjang akibat pengaruh sesuatu yang disuntikkan oleh Riska, setiap kali ia tersadar.Azzalyn tahu, kalau Riska telah membawanya ke suatu tempat yang sangat jauh. Namun ia tak tahu pasti di mana keberadaannya kini.Sementara Riska, sejak ia terbangun dan keluar dari mobil, tak terlihat sama sekali. Entah apa maksud wanita itu membawanya sampai sejauh ini. Bukankah kalau memang Riska berniat untuk membunuh, sekarang ia sudah pasti berada di alam yang berbeda?Tapi Azzalyn dapat memastikan kalau dia masih hidup. Hanya saja ia sekarang berada di daerah antah berantah yang sepi dan hanya dikelilingi oleh pepohonan. Apa mungkin ini adalah sebuah hutan?Kepala Azzalyn pusing, namun ia tetap harus melangkahkan kaki untuk mencari pertolongan. Mobilnya tak bisa hidup sama sekali, seakan sengaja dirusak. Sementara hari seben

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 96

    “Apa yang terjadi? Bagaimana bisa Azzalyn menghilang?” Bintang terlihat panik, padahal ia baru saja turun dari mobilnya dan menemui Misty yang menunggu di teras rumah mewah Azzalyn. “Misty sendiri tidak yakin, Kak Bintang. Semalam Mbak Azzalyn pergi keluar sebentar, mau beli makanan buat kami. Tapi Misty tunggu sampai malam dia tak pulang-pulang.” Misty menangis, karena takut terjadi apa-apa dengan Azzalyn. Andai saja semalam dia tak menolak untuk ikut, pasti Azzalyn tak akan menghilang. Sementara itu, Bintang yang bingung hanya bisa mondar-mandir. “Aku khawatir hilangnya Azzalyn ada hubungan dengan Tante Riska yang kabur dari penjara.” Bintang berkata pelan, seolah sedang berbicara sendiri. “Apa sebaiknya kita tanya dengan Om Rudi?” Misty memberikan ide. “Mungkin saja sebagai orang yang pernah dekat dengan keluarga Tante Riska, dia tahu di mana biasanya Tante Riska menyembunyikan musuh-musuh yang diculik.” “Benar juga. Kenapa aku tak bisa berpikir samp

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 95

    Dwita mengamuk dan melempar apa pun yang berada di dekatnya. Suara tangisannya bercampur jerit histeris, cukup memekakkan telinga.“Dwita, Oma mohon jangan seperti ini. Sadarlah! Berhentilah berteriak.” Bu Narti menangis sambil berusaha memeluk tubuh Dwita yang terlihat kurus.Penampilan gadis itu sungguh sangat berbanding terbalik dengan yang dulu. Hal itu juga yang membuat Bintang kini tercengang tak percaya.Dwita yang dulu ia kenal sebagai seorang gadis ceria yang cantik dan berbadan berisi, kini terlihat tinggal tulang yang dibalut kulit. Badannya pun tak lagi cerah bercahaya seperti dulu. Rambutnya apalagi, entah sudah berapa lama rambut panjang itu tak disisir.“Bintang, bisakah kau membantu Oma mendiamkannya? Tolonglah, mungkin kalau mendengar suaramu dia bisa sedikit tenang. Sejak pindah ke rumah ini malam itu, Dwita selalu menyebut namamu.” Suara Bu Narti mengejutkan Bintang yang sejak tadi seakan terhipnotis.Spontan ia mengangguk dan mendekati Dw

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 94

    “Sudah, jangan menangis lagi, Misty. Om pasti akan datang ke sini sesekali untuk menjengukmu.”Reinhart masih berusaha membujuk Misty yang menangis sejak tadi dalam pelukannya. Gadis itu seakan tak mau melepaskan tubuhnya.“Om tidak pernah bilang kalau akan pergi keluar negeri.” Suara Misty nyaris tak tertangkap dengan jelas, namun Reinhart masih bisa mendengarnya.“Maafkan Om, Misty. Om harus menemui anak istri di Amerika. Mereka tak mau pulang ke Indonesia karena tak ingin berurusan lagi dengan Riska. Meski dia sudah dipenjara, tak ada yang bisa menjamin kalau dia tak membalas dendam dan berbuat ulah. Om akan tetap menjagamu meski kita berjauhan, Misty. Setiap bulan Om akan mengirimi kamu uang, bukankah kamu bilang ingin lanjut kuliah?”Misty menggeleng. “Misty Cuma ingin Om tetap di sini. Kalau Om pergi, tidak ada yang menjaga Misty lagi.” Rengeknya.Reinhart hanya tersenyum sambil mengelus pucuk kepala Misty.“Siapa bilang? Masih ada Bintang dan jug

DMCA.com Protection Status