All Chapters of Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku : Chapter 61 - Chapter 70

102 Chapters

BAB 61

“Azzalyn, biar aku saja yang memberikan barang itu padanya.” “Tapi...” Azzalyn tampak ragu. “Percayakan saja padaku, Azzalyn. Barang itu pasti sampai ke tangannya.”“Bukannya seperti itu. Hanya saja Om Reinhart benar-benar berpesan agar aku yang menyampaikannya sendiri. Karena aku yang nantinya akan menjadi penghubung antara Om Reinhart dan orang yang bernama Rudi Haryo itu.”“Jangan khawatir. Aku hanya menyampaikannya. Dan akan kupastikan dia bertemu langsung denganmu nanti. Lagi pula, kalau kau yang memberikan barang itu di tempat dan di tengah keramaian seperti ini, aku takut Tante Riska curiga dan ia menjadi lebih waspada.”Azzalyn diam. Ia berpikir kalau apa yang dikatakan Bintang itu cukup masuk akal.“Lalu, memangnya kalau kamu yang memberikannya Tante Riska nggak akan curiga?” tanya Azzalyn memastikan.“Aku pasti akan berhati-hati. Sekarang adalah kesempatan bagiku untuk mendekatinya tanpa perlu membuat orang lain heran atau curiga. Karena biar bagaimanapun sekarang a
Read more

BAB 62

“Begini saja, Om. Bagaimana kalau kita bertemu di luar? Saya akan membawa Om untuk berbicara langsung dengan orang yang membawa barang ini.” Rudi menggeleng. “Nggak! Aku nggak mau bertemu dengan orang lain. Yang mau aku temui adalah pemilik baju ini.”Bintang menghela napas.“Saya nggak tahu di mana pemilik baju ini. Tapi kalau Om memang benar-benar mau berjumpa dengannya, maka Om harus bertemu dulu dengan orang yang menitipkan baju ini pada saya.”“Baik, temui aku besok jam 1 siang di Restoran Alam Laut. Kita...”“Maaf Om,” Bintang menyela kalimat Rudi. “Kita nggak bisa sembarangan menentukan tempat dan waktu bertemu. Itu terlalu beresiko.” Sambung Bintang.“Jadi, mau kamu bagaimana?” tanya Rudi sebal. “Berikan saya nomor HP Om. Saya yang akan menghubungi Om begitu mendapat waktu dan tempat yang tepat untuk bertemu.”“Kenapa juga saya harus nurut kemauan kamu? Memangnya kamu bisa dipercaya begitu aja? Kita baru bertemu lagi setelah sekian lama. Kita dulu juga nggak akrab. B
Read more

BAB 63

“Anda pasti sudah mendengar kalimat tadi dengan jelas. Jadi saya rasa, saya nggak perlu lagi menjelaskan,” tegas Azzalyn.Rudi tertawa kecil. “Kalau mau ngomong itu pakai logika. Pakai akal sehat. Jangan mengatakan sesuatu yang nggak masuk akal, yang tidak mungkin akan dipercaya orang.” Kata Rudi dengan seringai mengejek.“Saya nggak berbohong. Saya mengatakan yang sebenarnya. Dan kalau anda mau bertemu dengan Om Reinhart, maka hal yang pertama kali harus anda lakukan adalah mempercayai omongan saya.” Jawab Azzalyn dengan nada ketus. Membuat senyum yang tadinya mengembang di wajah Rudi langsung menghilang.“Jadi benar, kamu memang ada hubungan dengan Reinhart? Kamu tahu di mana dia sekarang?” tanya Rudi, mendadak serius.Kali ini giliran Azzalyn yang menyeringai, merasa kalau umpannya berhasil.“Gimana kalau kita duduk dulu, Om?” Bintang berusaha mencairkan suasana.Meski terlihat enggan, Rudi tetap menuruti kemauan dua anak muda di depannya itu, dan duduk di kursi. Ia kini tela
Read more

BAB 64

“Nggak perlu. Om tahu apa yang kamu khawatirkan. Tapi percayalah, orang sepertiku sudah lebih lama mengalami hal-hal seperti ini. Om bahkan jauh lebih waspada dan punya persiapan khusus saat menghadapi bahaya.” Ujar Rudi sambil tersenyum. Bintang dan Azzalyn hanya bisa berpandangan. Mungkin mereka baru sadar, kalau orang di depannya itu bukanlah orang sembarangan. Rudi adalah pebisnis yang sudah pasti sering mendapatkan ancaman pembunuhan atau semacamnya. Dan tentu saja ia sudah jauh lebih berpengalaman dalam menjaga dan melindungi diri sendiri. “Kalau gitu Om duluan. Om tahu apa yang harus dilakukan. Dan kalian, sebaiknya berhati-hati saat pulang nanti,” pamit Rudi sambil tersenyum dan menganggukkan kepala. Setelah punggung Rudi menghilang di balik pintu cafe, Bintang mengalihkan pandangan ke arah Azzalyn yang tampak setengah termenung. “Jadi, apa kita pulang sekarang atau kamu mau ke tempat lain dulu?” tanya Bintang. “Kita tunggu setengah jam lagi di sini. Setelah itu kamu antar
Read more

BAB 65

“Kalian nggak perlu keluar lagi. Terlalu berbahaya kalau sering keluar masuk di rumah ini. Apalagi kita semua ada dalam daftar orang yang diperhatikan gerak-geriknya oleh Riska.” Reinhart berkata dengan pelan.Semua yang ada di ruangan itu terdiam. Membenarkan perkataan Reinhart.“Tunggu sebentar...” Reinhart berkata sambil berjalan ke arah sebuah lemari kaca. Ternyata ia mengambil handphone-nya. “Mau pesan makanan apa?” Tanyanya kemudian.“Terserah Om aja.” Sahut Azzalyn pendek, sambil memandang ke arah Bintang dan Rudi, seolah meminta persetujuan.“Iya terserah kamu aja, Rein. Yang penting kamu enak makan. Kami ngikut aja. Pesan yang banyak, biar aku yang bayar.” Kata Rudi.Reinhart mengangguk dan menekan sesuatu di layar hp. Sepertinya ia menelepon seseorang.“Ya halo... Tolong belikan makanan yang biasa. Tapi kali ini belikan lebih banyak. Kira-kira untuk porsi 4 orang. Dan juga belikan kopi yang biasa ku pesan, beli 5 dan jangan lupa camilan kesukaanku. Bisa kan?”Terdenga
Read more

BAB 66

“Setahuku rumahmu itu nggak pernah dijual. Aku pernah ke sana melihatnya. Memang kosong tak ada yang menempati, tapi saat aku ke sana, ada seorang tukang kebun dan seorang asisten rumah tangga yang sedang membersihkan di dalam dan luar rumahmu.” Jelas Rudi.“Mungkin aja pemilik baru rumah Om Reinhart sedang tak ada di tempat.” tebak Bintang, yang sedari tadi Cuma diam. Rudi menggeleng. “Nggak, menurut pengakuan mereka, rumah itu milik Reinhart yang sedang pergi ke luar negeri. Mereka hanya datang seminggu dua kali untuk membersihkan rumah itu. Dan mereka tetap digaji dengan sistem transfer.”“Apa yang menggaji mereka adalah Kris?” Tanya Reinhart. “Soalnya aku nggak pernah merasa mentransfer uang buat gaji ART.” Sambungnya.“Ya siapa lagi kalau bukan dia?” ujar Rudi sambil tersenyum. “Kris pasti melakukan ini semua, karena dia yakin bahwa suatu saat nanti kau pasti akan kembali ke rumah itu. Dan selama ini, dia yang menjaga rumah itu untukmu. Bukankah dia adalah orang yang baik?”
Read more

BAB 67

“Maaf, apakah kamu udah sering melakukan ini?” Tanya Azzalyn hati-hati, takut menyinggung perasaan Misty. “Melakukan apa Mbak?” Misty balik bertanya, sementara tangannya menyomot kue kering yang akan dijadikan camilan nanti dan memasukkannya ke dalam mulut. “Apa kalau kamu ke sini udah sering melayani makan dan minum Om Reinhart kayak gini? Menyiapkan untuknya seperti ini?” Misty mengangguk. “Om Rein itu pemalas, mau ngemil aja minta disiapkan. Padahal makan kue langsung dari bungkusnya kan enak?” Jawab Misty polos, masih sambil mengunyah. Azzalyn diam. Ia hendak bertanya lagi, namun sungkan. “Emang kenapa sih Mbak?” “Nggak kenapa-kenapa sih,” Azzalyn menggeleng. “Cuma Mbak penasaran aja, seakrab apa kamu sama Om Reinhart.” Lanjutnya. “Om Rein baik. Suka ngasih uang banyak kalau tiap nyuruh aku belanja. Jadi ya aku harus selalu siap kalau kapan pun dia butuh bantuan aku. Namanya juga kerja sama orang kan Mbak? Kapan lagi dapat kerja mudah tapi gajinya gede.” “Emang gajinya gede
Read more

BAB 68

Bintang memacu kendaraannya dengan kencang. Saking lajunya, Azzalyn merasa kalau mobil yang mereka naiki bagai melesat di atas angin.“Ternyata benar, mobil itu mengikuti kita,” ujar Rudi saat melihat mobil hitam yang dimaksud Azzalyn ikut mengebut, seolah berusaha mengimbangi laju mobil Bintang.Sementara Bintang fokus menyetir, Azzalyn tampak sibuk menghubungi Reinhart dengan handphonenya.“Om Reinhart nggak angkat telfonnya, Om.” Ujar Azzalyn kalut.“Terus coba Azzalyn. Telfon sampai diangkat. Kalau emang yang kau katakan benar bahwa mobil itu udah ada sejak kita keluar dari rumah Reinhart, itu artinya Reinhart dalam bahaya. Aku takut ada satu kelompok lagi yang mengincar Reinhart di rumahnya, sementara kita di sini juga sedang dikejar-kejar.”Nada suara Rudi terdengar sangat khawatir. Dia kenal betul siapa Riska. Orang-orang yang menjadi targetnya memang tidak akan pernah lolos dengan mudah. Sekarang dia bukan hanya mengkhawatirkan keselamatan sahabatnya Reinhart, namun juga
Read more

BAB 69

Bintang menurunkan kaca mobilnya dan memberi isyarat pada seorang gadis di seberang jalan. Meski dalam kondisi pemandangan yang gelap, gadis berpakaian serba hitam itu mendekat dengan menggunakan motornya.“Ikut kami dari belakang, ya Misty. Kita cari tempat yang aman untuk bicara.” Kata Bintang, disambut anggukan lemah dari gadis yang ternyata adalah Misty.Setelah mengetahui kalau Reinhart tak berada di rumah dan bahkan rumahnya dalam keadaan kacau, mereka memutuskan untuk memanggil Misty guna mengetahui keadaan yang sebenarnya.Malam dingin berangin yang semakin larut tak lagi Misty pedulikan. Sepanjang jalan ia hanya bisa menangis di balik helm yang menutup kepalanya. Rasa khawatir terhadap Reinhart yang sudah ia anggap sebagai Ayah, membuatnya tak bisa berhenti menitikkan air mata.Misty takut terjadi apa-apa pada orang yang selama ini telah baik padanya. Ia sudah kehilangan ayah kandung, Misty tak ingin lagi kehilangan orang yang telah ia anggap seperti ayahnya sendiri.Dal
Read more

BAB 70

“Kita buat laporan ke polisi. Bilang ada perampokan yang terjadi di rumah Om Reinhart. Tapi yang bikin laporan harus Misty, karena selama ini Cuma Misty yang memang sering bolak-balik ke rumah Om Reinhart dan berhubungan dengannya. Apalagi dengan memakai status Misty yang selama ini menjadi kurir pengantar makanan Om Reinhart, aku rasa nggak akan jadi bahan kecurigaan polisi. Mungkin Misty hanya akan dimintai keterangan. Beda dengan kita. Kalau kita yang melapor urusannya bisa panjang. Polisi bisa mencurigai kita.” Azzalyn menjelaskan panjang lebar.“Masuk akal juga apa yang kau katakan, Azzalyn. Apa kau mau melakukannya Misty?” tanya Rudi sambil menoleh ke arah gadis yang pipinya tampak basah karena menangis.“Sebenarnya Misty takut sama polisi. Tapi demi mengetahui keberadaan Om Rein, Misty akan melakukannya.” Ujar Misty mantap.“Bagus. Tapi kapan sebaiknya kita melapor?” “Sekarang juga, Om. Kalau tunggu besok pagi atau siang, keburu tetangga Om Reinhart menyadari kalau ada yan
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status