"Febi ...," panggilan seorang perempuan menghentikan langkah kedua suster. Dari suaranya aku tahu betul itu milik siapa. "Ri-Rista." Mataku membulat sempurna saat melihat temanku berdiri tepat di samping brankar. Ya Tuhan, kenapa aku harus dipertemukan dengannya di saat seperti ini? Apa yang harus ku katakan dengan kondisiku seperti ini. Mengelak pun tak mungkin lagi. Pasrah, hanya itu yang bisa ku lakukan. "Jadi gosip di luar sana benar ya Feb? Gue gak nyangka lo semurahan itu!"Nyeri di ulu hati kala sahabat sendiri mengatakan diriku wanita murahan hanya karena aku hamil di luar nikah. "Katanya mau balikan sama Romi, tapi kok gak jadi. Ya, pasti dia gak mau nikahin bekas orang,"Apa ini yang namanya sahabat? Tutur katanya sungguh menyayat hati. Rasanya jauh lebih sakit dari kram perut ini. "Sus, saya tidak kuat." Segera dua suster itu mendorong brankar meninggalkan Rista yang masih mematung menatapku. Dua orang suster mendorong brankar melewati koridor dan berbagai ruangan. S
Read more