Uhuukk... Uhuukk... Aku terbatuk, tersedak air liurku sendiri. Ya Allah, bagaimana bisa Intan tahu betul perasaanku saat ini, padahal kami hanya saling bertemu saja. Atau jangan-jangan Anita yang menceritakan semuanya pada Intan?Ah, rasanya tak mungkin Anita seperti itu. Aku tahu betul dia seperti apa."Maksud kamu apa, Tan?" kilahku. "Tak usah bertanya Mas, saya tahu anda mengerti dengan yang saya ucapkan," jawabnya tanpa menoleh sedikitpun padaku. Sungguh menyebalkan! Kalau saja aku tidak merasa bersalah, sudah kuturunkan saat ini juga. Aku memilih diam hingga suasana menjadi canggung. Dasar rese si Intan. "Belok kiri Mas, rumah saya depan pos ronda."Tanpa menjawab kuhentikan mobil tepat di rumah sederhana dengan bunga-bunga mewarnai halaman rumahnya yang kecil. "Terima kasih,Mas," ucapnya lalu turun dari mobilku. Melangkah memasuki halaman.Hingga dia hilang dari balik pintu. Segera kulakukan mobil menuju rumahku. Perkataan Intan masih saja terngiang-ngiang di telingaku.Mema
Read more