Semua Bab Maaf Mas, Aku Tega! : Bab 11 - Bab 20

100 Bab

Bab 11

Pov MilaPertemuan tanpa sengaja dengan cinta pertamaku. Deni Permana, ya, dialah cinta pertamaku, sungguh aku tak pernah bisa melupakannya.Setelah pertemuan itu, aku dan Deni semakin sering bertemu. Dari caranya memandangku, aku tau dia menyukaiku.Pucuk di cinta ulam pun tiba. Hingga terpikir ide gila untuk memilikinya. Saat masuk kerja aku pura-pura pusing dan meminta Deni untuk mengantarku pulang. Untung saja dia juga mau.Sesampainya di rumah, kuberikan secangkir teh hangat yang telah kucampur dengan obat perangsang. Pasti sebentar lagi akan bereaksi.Kutinggalkan Deni untuk ganti baju. Sengaja aku hanya memakai tank top dan Hot pants agar Deni semakin menginginkanku.Aku pura-pura menjerit minta tolong karena ada tikus. Padahal tak ada apapun.Setelah Deni datang, kutarik dia ke dalam kamar. Ternyata tak sia-sia aku memancingnya, dia begitu menikmati setiap sentuhanku. Hingga yang kuinginkan pun terjadi, tak hanya sekali. Kami melakukannya hingga tiga kali.Semenjak kejadian itu
Baca selengkapnya

Bab 12

Aku asyik melihat sinetron dicenel ikan terbang sambil tiduran di sofa. Ah, nasibku kenapa bisa persis seperti sinetron yang baru aku tonton.Ditinggal suami selingkuh.Kurang apa sebenarnya diriku ini? Kurang cantik atau semok? Kalau dari sononya sudah begini, mau diapain lagi coba? Huft... Nasib-nasib!Tok... Tok .... "Assalamuallaikum ...."Suara pintu diketuk, disusul ucapan salam dari seorang laki-laki. Aku masih hafal betul suara itu. Suara orang yang berjanji membantuku mengambil mobil dari tangan Mas Deni. Kulangkahkan kaki menuju pintu depan dan membukanya. "Wa'alaikumsalam,mari duduk,Pak." Kutawarkan duduk di teras. Rasanya tidak baik kalau seorang laki-laki bertamu di rumah seorang wanita tanpa adanya orang ketiga. Apalagi malam-malam begini, takut terjadi fitnah. "Kedatangan saya ke sini untuk memberikan mobil dan suratnya,Mbak," ucap Pak Tomo sambil memberikan kunci dan STNK di meja. "Alhamdullillah, terima kasih,Pak. Saya jadi penasaran bagaimana ekspresi Mas Deni saa
Baca selengkapnya

Bab 13

"Nita, kok ngelamun?" tanya Indah mengagetkanku."Em ... anu ... Itu ...." Tiba-tiba hilang semua berbagai macam pertanyaan yang ingin ku tanyakan padanya. Semua hilang begitu saja. "Penasaran ya? Kenapa aku bisa bisa dapat foto Mila dengan seorang pria?" Kuanggukan kepala, bertanda menyetujui apa yang dikatakan Indah. "Tadi aku gak sengaja lihat Mila dengan seorang pria bergandengan tangan dengan mesra lewat toko pakaian yang kita masuki tadi. Karena jiwa kepoku meronta-ronta akhirnya aku ikuti mereka. Tak lupa kuabadikan moment itu," ucap Indah panjang lebar. "Apa mereka ada main ya,Ndah?""Aku juga sependapat sama kamu. Aku gak di pesenin makan atau minum gitu?" "Maaf maaf tadi kelupaan, hahahahaaa... "***Sepanjang perjalanan pulang, pikiranku masih melayang ke Mas Deni. Entah perasaan apa aku pun tak tahu , antara benci, sedikit cinta, dan kasihan. Semua berkolaborasi hingga menimbulkan perasaan tidak enak di hati. "Kok melamun lagi,Nit?" tanya Indah membuka pembicaraan. "
Baca selengkapnya

Bab 14

Kulajukan mobil membelah padatnya jalanan ibu kota di cuaca terik seperti ini. Menuju gedung menjulang tinggi yang menyimpan berjuta kenangan. Ya, sebuah gedung tempatku menitih karir dulu. Wicaksana Grup, itu namanya. Rasanya rindu menjadi wanita karir lagi, berkutat dengan laporan dan laporan. Walau memusingkan tetap kunantikan saat-saat itu kembali.Kututup pintu mobil, lalu berjalan menuju meja resepsionis."Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?" tanya Maya. "Assalamu'alaikum,May.""Wa'alaikumsalam,Ya Allah mbak Anita ya? Tambah cantik aja, sampai lupa ngenalin ""Hahahahaa, kamu nih bisa aja. Jadi malu nih. Gimana kabar kamu,May?""Alhamdulillah sehat Mbak, Mbak sendiri tumben banget ke sini. Ada angin apa nih? Eh, salah, ada perlu apa maksudnya,Mbak. He he he ....""Ada lowongan kerja buat aku gak May? lagi butuh nih.""Lho, bukannya kemarin mbak Anita resign biar bisa hamil,ya?" tanyanya penasaran."Iya seh, tapi udah bosen di rumah muluk," dustaku."Ada lowongan gak,May?"
Baca selengkapnya

Bab 15

Aku mulai asyik menjalankan usaha online shopku, media sosialku penuh dengan barang-barang dagangan. Mulai dari pakaian anak-anak, dewasa, gamis dan hijab.Tak hanya media sosial, aku juga memposting di grub jual beli dan di aplikasi jual beli online.Alhamdulillah atas izin Allah daganganku sedikit demi sedikit laku dan mulai ada yang menjadi resellerku. Aku tak mengambil untung banyak. Yang penting bisa jalan. Karena itulah banyak yang tertarik dengan pakaian yang aku jual.Tok... Tok... Tok. Pintu rumah diketuk, segera kubuka. Bapak tukang pos ternyata. "Ada surat, Mbak." Bapak itu memberiku sebuah surat. "Terima kasih,Pak." "Sama-sama mbak, permisi dulu,Mbak." Bapak tukang pos akhirnya pergi meninggalkan rumahku.Kubuka surat itu, dari pengadilan agama. Surat panggilan untuk mediasi. Semoga saja besok senin semuanya berjalan lancar.Drrrttt... Drrrttt... Drrrttt .... Ponselku bergetar, ternyata pesan dari Mas Deni. [Dek, kamu kok tega sih gugat cerai Mas, Mas masih cinta ka
Baca selengkapnya

Bab 16

Pov DeniAku begitu syok saat membaca surat yang diantarkan tukang pos. Surat dari pengadilan agama. Anita... Kenapa kamu benar-benar tega?Padahal Mas masih sangat mencintaimu.Harus bagaimana meluluhkan hatimu?Padahal, dulu kamu sangat mencintaiku, secepat itu kah cintamu hilang?"Kamu baca apa sih,Mas?" Suara Mila mengagetkanku."Surat dari pengadilan agama," jawabku datar. "Bagus dong mas, aku kan bisa jadi istri Mas satu-satunya." Mila bergelayut manja. "Heemmm..." Beranjak berdiri, ku tinggalkan dia di teras.[Dek, kamu kok tega sih gugat cerai Mas, Mas masih cinta kamu dek]Kukirim pesan itu kepada Nita, semoga saja dia mau membatalkan gugatan cerainya.Tak lama pesanku sudah bewarna hijau, sudah di baca Nita.Kutunggu balasannya.Ah, sial! Nita tak membalas pesanku.Kuacak rambut, frustasi! ***Hari ini sidang mediasiku, sengaja aku bolos kerja. Padahal aku baru dapat sp satu karena akhir-akhir ini sering membolos. Tapi tak apalah, yang penting aku bisa bertemu Anita, akan kura
Baca selengkapnya

Bab 17

Pov AnitaKubuat story di aplikasi hijau, berbagai macam pakaian dengan model berbeda ada juga kemeja kerja pria.Drrrttt... Drrrttt... Drrrttt. Ponselku bergetar, banyak pesan masuk dari customer. Ada yang sudah fix memesan baju, ada yang masih tanya model, harga dan sebagainya.Ku balas satu persatu dari bawah. Dari urutan siapa terdahulu yang mengirim pesan. Kini tinggal satu pesan dari Mas Romi, ku buka[kemejanya mau dua ya Nit] [Gak salah nih mas?] Sedikit tak percaya Mas Romi memesan kemeja di tempatku. Seorang anak pengusaha mau membeli baju seperti ini. [ Hahahahaaa... Kamu itu lucu Nit, seperti tak kenal diriku saja] Ya, Mas Romi lebih suka hidup sederhana walaupun dia anak orang kaya. Dia tak pernah membeda-bedakan teman, semua dianggap sama di matanya. Itulah yang membuat aku jatuh hati padanya. Tapi itu dulu, walau akhirnya harus kulepas semua perasaanku padanya. Saatku tau dia bertunangan dengan seseorang dan pergi keluar negeri untuk melanjutkan kuliah S2 nya. Hing
Baca selengkapnya

Bab 18

Ini benar Mas Deni kah? Kenapa dia bisa di sini?Aku harus bagaimana? Ya Allah, tolong hamba"Dek, Mas boleh masuk?" pintanya dengan sorot mata yang sulit diartikan. "Di teras saja,Mas.""Ya sudah, tapi mas haus dek, boleh minta minum?""Tunggu sebentar,mas, aku ambilkan." Kutinggalkan dia di teras. Tak butuh lama, teh hangat kesukaannya telah siap. "Dek, Mas rindu."Pyaarr... Satu cangkir teh hangat terlepas dari genggaman. Berserakan menjadi serpihan kecil.Kuputar badan.Ya Allah ... Ya Robb.... Mas Deni tepat di hadapanku, ingin berlari tapi justru Mas Deni memelukku dengan erat. Aku mencium bau alkohol dari mulutnya.Apakah dia mabuk?"Dek, Mas cinta, cinta banget sama kamu. Jangan pernah tinggalin Mas,ya?" bisiknya di telingaku,dengan satu tangan mengunci tubuhku dan tangan kirinya melepas hijabku. Dibuangnya hijabku ke sembarang tempat. Kini aku tau apa yang dia mau sekarang.Aku harus bagaimana Ya Allah?"Mau kamu apa Mas? Tidak cukup kamu Menyakitiku!" ucapku lantang"Sssttt
Baca selengkapnya

Bab 19

"Anita ayo makan!" Mas Romi menaruh makanan pesanannya di atas meja. "Aku gak lapar,Mas," tolakku halus, entah kenapa melihat makanan justru membuatku mual. "Tunggu sebentar," ucapnya sambil meninggalkanku entah kemana.Kenapa kepala ini masih seperti gangsing, berputar-putar. Mata ini juga menjadi berat. Lalu perlahan semua menjadi gelap. Aku pingsan lagi. Kubuka mataku perlahan, terasa ada yang berbeda dan asing bagiku. Ya, ini bukan kamarku. Lantas aku di mana? Lho... lho kok ada selang infuse tertancap di tangan kiriku? Fix, ini rumah sakit.Tapi kenapa aku ada di sini?"Anita, kamu sudah sadar?" Rona bahagia terpancar di raut wajah Mas Romi. "Alhamdulillah seperti yang Mas Romi lihat." Kuberi seulas senyum. "Ya Allah Nit, jangan bikin Mas panik seperti ini. " ada rasa khawatir terpancar dibola matanya.Tunggu-tunggu... Mas? Sejak kapan Mas Romi memanggil dirinya Mas? Bukankah dia selalu bilang aku dan bukan Mas, aneh. Mungkin akibat pingsan pendengaranku jadi konslet begini.
Baca selengkapnya

Bab 20

Alhamdulillah, akhirnya aku boleh pulang setelah dua hari dua malam di rumah sakit. Rasanya sudah sangat rindu suasana rumah. Rindu bergulat dengan plester dan baju-baju.Mas Romi sudah mengangkat barang-barangku ke dalam mobilnya. Aku lebih memilih pulang dengan mobil Indah. Tidak enak kalau harus semobil berdua dengan Mas Romi. Walau sedari tadi dia membujukku pulang dengannya. Mas Romi membuka pintu, memasukkan barang-barangku ke dalam rumah. Sementara aku dan Indah naik ke lantai atas menuju kamar. "Bener-bener suami idaman. Sayang Mas Romi nya gak suka sama aku. Sukanya sama ini nih."ucap Indah sambil menyenggol tanganku. "Apaan sih Ndah, dia cuman teman kok." Kututupi mukaku yang terasa memanas menahan malu. "Tenang udah aku acc kalau kamu sama dia," godanya"Ha ha ha ... lucu kamu,Ndah," ucapku sambil menjatuhkan bobotku diatas ranjang. "Ih, kok seneng banget ada apa nih?" sahut Mas Romi yang tiba-tiba muncul. "Ini, katanya Nita, Mas itu suami idaman." Refleks kubungkam m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status