Selesai makan siang yang kesorean, ibu kembali mengajakku berbincang. Menanyakan akan usaha apa dengan uang segitu. Aku pun bingung ingin usaha apa, karena aku hanya bisa mengerjakan pemasaran saja. "Mbak punya ide," sahut Mbak Naura, yang baru duduk setelah menidurkan Aqila. Aku dan ibu langsung melirik Mbak Naura, menatapnya penuh rasa penasaran. "Kamu dulu kerja di bagian pemasaran, gimana kalau kita buka toko baju atau butik sekalian?" ujarnya dengan semangat. "Akan tetapi, harga yang kita keluarkan bersaing dengan toko lain," imbuhnya. "Kalau pakaian tidak terlalu rugi, karena tidak basi. Harus dipikirkan matang-matang," ujar ibu menimpali. Mbak Naura nampak berpikir lagi, dia tidak ingin aku bekerja dan meninggalkan Aqilla tanpa pengawasanku. Katanya, jika ibu kandung yang mengasuh hasilnya akan berbeda. Aku menghela napas panjang, dan mengatakan seandainya Mas Attar ada di sini. Namun, ucapanku menundang decak kesal dari ibu dan Mbak Naura. "Dia tidak layak kamu pertahank
Read more