Home / Romansa / Tawanan Mertua Kakak / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Tawanan Mertua Kakak: Chapter 151 - Chapter 160

178 Chapters

Bab 151

Bab 151 “Jika Amina tidak bisa membayar dalam 1 bulan. Amina akan menjadi istriku? Bagaimana? Deal?” tanya Jazuli, dia merasa posisinya di atas angin. Reynard terpancing emosi. Ia yang masih terkejut dengan hutang bapaknya Amina dan keinginan Jazuli, tak habis pikir, masih ada lelaki sifatnya seperti Datuk Maringgi, Dia sangat kasihan pada Amina dan membuatnya berniat menolong gadis itu. “Gak bisa gitu dong Pak. Ini bukan jamannya Situ Nurbaya. Anda sama saja mau melakukan bisnis kotor dan menjebak Amina supaya menuruti kemauan Anda! Bagaimana dia bisa mengumpulkan uang 650 juta itu dalam tempo 1 bulan? Sedangkan uangnya dibawa pergi Eril?” “Itu terserah dia dong, bukan urusan saya!” tukas Jazuli meremehkan Reynard. “kamu kan managernya? Apa kerjamu terus?” Wahyu ikut nimbrung. Suaranya masih santai. “Benar Pak. Kasihan Amina. Beri dia kelonggaran waktu. Lagipula dia single parent yang harus menghidupi Ayang – putri Bapak. Ingat! Bapak sudah menghancurkan hidup Amina. Berbuat bai
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 152

Bab 152BRUK!Sontak Reynard terkejut melihat tubuh ramping Amina melorot ke lantai. “Amina! Amina!” teriaknya sambil menepuk pipi wanita cantik itu.Bik Susi yang selesai menjemur baju, mendengar teriakan Reynard. Wanita paruh itu tergopoh – gopoh mendatangi kamar Amina.“Bik Susi, cepat ambilkan minyak telon,” perintah Reynard sambil membopong tubuh Amina ke pembaringan.Bik Susi dengan cepat mengambil minyak telon dan mengoleskannya ke dekat hidung Amina. “Ibu, kenapa ini Mas?” tanyanya panik.“Saya tidak tahu, tadi dia menerima telepon, setelah itu dia pingsan.” Reynard berpikir keras, apa yang membuat Amina pingsan.Telepon Amina berdering lagi. Dari wali kelas Ayang.Pria itu mengangkangkatnya. “Halo…”“Apakah Ibu Amina baik – baik saja, tadi saya mendengar suara teriakan,” kata Ibu Rosi - wali kelas Ayang di seberang.“Amina pingsan. Maaf, memangnya ada apa? Apakah Ayang dan Fahri nakal di sekolah?” Reynard bertanya dengan hati – hati.Ibu Rosi kaget. “Aduh, mungkin dia terkeju
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 153

Bab 153 “Kamu tidak bisa egois begitu, Amina! Lihat kondisi Fahri, lihat kondisimu!” Reynard menolak mentah – mentah keinginan wanita itu. “Aku tidak mau kamu dihujat netizen. Mereka bisa menghancurkan karirmu!” “Terus, apa solusimu?” tantang Amina tajam. “Kamu tahu, aku harus membayar hutang Bapak. 30 hari itu waktunya sebentar Rey. Jika aku tak bekerja keras, bagaimana aku bisa mengumpulkan uang 650 juta dalam sekejap? Ingat Rey. Hutang itu bunga berbunga. Aku juga tak mau menjadi istrinya Jazuli Rey.” Suaranya serak menahan tangis. “Aku tidak peduli apa yang netizen katakan. Mereka bisanya cuma menghujatku tanpa tahu apa masalah yang kuhadapi?” Amina berubah melunak. Dalam hatinya sebenarnya ia tahu, saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk manggung. Reynard terdiam. Ia tahu semua dilemma. “Apa kamu yakin sanggup menerima efeknya jika kamu bertekad untuk tetap manggung.” “Iya tentu saja. Aku sadar dengan apa yang ku katakan. Aku nanti akan bicara sama Fahri dari hati ke hati.
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 154

Bab 154Amina mendekati Reynard. “Kamu serius? Mereka membatalkan kontrak hanya karena masa laluku?” Ia seolah tak percaya dengan pendengarannya.“Iya, ini chat mereka.” Reynard memberikan chat yang baru didapatnya.Amina membaca dan terduduk lesu. Kekecewaan seketika memeluknya. Sesak sekali dadanya membayangkan uang 100 juta hilang dalam sekejap. Sulit rasanya ia menerima kabar itu dengan hati lapang. “Jika mereka mempermasalahkan masa laluku, kenapa mereka tidak meributkan sepak terjang Amel? Perempuan itu tak lebih baik dariku Rey. Aku yakin, ini semua permainan!” umpatnya marah.“Aku korban pemerkosaan Rey. Bukan menjual diri! Aku di sini berusaha bertahan dan menata masa depanku dan Ayang - anakku. Aneh rasanya jika ada yang masih mempermasalahkan dan mengolok – olok masa laluku, seperti mereka orang yang paling suci!” Amina mulai terisak. Dadanya turun naik menahan emosi yang mengganjal di hatinya.Reynard menepuk lembut pundak Amina. “Aku tahu, ini tidak fair. Tapi kita tak bi
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 155

Bab 155 Amel sontak berdiri. “Hey! Siapa kamu! Berani – beraninya kamu menghinaku seperti itu!” Dia mencoba menarik topi Amina, tapi Amina lebih gesit menghindar. Perempuan itu mencengkeram tangan Amel dengan tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya membuka kaca mata. “Apa kamu lupa dengan suara orang yang kamu bicarakan? Terima kasih kamu telah menikungku dari belakang! Jelek sekali sikapmu.” Amina mengatakan itu seraya memandang tajam lelaki yang ia duga dari partai yang mengundangnya. Gigi Amel gemeretuk. Ia sama sekali tak menyangka akan bertemu dengan Amina di tempat itu. Selanjutnya Amina berbalik dan berjalan dengan anggun, meninggalkan bau parfumnya yang lembut menggoda iman. Laki – laki di depan Amel itu tak berkedip menatap punggung Amina. “Siapa wanita itu?” “Saya tidak kenal,” dengus Amel kesal seraya menyeruput kopi lattenya. “Cantik sekali dia,” senyum pria itu merekah. “Tapi sepertinya dia mengenal kamu?” Amel semakin dongkol. “Saya kan artis, semua orang kena
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 156

Bab 156Telinga Amina bagai disambar geledek mendengarnya. “M-maksud Ibu apa?” badannya gemetar menjawabnya. Ia merinding. Bayangan – bayangan menakutkan muncul dibenaknya.Hesti menyadari kesalahannya. Ia telah keceplosan bicara. Hasrat yang disimpannya dalam – dalam keluar tanpa bisa ia cegah. Untuk menutupi kegugupannya, kemudian ia pindah duduk di sofa panjang. “Tolong kamu duduk di sini,” Ia menepuk sofa di sebelahnya.“Saya duduk di sini saja. Bu,” jawab Amina dengan perasaan tak nyaman.“Kamu kenapa takut sama saya? Saya tidak akan apa – apain kamu?” Nada suara Hesti terdengar gusar.Amina menjadi tidak enak. Dia lalu pindah duduk di samping Hesti.“Saya mau bercerita denganmu,” kata Hesti lembut.Amina diam dan menunggu kelanjutannya.Sebelum bercerita, Hesti tampak menarik napas dalam – dalam. “Saya dulu seperti kamu, hamil dengan kekasih saya, tapi keluarganya tidak setuju. Karena ekonomi keluarga saya dibawah mereka. Mantan saya menikah dengan pilihan orang tuanya. Sedangka
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 157

Bab 157“Diana, apa kamu tahu di mana Amina? Dia harus manggung 40 menit lagi,” tanya Reynard melalui telepon. Lelaki itu bingung, sebab Amina belum menampakkan batang hidungnya. Sedangkan dia sudah datang ke sini 2 jam lalu.“Tadi dia meeting bersama Bu Hesti. Tapi setelah itu aku tidak tahu.”“Kamu ada di mana sekarang?” tanya Reynard.“Lagi di Spa.”“Apa kamu bisa balik sekarang? Tolong check Amina ke kantor Bu Hesti, apakah dia di sana atau tidak. Aku tidak bisa menghubunginya.” Reynard memegang kepalanya. Produser acara beberapa kali menemuinya, dan bertanya tentang Amina.“Gak bisa Rey, aku sedang treatment, 2 jam lagi aku baru selesai,” jawab Diana. Ia tidak rela membuang treatment mahal dari tantenya itu.“Please Diana. Aku sudah bertanya pada security apakah dia melihat Amina ke luar gedung RTV. Mereka jawab tidak tahu. Aku bingung sekarang Di, dan hanya kamu satu – satunya orang yang bisa membantuku.” Suara Reynard terdengar frustrasi.Diana tersanjung, tapi perempuan itu te
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 158

Bab 158Dengan tergesa – gesa, Amina menuruni lift dan langsung keluar melalui pintu samping kantor RTV yang tembus langsung ke jalan raya. Di sana ia tertegun mendapati sosok lelaki berdiri menantinya.“Amina, aku menunggumu dari tadi di sini,” kata Reynard dengan bibir gemetar. Lelaki itu merapatkan jaketnya, sedangkan rinai mulai turun menyapa.“B-bagaimana kamu tahu aku di sini?” tanya Amina gagap. Ia menyeka pipinya yang basah oleh air mata. Dirinya merasa begitu rapuh, dan ia tak menduga bertemu dengan Reynard di tengah malam begini.“Hanya insting! Ayo pergi, motorku ada di bawah pohon itu.” Reynard menunjuk motornya yang terparkir 5 meter dari tempatnya berada.Tanpa menunggu waktu, Amina mengangguk. Wajah Amina tampak kuyu dan terluka.“Kita mampir ke Café dulu yuk. Aku belum ngopi dari siang,” kata Reynard.“Oke, tapi sebentar saja ya, aku kepikiran anak – anak,” jawab Amina. Hatinya mendadak tidak enak.Lelaki itu menghela napas panjang sebelum membawa motornya ke sebuah ca
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 159

Bab 159 Tidak ada yang menyahut. “Apakah ada yang menculik anakku Rey?” Badan Amina gemetar membayangkan hal buruk terjadi pada anaknya. “Kita cari dulu.” Reynard dengan sigap menghidupkan semua lampu. Semua tampak lebih jelas sekarang. “Ini bukan perampokan biasa. Seperti ada yang sengaja mengangkut barang – barang di rumahmu,” kata Reynard heran, saat melihat korden di rumah Amina hilang. “Rey, baju dan barang – barang berharga ku dan Ayang tidak ada.” Amina lemas sekali saat membuka lemarinya. “Siapa pelakunya ini Rey?” tangis Amina pecah. “Tenang dulu. Kita cari anak – anak dan Bik Susi.” Rey berlari ke sana ke mari. Baju lelaki itu basah kuyup naik turun tangga. Amina menguatkan hatinya. Dia membuka semua kamar. Sayangnya Bik Susi dan anak – anak tidak ada. “Mereka tidak ada Rey. Aku mencarinya di semua kamar.” Kepanikannya semakin bertambah. Rey terdiam. “Kamar mandi Bik Susi!” Lelaki itu segera berlari ke belakang rumah. Amina mengejarnya. Pintu kamar mandi Bik Susi terk
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 160

Bab 160Dahi Amina mengernyit.Bik Susi yang sedari tadi mendengarkan membuka mata.“Pak Mukidi dan Asih yang membawa barang-barangnya, Bu. Tadi dia membawa 2 orang lelaki. Kemudian mereka mengikat saya dan anak – anak di kamar mandi,” kata Bik Susi pelan. Badannya masih sakit karena melawan Mukidi dan teman – temannya.“Asih tadi sempat memukul Ayang dan Fahri, karena menghalanginya mengambil kotak perhiasan dan baju - baju Ibu. Setelah itu dia dan kedua preman itu memukuli saya.” Bik Susi meringis menahan sakit di pinggangnya.“Benar Bu, Bik Susi tadi melindungi kami, kemudian mereka menghajarnya,” imbuh Fahri.Dada Amina nyeri sakit sekali mendengarnya. “Biadab sekali mereka!” katanya geram. “Terima kasih, Bibi telah melindungi Ayang dan Fahri. Soal Asih dan teman – temannya, saya yang akan balas dendam.” Perempuan itu terdiam. “Bagaimana dengan Bapak. Apakah dia ikut menyakiti kalian.”“Bapak Mukidi hanya mengawasi.”Amina manggut – manggut.Kecewa sekali hatinya, mengetahui justr
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more
PREV
1
...
131415161718
DMCA.com Protection Status