Bab 166 Amina memandang perempuan berpayung itu dengan tatapan datar. “Silahkah duduk,” katanya mempersilahkan sembari mengeringkan dudukan kursi yang basah oleh air percikan air hujan dengan sebuah serbet. Amel gusar dengan sikap Amina yang dingin. “Huh! Sudah miskin, masih sok jaga image,” ucapnya dongkol. Ia duduk sambil mengawasi Amina. Amina tersenyum tipis. “Terus maumu apa? Apa aku harus menyembahmu?” Ia tidak memusingkan perkataan buruk Amel, malah ia mengambilkan sepiring nasi pecel untuknya. Kemudian memberikannya pada Amel. “Kumohon, makanlah dulu, biar tidak masuk angin, walaupun aku tidak tahu kamu suka nasi pecel apa tidak.” Amel melirik sepiring nasi yang disodorkan Amina. Nasi pecelnya dilengkapi dengan lauk ayam goreng, tempe, tahu dan rempeyek teri. Sayurnya ada kacang panjang, bayam dan taoge, kemudian diatasnya diguyur dengan sambal pecel. Wangi sambal pecelnya mengulik indra penciuman artis cantik itu. Sedap sekali! Tak sengaja ia menelan air liur. “Baiklah,
Last Updated : 2024-10-29 Read more