Home / Romansa / Dear, Pak Dokter / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Dear, Pak Dokter: Chapter 71 - Chapter 80

100 Chapters

jealous

"Mama ... Mama ... mau main itu~" Kia menunjuk sebuah arena mandi bola pada taman bermain yang berada di dalam Mall yang mereka kunjungi. Ah, mereka sudah berjalan-jalan hampir satu jam di pusat perbelanjaan itu, dan kini Reanna lelah. Namun, sepertinya putri kecilnya itu tidak merasakannya. Justru Kia semakin aktif saja berlari-larian di sana."Baiklah ... mainnya hati-hati ya, Mama tunggu di sini." Reanna melepaskan gandengan tangannya pada putrinya, kemudian mendudukkan diri pada bangku panjang terdekat. Sedangkan Kia, balita itu langsung berlari menuju tempat tujuannya. Reanna menghela napas, ia akan mengamati balita cantiknya dari sini saja."Dadah, Mama~"Wanita itu tersenyum kecil, kemudian membalas lambaian tangan Kia, tanpa menyadari jika ada seorang pria yang sedari tadi mengamatinya.Sosok lelaki dengan rambut gelap itu terlihat berjalan mendekat ke arah Reanna. Mata hitamnya tak sedikit pun beralih dari wajah cantik wanita yang sangat dicintainya, bahkan hingga detik ini.
Read more

panas

"Sshhh..." suara desisan suaminya adalah hal pertama yang Reanna dengar ketika memasuki kamar mereka. Di depan meja rias itu terlihat sosok Nathan, Sang suami sedang menempelkan es batu yang dibalut handuk kecil pada lebam membiru di pipinya, bekas pukulan Kalandra.Reanna melangkah mendekat, menatap suaminya dengan khawatir. "Apakah sakit?"Pria berambut pirang itu menoleh, sedikit terkejut melihat kehadiran Sang istri. "Ah, tidak. Luka seperti ini tidak ada apa-apanya bagiku." Ia memberikan senyuman menenangkannya pada Reanna, seakan menegaskan bahwa dirinya baik-baik saja. "Apakah Kia tidur?""Iya, dia baru saja tidur. Sepertinya ia syok dengan kejadian tadi." Reanna menarik kursi kayu mendekat pada kursi bulat yang diduduki Sang suami, kemudian mendudukkan dirinya di atasnya. "Biar aku yang obati."Wanita itu meraih handuk putih yang telah basah itu dari tangan Sang suami, kemudian kembali menempelkannya pada pipi yang masih terlihat membiru di hadapannya dengan perlahan. "Akh!"
Read more

closer (18+)

Waktu bergulir perlahan. Hari kembali berganti sesuai kuasa Tuhan. Setelah insiden ciuman tempo hari, semua kembali berjalan seperti sedia kala. Namun, Nathan merasa sedikit berbeda. Perasaannya tak lagi sama seperti biasanya.Kini, tiada lagi tidur yang nyenyak di samping istrinya. Rasa bibir itu kembali ingin ia cecap ketika wanita itu terlelap di sisinya. Ia sering kali memperhatikan wanitanya dalam diam, menimbang segala hal yang berkecamuk dalam angan. Memang, saat itu bukanlah ciuman pertamanya pada Reanna, tapi entah kenapa hal tersebut sangat berpengaruh pada hati dan juga pemikirannya; bahkan libidonya.Ia ... ingin kembali menyentuh Reanna. Ia ingin sekali lagi mereguk manisnya bercinta dengan istrinya.Hey, dia pria dewasa yang normal. Tentu hal yang diinginkannya sangat wajar. Hanya saja, ia belum berani untuk mengatakannya. Sekali lagi, ia bukan pria pemaksa. Yah, meskipun ia berkali-kali harus mengguyur tubuhnya dengan air dingin ketika keinginan itu kembali mendera. Se
Read more

Olivia Atmaja

"Mama ... acin~" teriakan Kia membuat atensi Reanna berpaling ke arah gadis kecilnya. Wanita itu mengerutkan kening melihat ekspresi balita yang duduk tak jauh darinya itu."Eh, benarkah?" tanya Reanna seraya menatap wajah polos Kia—yang kini tampak mendorong perlahan piringnya menjauh dari hadapannya. Kemudian netra indah itu beralih pada Sang suami yang sedang menyuap sendok demi sendok nasi goreng buatan mereka dengan tenang. "Seasin itukah, Mas?""Tidak. Ini enak," jawab pria itu dengan ringan. Wajah tampan itu terlihat begitu berbinar. "Kia kalau tidak suka, makan roti saja ya?"Kerutan pada kening Reanna semakin dalam saja. Dengan perlahan ia mengambil sesendok nasi goreng itu, kemudian menyuapkannya pada mulutnya sendiri. Dan ...."Astaga, asin sekali!" seketika wajah ayunya mengernyit. Hampir saja ia menyemburkan nasi goreng dalam mulutnya, saking tidak enaknya rasa masakannya. Yah, ia akui bahwa dirinya memang masih begitu payah dalam hal memasak. Sejauh ini hanya satu jenis
Read more

memaafkan

Setiap detik terasa begitu lama dalam hening yang menyapa. Sudah lebih dari lima menit mereka duduk di meja yang sama, di dalam kafe langganan Reanna. Namun, tetap saja tiada satu pun kata yang terucap dari mulut keduanya. Mata jernih itu memandang jemu pada segelas jus jeruk di hadapannya, lalu mengaduk-aduknya dengan sedotan tanpa berminat untuk meminumnya. Sekali lagi ia melirik dari ekor matanya pada Olivia, dan ekspresi wanita hamil itu pun masih tetap sama; menunduk. Reanna tidak mengerti apa yang sebenarnya wanita itu pikirkan sekarang. Ia hendak memulai pembicaraan, namun sekali lagi kecanggungan menguasai dirinya. Toh, yang mengajak bertemu adalah Olive. Itu artinya wanita di hadapannya inilah yang memiliki kepentingan dengannya. Ia akan tetap menunggu hingga bibir istri dari mantan tunangannya lebih dahulu buka suara."Bagaimana kabarmu, Reanna?" setelah kediaman yang cukup lama, pada akhirnya Olivia bertanya."Kabar saya sangat baik, seperti yang Anda lihat." Reanna menjaw
Read more

getting warmer

Hari yang begitu melelahkan, namun membahagiakan di saat yang bersamaan. Setelah beberapa waktu lalu Reanna hanya melewati hari-hari membosankan di dalam kediamannya, kini pada akhirnya Sang suami mengizinkan dirinya untuk kembali bekerja, dan tentu saja kembali bertemu dengan Tisha, sahabatnya. Hari ini menjadi salah satu hari terbaik untuknya, pasalnya hatinya pun telah merasa begitu ikhlas karena sudah benar-benar memberikan maaf untuk Olive dan juga Kalandra. Ia sudah merasa begitu nyaman berada di toko bunga itu; Carnation florist. Meskipun sejujurnya akhir-akhir ini banyak sekali panggilan kerja yang mulai berdatangan untuknya. Dan yah, tentu saja Reanna menolak semuanya, ia seorang istri dan juga seorang ibu sekarang. Tugas utamanya adalah mengurus suami dan juga anaknya. Suaminya tidak akan pernah mengizinkannya bekerja—pengecualian jika bekerjanya di Carnation florist, karena di sana ia masih bisa sembari menjaga Kia.Reanna merenggangkan badannya sejenak, kemudian bangkit d
Read more

rencana

Pagi itu hanya ada Reanna bersama Nathan di ruang makan, lengkap dengan keheningan yang mendominasi di antara keduanya. Sang bibi yang biasanya membantu memasak dan bersih-bersih rumah lagi-lagi absen untuk datang dikarenakan sedang tidak enak badan.Kecanggungan yang biasanya hadir di antara mereka perlahan musnah. Bahkan Reanna tampak dengan luwes melayani suaminya. Ia berdiri di sisi meja makan seraya menyendokkan nasi goreng buatannya ke permukaan piring ceper keramik berwarna putih di hadapan suaminya."Makan yang banyak, Mas," ucapnya, lengkap dengan senyuman manis."Kamu yakin?" berbeda dengan Reanna, Nathan justru menatapnya dengan raut wajah yang seakan penuh keraguan."Tentu saja." Atas respons Nathan, Reanna tampak sedikit menukikkan alisnya. "Kamu tidak perlu takut akan keracunan, rasa masakanku kali ini sudah lebih baik daripada nasi goreng pagi itu. Aku sudah banyak belajar dengan Bibi." Yah, tentu wanita itu masih ingat tentang nasi goreng super asin buatannya beberapa
Read more

berpisah jarak

"Mama cama Papa jadi pelgi hali ini, ya?" Kia bertanya dengan polos saat melihat kedua orang tuanya berjalan sambil menggeret koper. Ia berdiri pada anak tangga paling bawah yang menghubungkan lantai dua rumah mereka, ada Sang nenek yang berdiri di belakangnya. Sepertinya gadis kecil itu baru saja mandi. Terlihat dari rambutnya yang telah tersisir rapi. Gaun santai dengan warna pelangi berlengan tali spageti melekat di tubuhnya. Ia sudah tampak cantik dan rapi sepagi ini."Iya, Sayang. Kamu di rumah sama Nenek sama Kakek dulu, ya? Papa janji, nanti saat Papa dan Mama pulang bakalan bawakan oleh-oleh yang banyak buat Kia." Nathan yang menjawabnya, mewakili Reanna yang hanya bisa bungkam seribu bahasa.Meskipun penampilan sepasang suami-istri itu sudah rapi, namun sejujurnya Reanna masih ragu untuk pergi. Tentu alasannya adalah Kia. Ia sudah menganggap gadis kecil itu sebagai buah hatinya sendiri sejak awal, makanya ia merasa langkah kakinya begitu berat untuk meninggalkan. Setelah Na
Read more

us (18+)

Setelah terbang kurang lebih 1 jam 45 menit pada akhirnya Nathan dan Reanna telah sampai di Bali, tempat tujuan mereka untuk berbulan madu. Tadi setelah sampai di resort tempat mereka menginap, Nathan segera menghubungi Kia lewat panggilan video sesuai janjinya pada Sang istri. Dan barulah Reanna mampu tersenyum lega setelah melihat balita cantik di sebelah telepon sana tengah tersenyum bahagia, sedang asyik bermain bersama neneknya.Untuk sejenak melepas penat, pasangan suami-istri itu memutuskan untuk beristirahat selama beberapa jam di kamar resort sekaligus menunggu terik mentari sedikit meredup di kala senja. Dan kini mereka telah berada di tepi pantai Jimbaran, pantai terbaik di Bali untuk pasangan penganti baru.Pantai Jimbaran menawarkan pantai pasir putih bersih dengan bentangan garis pantai yang sangat panjang. Ombak di pantai Jimbaran tidak terlalu besar dan kedalaman air sangat dangkal, sehingga cukup aman untuk berenang ataupun berselancar. Kiranya hal tersebutlah yang me
Read more

way back home

Tak terasa sudah seminggu berlalu mereka menghabiskan waktu berbulan madu. Menikmati waktu intim berdua merupakan suatu hal yang bermakna dan kini waktunya mereka untuk kembali ke Jakarta setelah kurang lebih satu minggu berada di pulau Dewata.Beberapa oleh-oleh khas Bali sudah memenuhi satu tas ransel, sedang dimasukkan oleh kedua tangan Reanna. Buah tangan khusus yang mereka berikan untuk putri tercinta pula orang-orang di rumah. Ada berbagai baju, pie khas Bali, dan berbagai macam pernak-pernik yang hanya akan di temui di pulau itu."Apakah segini akan cukup?" kepala dengan rambut hitam tergerai panjang itu menoleh pada presensi Sang suami yang sedang duduk di sofa, sedang menikmati secangkir kopi. Asap tipis tampak mengepul pertanda bahwa kopi itu manis panas."Itu semua sudah lebih dari cukup, Sayang." Nathan menjawab setelah menyesap minumannya, memberikan senyuman yang selalu tampak menawan nan menenangkan. Namun, tatapan Reanna kembali pada oleh-oleh yang masih terhampar di
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status