Home / Romansa / Dear, Pak Dokter / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Dear, Pak Dokter: Chapter 61 - Chapter 70

100 Chapters

mengambil hati

Kafe yang biasa Reanna dan Tisha kunjungi siang ini memang cukup lengang. Hanya ada beberapa meja yang terisi, sedangkan mereka memilih duduk di kursi yang berada di teras, sehingga mereka dapat sekaligus melihat kendaraan yang berlalu lalang di jalanan."Tidak ada Kia, sepi ya?" Ucapan tiba-tiba Tisha membuat Reanna menoleh padanya, sejenak menghentikan suapan nasi daun jeruk ke dalam mulutnya. "Iya, Kia sedang di rumah neneknya," ungkapnya membenarkan. Tanpa balita cantik itu di sekitarnya, memang rasanya seperti ada yang kurang bagi Reanna. Setelahnya, ia meneguk segelas jus jeruk untuk melepas dahaga.Kepala Tisha mengangguk-angguk. Namun, secara spontan ingatannya kembali pada hari kemarin, seiring rasa ingin tahu yang datang. Sebelum mengatakan apa yang ada di kepalanya, Tisha lebih dulu membasahi tenggorokannya dengan segelas es teh pesanannya. "Serius, kamu benar-benar membuatku penasaran. Kemarin Pak dokter mengajakmu ke mana?" tanyanya."Dia mengajakku ke rumah orang tuaku
Read more

miss you

Tidak biasanya Bastian bangun sesiang ini, ketika mentari pagi sudah hampir naik sepenggalah. Ia semalaman susah tidur, dan baru bisa terlelap ketika pukul empat pagi. Entah kenapa setiap kali ia mengingat bahwa adik tersayangnya akan segera menikah, ia merasa tidak rela.Sambil mengucek sebelah mana, Bastian membuka pintu kamarnya. Langkah kaki panjang itu lalu bergerak menuju dapur, hendak memasak seperti tugas biasanya. Namun, ketika ia sampai di ambang pintu, atensinya mendapati bahwa di atas meja makan sudah tersaji beberapa masakan yang sepertinya masih panas, terlihat dari asap yang mengepul di atasnya. Dari aroma menggugah selera yang masuk ke dalam hidung mancung pria itu, Bastian yakin bahwa masakan yang telah siap santap di sana memiliki cita rasa yang luar biasa. Tanpa sadar kedua kaki pria itu menjejak mendekat untuk melihat lebih jelas masakan jenis apa yang terhidang di sana.Dan ... kedua mata sehitam jelaga Bastian berbinar seketika. Ia segera duduk di salah satu kur
Read more

follow you

"Sebentar, Kak. Rea akan angkat telepon dulu."Bastian hanya menganggukkan kepala untuk merespons izin adiknya. Sedangkan Reanna segera berjalan sedikit menjauh untuk mengangkat telepon yang ternyata dari calon suaminya, Nathan."Ya, Mas?" tanyanya pada seseorang di seberang telepon sana. Sejenak terdengar suara gemersik sebelum suara maskulin Nathan memasuki indera pendengaran Reanna."Kenapa kamu pulang ke rumah tidak memberitahuku, Rea?"Reanna terdiam selama beberapa detik mendengar pertanyaan Nathan. Meskipun ia sudah menduga jika Sang calon suami akan bertanya demikian, namun ia tetap merasa setitik rasa tak enak hati mengingat dirinya yang pergi tanpa izin. "Maaf, Mas. Aku tahu kalau Mas Nathan sedang sangat sibuk, jadi aku tidak mau mengganggu." Pada akhirnya hanya itu yang mampu Reanna ucapkan sebagai alasan."Pesan darimu tidak akan pernah menggangguku. Jangan diulangi, aku tidak suka." Nathan menjawab dengan sedikit nada ketus di seberang telepon sana. Meski begitu, Reanna
Read more

calon kakak ipar

"Pagi, Kak Tian."Bastian segera menoleh saat suara feminin Reanna memasuki gendang telinganya, sejenak mengalihkan atensi pria gondrong itu dari televisi yang menampilkan game GTA. Ya, Bastian memang suka bermain playstation. Apalagi ketika hari minggu begini, tanpa ada kegiatan. Kening pria itu mengerut saat melihat penampilan Reanna dan Kia yang tampak rapi dengan pakaian yang biasa digunakan untuk berolah raga; celana training dan kaos oblong, tak lupa sepatu joging melekat di kedua kaki mereka."Kamu mau ke mana pagi-pagi begini?" tanyanya, namun tidak melepas cekalan joystick dari kedua tangannya."Reanna dan Kia mau jalan-jalan pagi, keliling perkebunan." Reanna menjawab riang, lalu mengalihkan atensinya pada gadis kecil yang sedari bergandengan tangan dengannya. "Ya kan, Sayang?""Iya! Cama Papa juga." Gadis cilik nan imut yang kini berkuncir dua itu menimpali dengan penuh semangat, sebab ini merupakan pertama kalinya bagi Kia yang akan joging bersama kakak kesayangannya. Dia
Read more

luluh

Raut ceria menghiasi kedua wajah mereka. Setelah merasa cukup memeras keringat dengan berlari pagi, Reanna dan Kia segera pulang ke rumah. Cacing-cacing di dalam perut keduanya seakan telah berdemo meminta makan."Kami pulang ...." sembari menggendong Kia yang tampak kelelahan, Reanna membuka pintu rumahnya seraya mengucapkan salam."Keluyuran terus, ayo sarapan!" ketika langkah kaki Reanna sudah menjejak area ruang makan, Sang ayah menegur. Pria baya itu sudah duduk manis di salah satu kursi. Di atas meja makan sudah tertata rapi beberapa masakan sederhana; ada nasi yang masih mengepulkan asap, pula semangkuk besar sup ayam. Ah, tak lupa pula dengan sepiring tempe goreng yang tampak gurih dan renyah telah terhidang. Reanna menatap semua itu dengan kening mengernyit."Sarapan sudah siap? Siapa yang memasak, Ayah?" tanyanya setelah mendudukkan Kia di salah satu kursi."Kakakmu dan calon suamimu yang memasak bersama tadi.""Benarkah?" atas jawaban Sang ayah, kernyitan di kening Reanna
Read more

dari hati ke hati

"Besok Rea akan kembali ke Jakarta, Kak." Reanna tiba-tiba berucap begitu ketika acara televisi yang mereka tonton malam itu sedang jeda iklan, membuat Bastian menoleh ke arahnya dengan sedikit kernyitan di dahi."Iya, Kakak tahu. Kenapa? Ada yang ingin kamu katakan?" tanya pria gondrong itu."Mas Nathan dan Kia sudah tidur.""Lalu?" mendengar jawaban adiknya, kerutan di dahi Bastian semakin dalam saja. Nathan dan Kia memang sudah masuk ke kamar Danudirja sejak beberapa menit lalu, lalu apa masalahnya?Sejenak Reanna tampak ragu untuk berucap, terlihat dari beberapa kali dirinya sempat meremas kedua tangannya di atas pangkuan. Namun, selang semenit kemudian perempuan itu memilih untuk mengatakan apa yang sedang ia pikirkan. "Reanna ingin jujur pada Kakak.""Katakan saja, Re. Kakak tahu ada sesuatu yang kamu sembunyikan selama ini." Bastian menegakkan posisi duduknya, menatap intens raut wajah adiknya seiring pikiran negatif menghampiri kepalanya."Sebenarnya ... Mas Nathan dan Kalandr
Read more

I'm married

Refleksi di depannya terlihat begitu sempurna. Namun, entah kenapa tak sedikit pun terlihat senyuman terulas dari bibir merah kecokelatannya. Pria itu terdiam begitu lama di depan standing mirror itu, pandangan mata birunya menatap kosong pada pantulan dirinya. Tuxedo pengantinnya yang berwarna hitam telah melekat sempurna membungkus tubuh tegap nan gagahnya, sedangkan rambut pirangnya tertata rapi dengan sedikit pomade yang dibubuhkan. Penampilan dirinya seakan sudah siap untuk menuju altar, namun tidak dengan hatinya. Sejujurnya ia merasa sedikit gamang.Pria itu menghela napas panjang, dengan netra birunya ikut terpejam. Ia akan menikah, dan itu untuk yang kedua kalinya, di Gereja yang sama, hari ini, beberapa saat lagi. Hanya saja calon istrinya yang berbeda. Status duda yang selama ini ia sandang akan hilang, dan berganti menjadi suami orang.Apakah dirinya tidak senang?Tidak, bukan begitu. Tentu saja ada setitik kebahagiaan yang membuncah dalam dada pria itu. Reanna, calon ist
Read more

first night

Sepasang pengantin itu memusatkan perhatian ke depan dengan tangan saling menggenggam, menatap pada seorang Pendeta yang menanyakan beberapa hal sebagai peneguhan pernikahan. Dan mereka menjawabnya dengan penuh keyakinan. Pemberkatan pun di mulai. Usai menjawab pertanyaan peneguhan dari Pendeta, kedua mempelai berdiri dan saling berhadapan, lantas mereka mengucapkan janji nikah secara bergantian, dipandu oleh Pendeta dan disaksikan oleh semua orang yang hadir di Gereja.Pria itu menatap dalam kedua iris indah di hadapannya, menyelami setiap ekspresi wanita yang akan segera menjadi istrinya. "Reanna Anggoro, aku mengambil engkau menjadi istriku, untuk saling memiliki dan menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya, pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus."Rafalan kata-kata yang kel
Read more

pengantin baru

Siang itu Joana terlihat begitu sibuk di dalam kamar di rumah putranya. Ia dengan dibantu oleh seorang pembantu sedang mendekorasi kamar Si pengantin baru dengan hal-hal romantis, seperti meletakkan bunga-bunga mawar merah di sekitar tempat tidur dan juga menata berbagai jenis lilin-lilin aromaterapi. Hal yang sama persis yang ia lakukan ketika mendekorasi kamar hotel tempat Nathan dan Reanna menginap."Bi, menurut kamu kamar pengantinnya bagaimana?" sambil meregangkan persendiannya yang sedikit kaku, Joana bertanya. Tatapan mata wanita baya itu menyapu segala sudut kamar yang telah berhasil ia hias."Sudah oke, Nyonya. Pekerjaan Nyonya memang keren!" Si pembantu memberikannya sebuah ibu jari tanda mengapresiasi. "Haha. Tentu saja." Dan Joana menanggapinya dengan tawa bangga. "Baiklah, kita tinggal menunggu pengantinnya pulang ke rumah."Si pembantu tampak mengangguk patuh. Setelahnya ia menunduk hormat sebelum melangkah meninggalkan ruangan kamar beraroma harum semerbak itu, meningg
Read more

status baru

Senyuman manis itu terulas, seiring kedua tangan wanita itu yang telah selesai menarik risleting belakang gaun si balita, Kia. Ia baru saja memandikannya pagi ini, kemudian memakaikan putrinya baju.Putrinya ya?Ah, hatinya begitu bahagia ketika menyebut balita cantik nan lucu itu sebagai putrinya. Tak terasa sudah tiga hari Reanna telah resmi menjadi ibu sambung Kia, yang tentu saja sekaligus seorang istri dari dr. Nathanael Adams. Kehidupan pernikahan mereka biasa saja, seperti kehidupan rumah tangga pada umumnya. Ia menjalankan peran sebagai seorang ibu dengan baik; menjaga dan mengurus Kia dengan sepenuh hati. Pun sebagai istri yang semestinya; mereka tidur di kamar dan ranjang yang sama, hanya saja belum ada kontak fisik yang lebih intim dari hanya berpelukan saat terlelap. Bukannya ia tidak mau melayani suaminya, hanya saja ia belum siap. Lagi pula dokter tampan itu tak pernah sedikit pun memaksa dirinya untuk memenuhi kewajibannya yang satu itu. Dia pria yang begitu pengertia
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status