Menyadari bahwa pria yang saat ini bersamanya masih begitu mencintai mendiang istrinya, Reanna tersenyum miris. Ia tidak tega. Tangan kanannya kembali meraih pipi kiri Nathan, membelainya perlahan. "Aku di sini, Mas. Aku bersamamu. Jadi, jangan menangis lagi," ungkap gadis itu dengan mempertahankan senyuman. Reanna sangat paham apa yang dirasakan pria itu. Tiga tahun bukanlah waktu yang cukup lama untuk menyembuhkan luka. Semuanya butuh proses. Kehilangan seseorang yang begitu dicintai untuk selama-lamanya sangatlah menyakitkan, ia tahu itu dengan pasti. Ia pun pernah merasakannya dulu ketika ibunya meninggal dunia. Dan pria di hadapannya ini kehilangan belahan jiwanya, seseorang yang bertahun-tahun hidup bersama sebagai istri, di saat seharusnya mereka merasa bahagia atas kelahiran Sang buah hati. Sungguh, Reanna bahkan tidak bisa membayangkan sehancur apa hati pria itu. "Jangan tinggalkan aku lagi, Sayang. Kumohon ... aku tidak sanggup." Bahu lebar itu berguncang, seiring baju b
Read more