"Yakin kamu bisa?" suara maskulin Nathan terdengar lirih, seakan memang sengaja agar orang lain tidak mampu mendengarnya kecuali Reanna. "Tentu saja, Pak. Asal Bapak tahu, saya ini jago di segala bidang." Reanna berucap dengan nada tak kalah lirihnya, membanggakan diri. Namun, tiba-tiba ia memekik kecil. "Ah!""Tuh, kan ... Pelan-pelan saja, Rea. Saya takut ada yang lecet." Nathan kembali berkata."Tidak apa-apa, Pak. Masih aman." Meskipun kalimat Reanna sarat akan makna bahwa dirinya baik-baik saja, tetapi napasnya yang sedikit terengah tak mampu membohongi pria blasteran itu."Jika kamu tidak sanggup, biar saya saja yang melakukannya. Kita bertukar posisi," ucap Nathan, mencoba memberikan bantuan. "Tidak perlu. Sebentar lagi akan sampai, Pak." Reanna lagi-lagi menolak niatan pria itu. Embusan napasnya terdengar memberat tiba-tiba sebelum akhirnya ia mendesah lega. "Ugh! Akhirnya masuk juga! Hufftt ... butuh effort yang cukup besar, mungkin karena saya jarang berolah raga." Kekehan
Read more