Home / Romansa / Dear, Pak Dokter / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Dear, Pak Dokter: Chapter 11 - Chapter 20

100 Chapters

be friends

Suara getaran handphone di sisinya mengalihkan perhatian Reanna. Gadis itu segera meraihnya, menatap layar lcd yang menyala. Ada satu pesan masuk di dalamnya, Reanna tak membuang waktu untuk langsung membukanya.'Saya akan sampai sepuluh menit lagi.' Begitulah isinya.Ia sudah menduganya, tentu saja dr. Adams yang mengirim pesan. Seperti kata pria itu tadi pagi, dokter itu selalu menghubunginya satu jam sekali hanya untuk menanyakan keadaan putrinya."Kamu masih lama, Re?" pertanyaan Tisha membuat gadis itu mengalihkan perhatiannya dari ponsel pintarnya."Papanya akan sampai sebentar lagi," jawab Reanna. Tangan kirinya yang bebas kembali mengelus pelan rambut lembut Kia yang tertidur berbantalkan pahanya."Sepertinya dia kelelahan." Tisha turut mengamati wajah tertidur itu. Kia terlihat seperti seorang putri kerajaan yang cantik jelita di matanya. Lihat saja, bahkan ia masih terlihat begitu cantik ketika terlelap."Sepertinya begitu. Dia banyak bermain tadi." Reanna membenarkan ucapan
Read more

baby sitter

Suara dentingan lonceng menyita atensi ketika pintu kaca itu terbuka, disusul dengan masuknya sosok jangkung yang menggendong gadis kecil berkuncir dua—yang terlihat menangis terisak—pada lengan kirinya.Tisha yang berjaga di meja kasir sudah terlihat sibuk pagi ini. Kepalanya menunduk dengan kedua tangannya sibuk meneliti sebuah catatan kecil di mejanya. Saat ia merasa seseorang memasuki tokonya, ia menyapa tanpa melihatnya."Selamat datang di Carnation florist, ada yang bisa kami bant–" ketika gadis itu mengangkat wajah, ia tidak jadi melanjutkan ucapannya setelah menyadari siapa orang yang berdiri di hadapannya. "Ah, Pak dokter datang lagi.""Reanna sudah datang?" tanya pria itu, langsung pada tujuannya. Tangan kanannya sibuk mengelus punggung Kia yang sesenggukan karena menangis."Itu dia." Jari telunjuk lentik itu menunjuk salah satu sudut tempat itu, pada sosok Reanna yang sedang merangkai bunga imitasi di pojok ruangan.Setelah pandangan mata biru itu menemukan sosok yang ia car
Read more

sang mantan

Nathan menatap sebuah map di tangannya, membaca segala informasi tentang pasien yang duduk di hadapannya itu dengan teliti. Wanita cantik yang memiliki rambut lurus sebahu itu terlihat pucat."Nona Olivia Atmaja. Anda datang sendirian?" pria itu menatap tepat pada mata pasiennya. Ia sedikit heran, pasalnya kebanyakan ibu hamil yang memeriksakan kandungannya ke sini selalu di dampingi suami mereka, apalagi dengan keadaan wanita di hadapannya yang terlihat sedang tidak baik."Iya, Dok. Calon suami saya sedang sibuk akhir-akhir ini." Jawab pasien yang bernama Olivia itu dengan senyuman canggung.'Hamil di luar pernikahan rupanya.' Nathan membatin.Ia tidak habis pikir, entah kenapa di jaman sekarang kasus seperti ini sering sekali ia temui.Pria itu menggeleng singkat. Yah, itu memang bukan menjadi urusannya. Ia hanya merasa miris saja, apalagi ia memiliki seorang anak perempuan. Jujur saja ia merasa khawatir.Ia segera mengenyahkan pemikiran tersebut dari kepalanya, dan kembali fokus pa
Read more

Kalandra Adi Sucipta

Keheningan menyelimuti mereka, hanya alunan musik lembut yang mendominasi seisi mobil tersebut. Sedangkan gadis kecil yang sedari tadi aktif itu kini telah tertidur nyenyak di kursi belakang. Mereka baru saja pulang dari makan malam beberapa menit yang lalu, mungkin saja Kia kelelahan.Reanna menatap dalam diam jalanan di depannya, sesekali mata indah itu melirik pada pria yang sedang fokus menyetir dengan tenang di sampingnya.Entah kenapa di mata gadis itu, dr. Adams terlihat begitu tampan saat wajahnya terlihat serius mengemudi. Apalagi dengan pencahayaan yang minim, rahang itu terlihat lebih tegas, sedangkan hidungnya begitu mancung. Sosok di sampingnya terlihat seperti patung pahatan yang begitu sempurna di kedua matanya.Yah, Reanna hanya merasa kagum. Tidak lebih.Bukankah wajar jika seorang perempuan menyukai lelaki tampan?Gadis itu segera memalingkan pandangannya kembali pada jalanan yang terlihat lengang itu ketika menyadari mata biru sang pria sedikit melirik ke arahnya. Ia
Read more

terlalu peka

Reanna menatap pantulan wajahnya pada kaca meja rias di depannya. Gadis itu terlihat begitu menyedihkan. Kantung matanya terlihat begitu gelap, matanya pun bengkak. Ya, ia menangis semalaman setelah pulang dari kafe tadi malam. Lagi-lagi ia gagal untuk tidak menangisi lelaki itu, sesuai janjinya pada dirinya sendiri.Bertemunya ia dengan Kalandra seakan membuka kembali luka lama. Semua kenangan indahnya bersama pria itu terus berputar di kepala, dan berakhir dengan ingatan buruknya tentang pengkhianatan, dan tentang kehamilan Olive.Ia kembali memperhatikan wajahnya sekali lagi, kemudian mengoleskan concealer pada bawah matanya, berusaha menutupi jejak kesedihannya.Namun, suara dentingan bel rumahnya yang tiba-tiba berbunyi membuat Reanna tersentak. Tidak biasanya. Ia memang jarang menerima tamu, apalagi di pagi buta seperti ini.Ia segera menaruh wadah kosmetiknya di atas meja, kemudian bangkit dan melangkah menuju pintu depan, melihat siapa yang datang ke kediamannya sepagi ini.Da
Read more

pertemuan tak terduga

"Saya rasa kamu lebih cantik," ucap Nathan tanpa sadar. Kalimat yang sederhana, namun sudah berhasil membuat kedua belah pipi Reanna merona. Gadis itu bergerak canggung, menyelipkan rambutnya ke belakang telinga dengan gerakan kikuk. Sungguh, dirayu oleh duda tampan beranak satu di depannya ini begitu berefek besar padanya, apalagi di tempat umum begini. Restoran tempat mereka makan sedang ramai-ramainya."A-anda ini suka sekali bercanda," ucapnya."Karena saya suka melihat wajahmu memerah seperti itu," balas pria itu dengan ringan, dengan kekehan di akhir katanya.Sedangkan gadis kecil yang berada di antara mereka hanya menatap polos antara Sang ayah dan Reanna secara bergantian. Ia tidak mengerti apa yang kedua orang dewasa itu bicarakan.Reanna terdengar berdeham sebentar, mencoba mencairkan kegugupan. Setelahnya, dengan wajah yang masih memerah, gadis itu kembali mendekatkan satu suapan bubur itu pada bibir mungil Kia. Ia berusaha mengalihkan pikiran. Namun, balita itu justru meno
Read more

sugar daddy

Tangan-tangan mungil itu terlihat sibuk mencorat-coret berbagai warna krayon pada buku gambarnya. Reanna tersenyum mengamati sebuah gambar pemandangan setengah jadi itu. Kia memang suka menggambar, ia seringkali menuangkan apa pun yang dilihatnya ke dalam coretan. Dan Reanna kagum akan hal itu. karena, yah ... sejujurnya ia sangat payah dalam menggambar. Seingatnya, ia hanya bisa menggambar matahari terbit yang diapit dua gunung kembar saat masih kecil.Hari masih pagi, dan pengunjung toko bunga itu masih sepi. Hanya Tisha yang masih mengotak-atik komputer di meja kasirnya, entah apa yang dikerjakannya.Sedangkan gadis kecil di hadapannya ini baru saja datang beberapa menit yang lalu, diantar oleh ayahnya, tentu saja. Semenjak kejadian sarapan bersama waktu itu, hari-hari Reanna berlalu tanpa air mata. Sedikit demi sedikit ia mulai membenahi hatinya, dan ia merasa semakin mudah untuk bangkit setelah adanya Kia yang selalu berada di sampingnya.Dan tentu saja ayahnya.Reanna tidak men
Read more

I'm (not) a sugar daddy

"Kita akan ke mana, Pak?" Reanna bertanya dari kursi belakang mobil hitam Nathan, menemani Kia yang sedang memainkan boneka kucing favoritnya. Mereka sedang berada dalam perjalanan pulang sekarang."Ada kedai es krim yang baru buka hari ini. Dan Kia sejak semalam mengajak saya makan es krim di sana," jawab Nathan di kursinya, mata biru itu menatap Reanna dari spion dalam mobilnya."Kia mau es klim!" balita itu berseru, kemudian berdiri dari kursinya—yang langsung Reanna tangkap. Gadis kecil itu begitu aktif, sehingga Reanna merasa khawatir jika Kia akan terjatuh."Kamu akan mendapatkannya sebentar lagi, Sayang." Pria itu berucap seraya kembali fokus pada jalanan padat di depannya."Yeayy~" tentu saja hal tersebut membuat Kia kembali berteriak riang."Saya pikir jika saya mengajakmu, Kia akan merasa senang," lanjut pria itu, kembali menatap pantulan wajah cantik Reanna pada kaca spion dalamnya.Sedangkan Reanna menunduk, entah kenapa ia merasa malu jika terus diperhatikan seperti itu.
Read more

insiden

Hari kembali berganti. Sapaan hangat sinar mentari pagi menyentuh lembut rambut pirang Nathan ketika pria itu keluar dari mobilnya. Setelahnya, langkah panjang itu berbalik menuju pintu lain di sisi mobil hitam itu, membukanya. Dan dari sanalah sosok gadis kecil berkepang dua itu muncul, dibopong oleh kedua lengan kekarnya menuju sebuah toko bunga yang kerap kali mereka datangi setiap harinya.Senyuman lebar itu tersungging manis pada bibir mungil Kia ketika gadis cilik itu melihat siluet seseorang yang akhir-akhir ini selalu mengajaknya bermain bersama; Reanna, dari luar dinding kaca transparan di hadapannya. Sungguh, ia tak sabar untuk kembali bertemu dengannya.Tentu saja pria dewasa itu turut melengkungkan sebuah senyuman kala melihat raut ceria putrinya, kemudian tangan kanan kekarnya mendorong perlahan daun pintu di hadapan, membuat lonceng kecil di atasnya kembali berdenting kala mereka memasuki toko itu. Nathan mengacak rambut pirang si kecil dalam gendongan sembari terkekeh r
Read more

you're not alone

Kelopak mata cantik itu bergerak-gerak, dengan perlahan menampakkan sedikit iris mata indah milik gadis yang terbaring lemas di ranjang rumah sakit yang serba putih itu. Sebelum kelompoknya terbuka sempurna, kening pucat itu mengernyit. Sinar dari cahaya lampu kamar itu menyilaukan matanya. Bibir tipis itu melenguh pelan."Ngghhhhh ...."Melihat gadis di hadapannya siuman, pria yang sedari tadi menungguinya menegakkan posisi duduknya. Wajah tampannya sedikit mendekat pada wajah pucat Reanna, meneliti setiap ekspresi wajah ayu nan pucat itu."Kamu sudah sadar, Rea." Ia menghela napas lega, setelah beberapa jam lalu sempat merasa begitu khawatir dengan keadaan gadis di hadapannya. Bahkan ia sampai membatalkan janji temunya yang tersisa untuk hari ini. Ia tidak tega meninggalkan gadis yang selama ini begitu berjasa membantunya menjaga Kia sendirian, karena ia tahu Reanna hanya tinggal seorang diri di ibu kota ini.Sementara Tisha, gadis pirang itu sedang sangat sibuk hari ini, floristnya
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status