Semua Bab Menikah Dengan Keponakan: Bab 81 - Bab 90

127 Bab

81. Kenapa Harus Marah?

"Sejak kapan? Sejak kamu kuliah di Korea Selatan? Sejak kamu memiliki perusahaan? Atau sejak menikah? Atau mungkin—" Aeris sontak berhenti bicara karena Leon mengecup bibirnya singkat."Aku belum selesai bicara, diam dan dengarkan aku dulu, okay?"Aeris mengangguk. "Tapi kamu tidak perlu menciumku," ucapnya malu-malu.Kedua pipi Aeris tampak memerah, seperti kepiting rebus. Leon pasti sudah menggigit pipi Aeris jika dia seorang kanibal karena istrinya itu terlihat sangat menggemaskan."Aku terakhir kali bermain piano mungkin sejak tiga tahun yang lalu."Aeris membuka mulut karena ingin bertanya. Namun, dia langsung menutup mulutnya rapat-rapat karena mendapat lirikan tajam dari Leon."Sejak aku dan mantan kekasihku yang dulu putus.""Hah?" Aeris refleks membekap mulutnya dengan kedua telapak tangan karena takut Leon akan marah jika mendengar suaranya. "Piano memiliki banyak sekali kenangan tentang kami. Tapi sejak kami putus, aku tidak pernah lagi bermain piano karena selalu teringat
Baca selengkapnya

82. Kenyataan Pahit

Ruangan yang bisa menampung seribu penonton lebih itu tampak dipadati pengunjung. Sejak tadi beberapa seniman lokal yang berasal dari mahasiswa dan murid sekolah musik bergantian membawakan lagu yang diiringi dengan piano. Aeris, Leon, Brian, Anne, dan Sean duduk di kursi paling depan agar bisa melihat penampilan Alea dengan jelas."Leon, aku deg-degan. Bagaimana jika adikku melakukan kesalahan?""Katanya adikmu pemain piano yang hebat, dia pasti tidak akan melakukan kesalahan.""Penampilan selanjutnya adalah … saya kira semua penonton di sini pasti sudah tahu dia siapa. Beri tepuk tangan paling meriah untuk—" MC terdengar menahan suaranya sebelum menyebut nama, "Alea!"Sambutan yang didapat sangat meriah, seolah-olah mampu menggetarkan ruangan tersebut. Tepuk tangan dan wajah antusias langsung terlihat di mana-mana. Namun, tidak dengan Leon. Wajahnya pias dengan jantung yang berdetak hebat. Leon terenyak di kursinya."Itu adik tiri aku, Sayang. Dia cantik, kan?"Leon tidak menyahut.
Baca selengkapnya

83. Benang Merah

Apa pun yang terjadi aku akan tetap di sampingmu, karena hatiku telah memilihmu'-Chandra Yasodana Leon-Suasana terasa sangat menegangkan. Alea melayangkan tatapan marah, kecewa, dan sakit pada lelaki yang terus menggenggam jemari Aeris. Sementara Leon terlihat lebih tenang, tatapan kedua matanya begitu meneduhkan, tapi dalam di saat yang sama, seperti jelaga.Genggaman Leon terasa begitu hangat, tapi hal itu tidak bisa membuat perasaan Aeris tenang. Syaraf-syaraf di otak Aeris mendadak bekerja dengan sangat cepat, menghubungkan cerita demi cerita yang dia dengar dari Alea dan Leon. Aeris sangat membenci hal itu.Cinta pertama.Mantan kekasih saat SMA.Gagal move on.Dan ….Anak.Entah dia yang terlalu bodoh atau otaknya memang bekerja terlalu lambat. Kenapa dia baru menyadari kalau cerita Alea dan Leon saling berkaitan? Ya Tuhan, kenapa!Rasanya Aeris ingin sekali menangis, tapi air matanya seolah-olah mengering. Kenyataan jika Alea adalah mantan kekasih Leon membuatnya sangat terpu
Baca selengkapnya

84. Sebuah Pilihan

"Apa kamu tahu, Leon? Nenek dan mamamu selama ini menentang keras hubungan kita, alasannya karena ibuku telah merebut suami dari sahabat baik nenekmu, dan aku baru tahu jika sahabat baik nenekmu itu ternyata ibu kandung Kak Aeris, kakak tiriku sendiri. Mama dan nenekmu selalu menyuruhku untuk pergi meninggalkanmu, padahal saat itu aku sedang mengandung anak kita. Aku terus berusaha meyakinkan mereka jika aku berbeda dengan ibu, tapi mereka terus saja menghinaku anak jalang, wanita murahan, perebut suami orang. Aku tidak tahan mendengar makian mereka. Rasanya sangat menyakitkan, Leon. Apa salah jika aku terlahir dari rahim wanita jalang?"Aeris dan Leon tertegun mendengar cerita Alea barusan. Leon benar-benar tidak menyangka Hana dan Aerin tega berkata kasar pada Alea. Leon pikir, Alea pergi karena tidak mencintainya lagi, tapi dugannya salah. Ternyata Alea pergi meninggalkannya karena Hana dan Aerin.Alea menarik napas dalam-dalam untuk mengurangi sesak yang mengimpit dada sebelum kem
Baca selengkapnya

85. Terlalu Naif

"Kamu dari mana saja, Alea? Kenapa baru pulang sekarang? Aku dengar konsermu sudah selesai jam delapan tadi."Pertanyaan yang keluar dari mulut Kai menyambut Alea saat menginjakkan kaki di rumah. Gadis itu malah berjalan begitu saja tanpa menjawab pertanyaan dari kakaknya."Aku sudah mengurus paspor dan berkas kepindahanmu ke Amsterdam. Besok lusa kita berangkat."Alea sontak berhenti melangkah. Sepasang mata bulat miliknya menatap Kai dengan sinis. Apa selama ini Kai tahu suami Aeris adalah Leon?"Kak Kai terlalu naif.""Ma-maksudmu apa bicara seperti itu, Alea?" Kai sangat terkejut mendengar ucapan Alea barusan.Alea malah menyeringai. "Kak Kai pasti sudah tahu kalau suami kak Aeris itu Leon, kan? Apa ini yang membuat Kak Kai menyuruh Alea meninggalkan Indonesia?"Kai tersentak, rahangnya pun mengatup rapat. Apa Alea sudah tahu jika Leon adalah suami Aeris?"Alea sudah tahu semuanya. Kenapa Kak Kai masih bisa bersikap biasa saja padahal hati Kakak hancur melihat kak Aeris bersama Le
Baca selengkapnya

86. Janji Leon

Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Namun, entah kenapa kedua mata Aeris sulit sekali untuk dipejamkan. Perasaan Aeris mendadak tidak tenang sejak pulang dari restoran karena memikirkan hubungan antara Leon dan Alea. Masih tergambar jelas di ingatan Aeris bagaiamana ekspresi Alea saat menceritakan mantan kekasihnya di rumah sakit seminggu yang lalu. Saat itu Alea terlihat sangat kacau. Amarah dan kekecewaan terpancar jelas dari kedua sorot matanya. Aeris bisa melihat dengan jelas jika Alea amat sangat mencintai mantan kekasihnya, dan dia baru tahu jika mantan kekasih Alea ternyata Leon, suaminya sendiri."Ya Tuhan ...." Aeris menekan dadanya kuat-kuat. Alea sudah kehilangan bayinya, gadis itu pasti terpuruk jika kehilangan seseorang yang sangat dicintainya. Sebagai seorang kakak, Aeris tidak ingin melihat Alea kembali terpuruk. Haruskah dia menghancurkan pernikahannya sendiri demi Alea?Namun, di lain sisi Aeris tidak ingin pernikahannya berakhir dengan perceraian seperti yang
Baca selengkapnya

87. Penyesalan Azura

"Alea di mana, Kai? Kenapa dia belum turun?" tanya Kris saat mereka sarapan bersama di ruang makan."Kai tidak tahu, Pa. Mungkin Alea masih tidur."Kris melirik benda mungil bertali yang melingkari pergelangan tangan kirinya. Aneh sekali Alea belum bangun padahal sekarang sudah jam tujuh. "Ada hal penting yang ingin papa katakan pada Alea, suruh dia turun."Azura sontak berhenti memakan nasi gorengnya. Keningnya berkerut dalam menatap lelaki yang sudah menjadi pendamping hudupnya selama hampir tiga puluh tahun tahun lamanya. Azura tidak tahu hal penting apa yang ingin Kris bicarakan dengan Alea. "Mas ingin membicarakan hal penting apa sama Alea?"Kris meletakkan sendok kemudian menopang dagu dengan kedua tangan yang terlipat di atas meja. "Aku setuju dengan keputusan Kai untuk mengirim Alea kembali ke Amsterdam."Tubuh Azura menegang mendengae ucapan Kris barusan. "Aku tidak setuju Mas, Alea baru saja kembali ke Indonesia. Kenapa Mas ingin mengirim Alea kembali ke Amsterdam?"Azura
Baca selengkapnya

88. Kabur

Alea menyantap sarapannya dengan lahab, sepiring nasi goreng dengan lauk telur mata sapi di rumah Brian. Pagi-pagi sekali, gadis itu pergi ke rumah Brian sambil membawa koper kecil berisi pakaian. Alea tidak ingin pergi ke Amsterdam karena masih ada yang perlu dia perjuangkan di Indonesia. Cintanya, pada seorang lelaki bernama Chandra Yasodana Leon.Brian bersedekap sambil menatap Alea dengan lekat. Kemarin malam Alea terlihat sangat menyedihkan, menangis tersedu-sedu seperti orang kesurupan di restoran, tapi gadis itu sekarang terlihat baik-baik saja. Apa setan di tubuh Alea sedang pergi jalan-jalan?"Kenapa kamu menatapku seperti itu, Brian?" tanya Alea karena merasa risih diperhatikan."Bagaimana perasaanmu sekarang? Apa kamu sudah merasa lebih baik?"Alea menarik napas panjang lantas meletakkan sendok karena nasi gorengnya sudah habis."Mau tambah lagi?"Alea menggeleng. "Tidak, aku sudah kenyang, terima kasih untuk sarapannya."Brian mengangguk. Sebenarnya ada perlu apa Alea pagi
Baca selengkapnya

89. Bertemu Azura

Aeris memoles make up sedikit tebal untuk menutupi wajahnya yang terlihat sedikit pucat. Aeris sebenarnya merasa kurang enak badan, tapi Kris meminta untuk bertemu dan dia tidak enak jika menolak."Kalau kamu merasa kurang enak badan, lebih baik tidak usah memaksa pergi. Papa pasti mengerti."Aeris menggeleng. "Katanya ada hal penting yang ingin papa sampaikan, aku tidak enak jika menolak." Leon menghela napas, lalu mengusap keringat dingin yang membasahi kening Aeris. "Baiklah, kalau kamu merasa nggak kuat, bilang. Aku akan minta izin ke papa untuk pulang lebih dulu."Aeris mengangguk.Lagi-lagi Leon menghela napas. Aeris seolah-olah membangun dinding tidak kasat mata di antara mereka. Apa Aeris masih kecewa pada dirinya?Entahlah, Leon tidak tahu. Dia ingin hubungannya dan Aeris kembali seperti dulu, saat Aeris belum mengetahui jika Alea adalah mantan kekasihnya. Begitu manis, hingga membuat cokelat dan es krim iri melihat hubungan mereka.Leon mengirim pesan pada Brian jika dia ha
Baca selengkapnya

90. Memaafkan Atau Balas Dendam

Azura merasa sangat terkejut mendengar ucapan Aeris barusan, begitu pula dangan Leon dan Kris. Hati Azura terasa begitu sakit mendengarnya. Namun, rasa sakit yang dia rasakan tidak sebanding dengan apa yang sudah dia lakukan pada Aeris dan Aileen. Azura memang pantas mendapatkan semua itu.Kristal bening itu meluncur begitu saja membasahi pipi Azura. Penyasalan dan rasa bersalah tergambar jelas di wajahnya. "Saya mengaku salah. Saya sungguh-sungguh minta maaf, Aeris. Saya mohon maaf," ucapnya di sela isak tangisnya.Aeris memejamkan kedua matanya perlahan karena pesan Aileen sebelum meninggal tiba-tiba melintas di ingatan.'Jaga diri baik-baik dan tetap sehat.''Aeris anak mama yang paling cantik dan baik, jangan pernah membenci papa, karena bagaimana pun juga dia papa kamu.''Jangan menjadi seorang pendendam, maafkan semua kesalahan orang-orang yang telah menyakitimu.''Janji, ya?'Aeris membuka kedua matanya perlahan. Aileen tidak ingin dia hidup menjadi seorang pendendam. Haruskah
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
13
DMCA.com Protection Status