Home / Romansa / Menikah Dengan Keponakan / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Menikah Dengan Keponakan: Chapter 101 - Chapter 110

127 Chapters

101. Kekecewaan Leon

Leon memutuskan untuk kembali ke kamar. Mungkin saja Aeris sedang berada di kamar mandi, pikirnya."Aeris Sayang. Apa kamu di dalam?" tanyanya dari balik pintu kamar mandi.Lagi-lagi Aeris tidak menjawab."Sayang?" ulangnya lagi.Tetap tidak ada jawaban. Leon pun memutuskan untuk memutar kenop pintu yang ada di hadapannya. Dia sangat terkejut karena Aeris tidak ada di dalam kamar mandi.Perasaan Leon mendadak tidak tenang. Dia akhirnya mencari Aeris di seluruh apartemen, tapi istrinya itu tidak ada.Leon mengusap wajah kasar. Perasaannya semakin tidak tenang karena Aeris tidak bisa dihubungi. Ponsel Aeris tidak aktif. Leon pun mencoba untuk menelepon Anne, tapi wanita yang sedang dekat dengan Sean itu tidak tahu istrinya berada di mana."Aku tidak tahu Aeris ada di mana. Apa terjadi sesuatu? Kalian bertengkar?""Ah, tidak ada apa-apa. Hubungan kami baik-baik saja. Terima kasih Anne, maaf mengganggu." Leon menarik napas panjang agar perasaannya menjadi lebih tenang, tapi hal itu tidak
Read more

102. Cerai

Leon menghabiskan waktu dengan bekerja dan bekerja. Dia semakin bersikap dingin pada siapa pun semenjak Aeris pergi meninggalkannya."Aku beri kau waktu lima menit untuk memperbaiki laporan ini. Kalau kau tidak bisa menyelesaikannya, lebih baik kau angkat kaki dari kantor ini.""Ba-baik, Pak," ucap karyawan Leon dengan takut-takut. Dia segera melaksanakan perintah Leon jika tidak ingin dipecat.Brian mengerutkan dahi melihat Leon yang akhir-akhir ini berubah seperti Medusa. Sering marah dan suka membentak karyawannya."Kamu ada masalah, Le?""Tidak," sahut Leon datar.Lipatan di kening Brian semakin bertambah. "Aku tidak pernah melihat Aeris membawakanmu bekal makan siang. Apa kalian sedang bertengkar?"Mendengar nama Aeris membuat dada Leon bergemuruh karena marah. "Jangan sebut nama wanita itu di depanku," desisnya terdengar tajam."Memangnya kenapa?" tanya Brian ingin tahu.Leon malah melengos. Dia enggan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada rumah tangga pada Brian karena
Read more

103. Mr. Idiot

Apertemen menjadi tujuan terakhir bagi Leon. Sebenarnya dia malas sekali pulang karena tiap sudut ruang di dalam apertemennya selalu mengingatkannya dengan Aeris. Semuanya.Leon berbaring miring di atas tempat tidurnya. Aroma tubuh Aeris tidak mau hilang. Masih melekat kuat di tempat tidur mereka. Pelan air mata turun membasahi pipinya. Leon sangat merindukan Aeris."Aku sangat merindukanmu, Aeris. Tapi aku juga membencimu ...," gumamnya menahan nyeri yang begitu mengimpit di dalam dada.Leon terus menangis karena merindukan Aeris hingga tidak sadar tertidur. Padahal dia biasanya baru bisa tidur jika sudah minum obat tidur.Leon mengerjapkan kedua matanya perlahan. Rasanya seperti ada batu seberat satu ton yang menimpa kepalanya saat dia membuka mata. Helaan napas panjang sontak lolos dari bibirnya karena semalam dia lupa ganti baju dan melepas sepatunya sebelum tidur. Aeris pasti marah dan akan terus mengomel jika tahu dia tidak membersihkan diri sebelum tidur."Ah ...." Leon mengusa
Read more

104. Terpuruk

Aeris terus mencoba menjalani hidup tanpa Leon. Mencoba kembali ke kehidupannya sebelum menikah dengan keponakannya itu. Tidur sendiri, makan sendiri, tinggal sendiri, apa pun sendiri, semua serba sendiri. Namun, kembali hidup sendiri ternyata tidak semudah yang Aeris bayangkan. Aeris merasa hidupnya tidak lagi berwarna, begitu kosong, dan hampa. Udara yang dia hirup pun tidak lagi terasa segar. Dadanya sesak. Dia merasa begitu tersiksa hidup sendiri tanpa Leon. Aeris membuka jendela kamarnya lebar-lebar. Aroma tanah basah seketika menyeruak di indra penciumannya karena semalam turun hujan. Rumput-rumput terlihat basah karena embun. Matahari masih enggan menampakkan diri karena sinarnya terhalangi awan mendung. Semendung wajah Aeris sekarang. Kesedihan tergambar jelas di wajah cantiknya. Kebahagiaan Aeris seolah-olah lenyap setelah berpisah dari Leon. Aeris sangat merindukan Leon. Dia tidak sanggup hidup sendiri tanpa lelaki itu. Namun, dia malah menghancurkan rumah tangganya sendiri
Read more

105. Gadis Gila!

Leon benar-benar tidak peduli lagi dengan Aeris meskipun Hana sudah ratusan, bahkan ribuan kali membujuknya untuk mencari wanita itu karena dia sudah terlanjur kecewa dan percaya dengan surat yang Aeris tinggalkan untuknya.Leon tidak akan menahan Aeris agar tetap berada di sisinya jika wanita itu merasa tidak bahagia hidup bersama dirinya. Jika dengan berpisah membuat Aeris bahagia, maka dia akan menuruti keinginan wanita itu untuk berpisah.Anne pun tidak kalah pusing dengan Hana. Wanita yang sedang dekat dengan Sean itu benar-benar terkejut karena Aeris tiba-tiba ingin berpisah dari Leon. Bahkan proses perceraian mereka tinggal menunggu keputusan hakim. Anne merasa sangat bersalah karena akhir-akhir ini lebih banyak menghabiskan waktu bersama Sean hingga kurang memperhatikan Aeris. "Aku pikir pernikahan mereka selama ini baik-baik saja, Sean." Anne menarik rambutnya kuat-kuat. Dia tidak percaya jika Aeris merasa tidak bahagia hidup bersama Leon. Sean mengembuskan napas panjang. D
Read more

106. Buntut Kekecewaan Leon

Kening Kai berkerut dalam karena Alea banyak berubah semenjak kembali ke rumah. Meskipun emosinya sudah jauh lebih tenang, tapi Alea justru terlihat semakin aneh. Apa lagi penampilannya sekarang mirip sekali dengan Aeris. Semoga saja Alea tidak merencanakan hal yang berbahaya lagi."Alea hanya ingin tampil beda. Apa Alea salah?"Kai mendesah panjang. "Tidak ada yang salah kalau kamu ingin mengubah penampilan. Hanya saja ... penampilanmu sekarang mirip dengan Aeris."Wajah Alea mengeras, rahangnya pun mengatup rapat. Kedua tangannya mengepal kuat di sisi tubuhnya. Aeris, Aeris, dan Aeris. Selalu saja Aeris. Alea benar-benar muak karena perhatian semua orang tertuju pada wanita bodoh itu. Apa salah jika dia mengubah sedikit penampilan untuk menarik perhatian Leon?"Perlu Kak Kai tahu, Alea tidak pernah meniru kak Aeris," sahut Alea terdengar dingin."Tapi, Alea—""Sudahlah, Alea mau pergi dulu." "Baiklah, hati-hati." Kai memerhatikan punggung Alea yang terlihat semakin menjauh. Kemudia
Read more

107. Kabar Mengejutkan

Leon pun memesan menu yang sama untuk Alea. Mereka saling bicara sambil menunggu pesanan datang. Namun, Alea terlihat lebih banyak bicara dari pada Leon. Gadis itu menceritakan kehidupannya sebagai seorang pianis terkenal. Leon hanya menanggapi sesekali, itu pun kalau dia ingin."Selamat menikmati makanan di resto kami."Leon mengerutkan dahi, lagi-lagi suara itu terdengar tidak asing di telinganya."Aeris, kangen. Bagaimana kabarmu?" Meeta tiba-tiba memeluk Alea dengan erat. Darah di dalam tubuh Alea seketika mendidih. Dia tidak suka jika Meeta menganggapnya sebagai Aeris. Dia pun segera melepaskan diri dari dekapan wanita berambut pirang itu."Maaf, sepertinya Anda salah orang," ucapnya terdengar ketus.Meeta memperhatikan Alea dari atas sampai bawah. Gadis yang duduk di hadapannya benar-benar mirip dengan Aeris. Dia pikir Leon datang bersama Aeris, tapi ternyata bersama gadis lain. Meeta pun beralih menatap Leon, bermaksud meminta penjelasan, tapi Leon malah asyik menikmati makana
Read more

108. Muka Tembok!

Masih ada waktu enam hari sebelum sidang putusan cerai Aeris dan Leon digelar. Leon terus meyakinkan diri jika dia masih memiliki banyak waktu untuk mencari Aeris. Leon merasa sangat kecewa karena Aeris pergi meninggalkannya begitu saja, tapi dia merasa lebih kecewa pada diri sendirinya.Seharusnya Aeris memberi tahu dirinya kalau sedang hamil. Seharusnya sejak awal dia menuruti perintah Hana untuk mencari Aeris. Seharusnya ....Stop! Leon tidak ingin berandai-andai lagi. Tidak ada gunanya dia menyesali semuanya. Lebih baik dia segera mencari Aeris dan meminta wanita itu untuk tinggal lagi di sisinya.Meski terlambat, Hana merasa sangat besyukur karena Leon akhirnya mau mencari Aeris. Apa lagi Leon mengatakan jika Aeris sedang mengandung. Anne pun turut senang mendengarnya, tapi dia masih kesal karena Leon baru mencari Aeris sekarang."Kalau sampai terjadi sesuatu dengan Aeris. Kau orang kedua yang akan aku bunuh setelah Alea, Leon!" ancam Anne terdengar serius.Leon malah memutar bo
Read more

109. Memeluk Kesunyian

Alea mendengkus kesal lantas berbalik menatap lelaki yang berdiri tepat di belakangnya dengan malas. "Siapa yang membuat keributan, aku hanya ingin mengantar bekal makan siang untuk Leon."Brian mengembuskan napas panjang. "Berhentilah mengirim bekal makan siang karena Leon tidak pernah memakan makanan buatanmu, Alea."Kata-kata yang keluar dari mulut Brian terdengar sangat pedas dan menohok perasaan Alea karena Leon selama ini memang tidak pernah memakan bekal dari gadis itu."Aku tidak peduli. Aku tidak akan menyerah untuk mendapatkan hati Leon lagi." "Berhentilah, Alea. Aku kasihan padamu, Leon tidak akan pernah kembali lagi bersamamu karena dia sangat mencintai Aeris.""Bohong!" bantah Alea. "Sebentar lagi kak Aeris dan Leon akan segera bercerai. Aku yakin setelah ini Leon akan kembali ke pelukanku."Brian malah menyeringai. "Kamu terlalu percaya diri, Alea. Apa kamu tahu kenapa Leon sekarang rela meninggalkan pekerjaannya?"Alea tanpa sadar menggelengkan kepala. Setahu dia, Leon
Read more

110. Titik Cerah

Leon mengembuskan napas panjang. Harus ke mana lagi dia mencari Aeris? Leon merasa sangat lelah, bahkan nyaris menyerah. Namun, bayangan Aeris yang ketakutan dan hidup sendirian di luar sana kembali melintas di pikirannya. Sejak kecil Aeris sudah sangat menderita karena sering mendapat perlakuan kasar dari Kris. Sekarang, sudah waktunya bagi dirinya untuk membahagiakan Aeris sesuai dengan janji yang telah dia ucapakan di hadapan Tuhan, pada Hana, pun pada dirinya sendiri. "Aku tidak boleh menyerah." Leon seolah-olah mendapat kekuatan besar untuk mencari Aeris lagi.Dia menghentikan mobilnya karena lampu tepat menyala merah. Para pedagang asongan segera mendekati beberapa mobil yang berhenti untuk menawarkan dagangan mereka, termasuk mobilnya. Anak-anak jalanan pun mulai memainkan alat musik sederhana yang mereka bawa. Penampilan mereka terlihat begitu kusam dan kotor. Seharusnya, anak seusia mereka sedang memperhatikan guru yang sedang menyampaikan materi pelajaran di kelas. Namun, m
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status