Leon pun memesan menu yang sama untuk Alea. Mereka saling bicara sambil menunggu pesanan datang. Namun, Alea terlihat lebih banyak bicara dari pada Leon. Gadis itu menceritakan kehidupannya sebagai seorang pianis terkenal. Leon hanya menanggapi sesekali, itu pun kalau dia ingin."Selamat menikmati makanan di resto kami."Leon mengerutkan dahi, lagi-lagi suara itu terdengar tidak asing di telinganya."Aeris, kangen. Bagaimana kabarmu?" Meeta tiba-tiba memeluk Alea dengan erat. Darah di dalam tubuh Alea seketika mendidih. Dia tidak suka jika Meeta menganggapnya sebagai Aeris. Dia pun segera melepaskan diri dari dekapan wanita berambut pirang itu."Maaf, sepertinya Anda salah orang," ucapnya terdengar ketus.Meeta memperhatikan Alea dari atas sampai bawah. Gadis yang duduk di hadapannya benar-benar mirip dengan Aeris. Dia pikir Leon datang bersama Aeris, tapi ternyata bersama gadis lain. Meeta pun beralih menatap Leon, bermaksud meminta penjelasan, tapi Leon malah asyik menikmati makana
Read more