Semua Bab Menikah Dengan Keponakan: Bab 111 - Bab 120

127 Bab

111. Akhirnya Aku Menemukanmu

Aeris mengusap sudut matanya yang berair setelah melihat foto USG kandungannya. Dua kacang kecilnya tumbuh sehat di dalam rahimnya. Aeris begitu terharu karena dia sebentar lagi akan menjadi seorang ibu. Dia akan berusaha menjaga kacang kecilnya dengan baik sampai lahir ke dunia.Setelah memeriksakan kandungan, Aeris mampir ke minimarket untuk membeli susu khusus ibu hamil dan kebutuhan dapur yang lain. Aeris biasanya selalu membeli susu rasa vanila, tapi entah kenapa dia sekarang melilih susu rasa pisang. Mungkin calon buah hatinya sedang ingin minum susu favorit ayahnya. "Ah ...." Aeris mendesah panjang karena lagi-lagi memikirkan Leon. Dia harus membiasakan diri hidup tanpa Leon mulai sekarang. Dia harus bisa.Ponsel Aeris yang berada di dalam tas tiba-tiba sjaa bergetar saat dia sedang asyik memilih buah. Aeris pun segera mengambil ponselnya.Senyum tipis menghiasi bibirnya ketika melihat pesan dari Alea.Aeris hanya memberi tahu nomor ponsel yang baru dan tempat tinggalnya yang
Baca selengkapnya

112. Harapan di Tengah Ujian

Aeris meringis sambil memegangi perut bagian bawahnya yang terasa sangat sakit. Cairan anyir berwarna merah kental keluar dari tubuh bagian bawahnya, menggenang mengotori lantai. Aeris ingin memanggil Leon agar berhenti memarahi Alea, tapi perut bagian bawahnya semakin terasa sakit. Aeris takut terjadi sesuatu yang buruk pada kedua kacang kecilnya.'Tuhan, selamatkan bayiku.'Leon begitu terkejut melihat darah yang merembes di kaki Aeris. Wajah Aeris terlihat sangat pucat, keringat dingin pun keluar membasahi tubuhnya."Bangsat! Aku bersumpah akan membunuhmu jika terjadi sesuatu pada Aeris dan calon buah hati kami, Alea!" Leon mendorong Alea dengan cukup keras hingga mundur beberapa langkah.Wajah Alea pun tidak kalah pucat.Buah hati kami? Apa Aeris sedang hamil? Anak Leon?"Bertahanlah, Sayang. Aku akan membawamu ke rumah sakit." Leon meletakkan kedua tangannya di antara punggung dan lutut Aeris."Erngh ...." Aeris kembali merintih. "Le-Leon, sakit.""Bertahanlah, Sayang ...." Air m
Baca selengkapnya

113. Miracle

Bunyi berisik yang berasal dari dapur memaksa Leon untuk membuka mata. Dia meraba-raba samping tempat tidur dengan wajah mengantuk. Aeris sudah tidak ada di sampingnya. Istrinya itu pasti sedang sibuk memasak di dapur sekarang.Leon tidak pernah menyangka keajaiban itu nyata dan benar adanya. Beberapa bulan yang lalu dia nyaris kehilangan Aeris untuk selama-lamanya. Namun, Aeris ternyata wanita yang benar-benar kuat. Dia berjuang sangat keras agar tetap hidup demi mempertahankan buah hatinya.Leon pun beranjak lantas bersandar di daun pintu dapur sambil memperhatikan Aeris yang sedang membuat omelete sambil bersenandung kecil. Rambut hitam Aeris diikat asal, menyisakan beberapa helai anak rambut yang menutupi leher jenjangnya. Perut yang sudah besar tidak menyulitkan Aeris untuk menyiapkan sarapan. Padahal dia sudah berulang kali melarang Aeris memasak, apa lagi mengerjakan pekerjaan rumah. Namun, Aeris sangat keras kepala. Istrinya itu selalu saja membantah perintahnya.Sepasang tang
Baca selengkapnya

114. Bidadari Tak Bersayap

Alea mengangkat kepala perlahan, menatap seorang wanita yang sedang tersenyum hangat kepada dirinya. Entah kenapa senyum wanita itu begitu melukai hatinya. Rasanya seperti ada pisau tumpul yang menyayat hatinya, sakit karena penyesalan yang begitu dalam."Hari ini kakak masak kari ayam dan sambal goreng tempe, semoga kamu suka, ya?" Aeris sering datang mejenguk Alea dan membawa makanan. Namun, Alea selalu menolak makanan yang dia bawa, bahkan tidak mau menanggapi ucapannya.Aela tertegun, di antara semua orang yang pergi menjauh hanya Aeris satu-satunya yang masih peduli pada dirinya. Padahal dia sudah menyakiti Aeris begitu dalam, bahkan pernah menyuruh Aeris untuk pergi meninggalkan Leon. Ternyata Aeris bukan wanita bodoh seperti yang dia pikirkan. Aeris wanita yang amat sangat baik. Dia bahkan rela menghancurkan kebahagiaanya sendiri demi kebahagian orang lain. Terbuat dari apa hati Aeris sebenarnya?"Hari ini papa pergi ke kantor seperti biasa, mama Azura selalu sibuk dengan teman
Baca selengkapnya

115. Wanita Pilihan

Tidak ada hal lain yang bisa membuat Leon bahagia selain memiliki pendamping hidup wanita sebaik Aeris. Sekarang, wajah Aerislah yang akan selalu dia lihat saat pertama kali membuka mata, pun sebelum tidur. Tidak ada hal lain yang lebih membahagiakan bagi Leon dari pada hal itu. Apa lagi si kembar akan lahir ke dunia. Tangis mereka akan menambah ramai suasana keluarga kecilnya.Leon mengerjabkan kedua matanya perlahan karena sinar matahari yang masuk melalui celah-celah tirai di dalam kamar jatuh mengenai wajah tampannya. Aeris masih tertidur lelap di sampingnya. Wajah istrinya itu terlihat sangat menggemaskan dan polos saat tidur.Aeris biasanya sudah sibuk menyiapkan sarapan untuk mereka di dapur sekarang. Akan tetapi wanita itu malah masih tidur. Aeris mungkin lelah karena kandungannya yang sudah semakin membesar. Leon pun jadi tidak tega untuk membangunkannya.Leon mengecup kening Aeris sekilas sebelum turun dari atas tempat tidur. Dia turun dengan hati-hati karena takut membangun
Baca selengkapnya

116. Berdamai dengan Masa Lalu

Ada sekitar dua puluh wanita yang sedang antre memeriksakan kandungan seperti Aeris. Beruntung Aeris mendapat nomor awal sehingga dia tidak perlu menunggu terlalu lama agar bisa pulang lebih cepat.Aeris pun memberi tahu Leon kalau dia sudah selesai memeriksa kandungan. Beruntung Leon baru saja selesai rapat. Dia menanyakan bagaimana perkembangan si kembar dan segera meluncur ke rumah sakit untuk menjemput Aeris sesuai janjinya.Aeris menunggu Leon di tempat pengambilan obat sambil melihat potret si kembar yang masih berada di dalam kandungan. Aeris dan Leon sebenarnya sudah bisa mengetahui jenis kelamin calon buah hati mereka. Namun, mereka sengaja tidak bertanya ke dokter karena bagi mereka anak laki-laki atau pun perempuan sama saja. Aeris dan Leon ingin buah hati mereka sehat dan lahir ke dunia dengan selamat tanpa kekurangan suatu apa pun.Seorang lelaki yang memakai kemeja hitam dan celana bahan berwarna senada tiba-tiba duduk di samping Aeris. Lelaki itu tersenyum ketika meliha
Baca selengkapnya

117. Kabar Mengejutkan

Aeris mendesah panjang. "Oh ayolah, Kai. Di dunia ini tidak ada yang sempuna. Mau sampai kapan kamu mendiamkan Alea? Apa kamu tidak bisa memaafkan kesalahannya?"Kai mengangkat kedua bahunya ke atas. "Entahlah, aku hanya ingin memberi Alea pelajaran supaya berhenti berbuat jahat.""Tapi Alea adikmu juga, Kai. Aku bisa melihat dengan jelas kalau Alea sangat menyesal dan merindukan kalian setiap kali aku menjenguknya di rumah sakit. Alea sudah cukup menderita karena merindukan kalian. Aku mohon, temuilah dia."Kai menoleh agar bisa menatap Aeris yang duduk tepat di sebelahnya. "Aku heran sekali sama kamu, Aeris. Kenapa kamu masih bisa peduli pada orang yang jelas-jelas sudah berbuat jahat sama kamu?""Ada tiga hal di dunia ini yang menurutku sulit untuk dilakukan. Pertama, mengucapkan terima kasih kalau mendapat bantuan dan meminta maaf kalau salah. Kedua, mengikhlaskan sesuatu yang bukan menjadi milik kita. Ketiga, berbuat baik pada orang yang sudah berbuat jahat sama kita. Alea sudah
Baca selengkapnya

118. Salah Paham

Ada perasaan hangat yang menjalari hati Aeris melihat apa yang Kai lakukan pada Meeta. Dia turut bahagia setelah tahu kalau Kai dan Meeta telah menikah. Mereka bahkan sebentar lagi akan memiliki momongan. "Aku ucapkan selamat atas pernikahan kalian, juga kehamilan Meeta.""Terima kasih banyak, Aeris. Apa kamu juga sedang memeriksakan kandungan?"Aeris mengangguk."Sendirian?"Iya.""Leon, di mana?" Meeta menoleh ke kanan kiri mencari sahabatnya saat kuliah di Korea Selatan tersebut. Kai baru menyadari kalau dia sejak tadi tidak melihat Leon."Leon ada rapat, tapi dia sekarang sedang di jalan untuk menjemputku," jelas Aeris."Leon selalu saja mementingkan pekerjaannya. Awas saja kalau kamu seperti Leon!" Kai tanpa sadar menelan ludah mendengar ucapan Meeta barusan. "Mana mungkin aku seperti Leon, Sayang? Aku akan selalu menyempatkan diri menemanimu memeriksakan kandungan sesibuk apa pun aku.""Janji, ya? Awas saja kalau bohong.""Iya, Sayang."Aeris terkekeh melihat pasangan baru yang
Baca selengkapnya

119. Cemburu Buta

Brian terkejut karena Leon tiba-tiba masuk ke dalam ruangannya dan membanting pintu dengan cukup keras. Padahal Leon tadi mengatakan ingin menjemput Aeris di rumah sakit sekalian pulang dan tidak akan kembali ke kantor.Brian pun berdiri lantas menghampiri Leon yang sedang membolak-balik berkas di tangan dengan kasar. Napas Leon terdengar tidak beraturan, menahan cemburu dan amarah yang sudah berkumpul di dalam dadanya"Kau tadi bilang mau ngabisin waktu berdua dengan Aeris di rumah. Kenapa kamu malah balik ke kantor, Leon?""Ingin saja," jawab Leon malas.Brian memperhatikan Leon dengan lekat, sepertinya suasana hati sahabatnya itu sedang tidak baik. "Apa kau bertengkar dengan Aeris?"Leon menggeleng pelan."Lalu?"Leon mengempaskan punggung ke kursi lalu memijit pelipisnya yang tiba-tiba terasa penat. Sepenat hatinya sekarang. "Aku tadi lihat Aeris pelukan sama Kai," ucapnya lirih.Mulut Brian sontak menganga lebar. "A-apa?! Kai?!" Calon kakak ipar? Imbuhnya dalam hati.Leon mengang
Baca selengkapnya

120. Mr. Idiot 2

Aeris mengerjapkan kedua matanya perlahan karena Leon menepuk lengannya pelan. "Maaf, aku ketiduran. Apa kamu baru pulang?" tanyanya dengan wajah mengantuk.Leon mengangguk."Kamu sudah makan belum? Kalau belum kita makan bersama, ya?""Aku tadi sudah makan bersama klien," ucap Leon tanpa merasa bersalah sedikit pun.Wajah Aeris seketika berubah sendu. Padahal dia sudah menunggu Leon hingga ketiduran di meja makan agar mereka bisa makan malam bersama, tapi Leon malah makan di luar bersama klien."Kamu mau mandi? Mau aku siapin air hangat, ya?"Leon menggeleng pelan. "Tidak perlu," jawabnya sambil berjalan ke kamar, meninggalkan Aeris sendirian di meja makan.Aeris menggigit bibir bagian bawahnya kuat-kuat untuk menahan air mata yang mendesak ingin keluar. Entah kenapa Aeris merasa kalau Leon bersikap dingin lagi pada dirinya. Apa dia telah berbuat salah?Aeris tanpa sadar menggelengkan kepala untuk mengusir pikiran buruknya barusan. Leon tidak mungkin bersikap dingin lagi pada dirinya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status