Share

85. Terlalu Naif

Penulis: Aeris Park
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Kamu dari mana saja, Alea? Kenapa baru pulang sekarang? Aku dengar konsermu sudah selesai jam delapan tadi."

Pertanyaan yang keluar dari mulut Kai menyambut Alea saat menginjakkan kaki di rumah. Gadis itu malah berjalan begitu saja tanpa menjawab pertanyaan dari kakaknya.

"Aku sudah mengurus paspor dan berkas kepindahanmu ke Amsterdam. Besok lusa kita berangkat."

Alea sontak berhenti melangkah. Sepasang mata bulat miliknya menatap Kai dengan sinis. Apa selama ini Kai tahu suami Aeris adalah Leon?

"Kak Kai terlalu naif."

"Ma-maksudmu apa bicara seperti itu, Alea?" Kai sangat terkejut mendengar ucapan Alea barusan.

Alea malah menyeringai. "Kak Kai pasti sudah tahu kalau suami kak Aeris itu Leon, kan? Apa ini yang membuat Kak Kai menyuruh Alea meninggalkan Indonesia?"

Kai tersentak, rahangnya pun mengatup rapat. Apa Alea sudah tahu jika Leon adalah suami Aeris?

"Alea sudah tahu semuanya. Kenapa Kak Kai masih bisa bersikap biasa saja padahal hati Kakak hancur melihat kak Aeris bersama Le
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Menikah Dengan Keponakan   86. Janji Leon

    Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Namun, entah kenapa kedua mata Aeris sulit sekali untuk dipejamkan. Perasaan Aeris mendadak tidak tenang sejak pulang dari restoran karena memikirkan hubungan antara Leon dan Alea. Masih tergambar jelas di ingatan Aeris bagaiamana ekspresi Alea saat menceritakan mantan kekasihnya di rumah sakit seminggu yang lalu. Saat itu Alea terlihat sangat kacau. Amarah dan kekecewaan terpancar jelas dari kedua sorot matanya. Aeris bisa melihat dengan jelas jika Alea amat sangat mencintai mantan kekasihnya, dan dia baru tahu jika mantan kekasih Alea ternyata Leon, suaminya sendiri."Ya Tuhan ...." Aeris menekan dadanya kuat-kuat. Alea sudah kehilangan bayinya, gadis itu pasti terpuruk jika kehilangan seseorang yang sangat dicintainya. Sebagai seorang kakak, Aeris tidak ingin melihat Alea kembali terpuruk. Haruskah dia menghancurkan pernikahannya sendiri demi Alea?Namun, di lain sisi Aeris tidak ingin pernikahannya berakhir dengan perceraian seperti yang

  • Menikah Dengan Keponakan   87. Penyesalan Azura

    "Alea di mana, Kai? Kenapa dia belum turun?" tanya Kris saat mereka sarapan bersama di ruang makan."Kai tidak tahu, Pa. Mungkin Alea masih tidur."Kris melirik benda mungil bertali yang melingkari pergelangan tangan kirinya. Aneh sekali Alea belum bangun padahal sekarang sudah jam tujuh. "Ada hal penting yang ingin papa katakan pada Alea, suruh dia turun."Azura sontak berhenti memakan nasi gorengnya. Keningnya berkerut dalam menatap lelaki yang sudah menjadi pendamping hudupnya selama hampir tiga puluh tahun tahun lamanya. Azura tidak tahu hal penting apa yang ingin Kris bicarakan dengan Alea. "Mas ingin membicarakan hal penting apa sama Alea?"Kris meletakkan sendok kemudian menopang dagu dengan kedua tangan yang terlipat di atas meja. "Aku setuju dengan keputusan Kai untuk mengirim Alea kembali ke Amsterdam."Tubuh Azura menegang mendengae ucapan Kris barusan. "Aku tidak setuju Mas, Alea baru saja kembali ke Indonesia. Kenapa Mas ingin mengirim Alea kembali ke Amsterdam?"Azura

  • Menikah Dengan Keponakan   88. Kabur

    Alea menyantap sarapannya dengan lahab, sepiring nasi goreng dengan lauk telur mata sapi di rumah Brian. Pagi-pagi sekali, gadis itu pergi ke rumah Brian sambil membawa koper kecil berisi pakaian. Alea tidak ingin pergi ke Amsterdam karena masih ada yang perlu dia perjuangkan di Indonesia. Cintanya, pada seorang lelaki bernama Chandra Yasodana Leon.Brian bersedekap sambil menatap Alea dengan lekat. Kemarin malam Alea terlihat sangat menyedihkan, menangis tersedu-sedu seperti orang kesurupan di restoran, tapi gadis itu sekarang terlihat baik-baik saja. Apa setan di tubuh Alea sedang pergi jalan-jalan?"Kenapa kamu menatapku seperti itu, Brian?" tanya Alea karena merasa risih diperhatikan."Bagaimana perasaanmu sekarang? Apa kamu sudah merasa lebih baik?"Alea menarik napas panjang lantas meletakkan sendok karena nasi gorengnya sudah habis."Mau tambah lagi?"Alea menggeleng. "Tidak, aku sudah kenyang, terima kasih untuk sarapannya."Brian mengangguk. Sebenarnya ada perlu apa Alea pagi

  • Menikah Dengan Keponakan   89. Bertemu Azura

    Aeris memoles make up sedikit tebal untuk menutupi wajahnya yang terlihat sedikit pucat. Aeris sebenarnya merasa kurang enak badan, tapi Kris meminta untuk bertemu dan dia tidak enak jika menolak."Kalau kamu merasa kurang enak badan, lebih baik tidak usah memaksa pergi. Papa pasti mengerti."Aeris menggeleng. "Katanya ada hal penting yang ingin papa sampaikan, aku tidak enak jika menolak." Leon menghela napas, lalu mengusap keringat dingin yang membasahi kening Aeris. "Baiklah, kalau kamu merasa nggak kuat, bilang. Aku akan minta izin ke papa untuk pulang lebih dulu."Aeris mengangguk.Lagi-lagi Leon menghela napas. Aeris seolah-olah membangun dinding tidak kasat mata di antara mereka. Apa Aeris masih kecewa pada dirinya?Entahlah, Leon tidak tahu. Dia ingin hubungannya dan Aeris kembali seperti dulu, saat Aeris belum mengetahui jika Alea adalah mantan kekasihnya. Begitu manis, hingga membuat cokelat dan es krim iri melihat hubungan mereka.Leon mengirim pesan pada Brian jika dia ha

  • Menikah Dengan Keponakan   90. Memaafkan Atau Balas Dendam

    Azura merasa sangat terkejut mendengar ucapan Aeris barusan, begitu pula dangan Leon dan Kris. Hati Azura terasa begitu sakit mendengarnya. Namun, rasa sakit yang dia rasakan tidak sebanding dengan apa yang sudah dia lakukan pada Aeris dan Aileen. Azura memang pantas mendapatkan semua itu.Kristal bening itu meluncur begitu saja membasahi pipi Azura. Penyasalan dan rasa bersalah tergambar jelas di wajahnya. "Saya mengaku salah. Saya sungguh-sungguh minta maaf, Aeris. Saya mohon maaf," ucapnya di sela isak tangisnya.Aeris memejamkan kedua matanya perlahan karena pesan Aileen sebelum meninggal tiba-tiba melintas di ingatan.'Jaga diri baik-baik dan tetap sehat.''Aeris anak mama yang paling cantik dan baik, jangan pernah membenci papa, karena bagaimana pun juga dia papa kamu.''Jangan menjadi seorang pendendam, maafkan semua kesalahan orang-orang yang telah menyakitimu.''Janji, ya?'Aeris membuka kedua matanya perlahan. Aileen tidak ingin dia hidup menjadi seorang pendendam. Haruskah

  • Menikah Dengan Keponakan   91. Gadis Tak Tahu Diri

    "Alea, bangun!" Brian menguncang tubuh Alea yang tidur di sofa pojok di dalam ruangannya."Erngh ...." Alea mengerang tertahan karena merasa tidurnya terganggu.Brian mengela napas panjang lalu berjongkok tepat di depan Alea dan memperhatikan wajah gadis itu dengan lekat. Alea ternyata ridak kalah cantik dari Aeris, pikir Brian. Gadis itu memiliki mata bulat, hidung bangir, dan bibir tipis berwarna merah alami. Namun, sifat Alea sangat bertolak belakang dengan Aeris. Gadis itu sangat keras kepala. Seperti batu."Sudah puas liatin akunya?"Brian tersentak. Dia refleks mundur saat mendengar suara Alea. Apa gadis itu sudah bangun?"Sudah puas belum?" tanya Aela sambil mendudukkan diri di sofa.Wajah Brian sontak memerah, jantung pun berdetak dua kali lebih cepat karena ketahuan sedang memperhatikan Alea. Alea terkikik geli melihat pipi Brian yang bersemu merah, seperti buah tomat. Sedikit pun dia tidak pernah menyangka sahabat baik Leon itu ternyata memiliki rasa pada dirinya."Mungkin

  • Menikah Dengan Keponakan   92. Kejutan Untuk Aeris

    Aeris membungkukkan badan sekilas untuk balas menyapa orang yang bertemu dengannya di lobi. Hari ini dia terpaksa pulang dari butik sendirian karena Leon tidak bisa menjemput. Apartemen Leon yang semula gelap seketika berubah terang katika dia menekan saklar lampu yang berada di belakang pintu.Kening Aeris berkerut dalam melihat sebuah kotak berukuran sedang yang tergeletak di depan pintu. Dia pun berjongkok lantas membuka kotak dengan hiasan pita berwarna merah muda tersebut.Aeris tercengang, mulutnya seketika menganga lebar ketika melihat isi kotak tersebut. Isinya sepasang stiletto berwarna merah yang sangat indah. Apa stiletto ini untuknya?Aeris meraih sebuah kertas kecil yang terselip di dalam kotak tersebut. Kedua matanya tampak begitu serius membaca sederet kalimat yang tertulis di kertas berwarna biru muda itu. 'Selamat malam, istriku. Kalau kamu sudah menemukan kotak ini berarti kamu sudah pulang. Bagaimana stiletto-nya? Apa kamu suka?'~Leon~Aeris mengangguk, senyum bah

  • Menikah Dengan Keponakan   93. Hadiah Manis^^

    Aeris pun balas tersenyum lantas melemparkan diri ke dalam dekapan lelaki tersebut. Leon memeluk Aeris dengan begitu erat sambil mengecup puncak kepala Aeris dengan penuh sayang. Dia sangat suka menghirup aroma apel manis yang menguar dari tubuh Aeris. Aroma yang sangat menenangkan sekaligus membuat jantungnya berdebar. "Terima kasih untuk semua hadiahnya, Leon. Aku sangat menyukainya," ucap Aeris di dalam dekapan Leon."Sama-sama, Istriku. Jangan pernah pergi meninggalkanku apa pun yang terjadi," ucap Leon sambil mengecup puncak kepala Aeris dalam-dalam. Dia benar-benar takut kehilangan Aeris."Janji?" Aeris mengangguk. Kali ini dia ingin egois karena Leon adalah suaminya. Lelaki yang sudah Tuhan takdirkan untuk menjadi pendamping hidupnya. Aeris amat sangat mencintai Leon, begitu pula sebaliknya. Tidak ada salahnya kan, kalau dia ingin mempertahankan pernikahannya?"Aku berjanji," jawabnya.Leon sontak mengembuskan napas lega setelah mendengar jawaban yang keluar dari bibir mungil

Bab terbaru

  • Menikah Dengan Keponakan   127. Baby Twins ~end

    Seorang dokter dan empat orang perawat akan membantu proses persalinan Aeris. Mereka semua perempuan karena Leon tidak ingin Aeris ditangani oleh dokter maupun perawat laki-laki. Dia memang possesive."Tarik napas panjang Sayang, embuskan." Leon berusaha menenangkan Aeris meskipun dia sendiri juga panik karena sebentar lagi Leon junior akan lahir ke dunia."Kenapa kamu membuatku hamil, Leon? Aduh, rasanya sakit sekali!" Aeris menarik rambut Leon kuat-kuat hingga membuat Leon meringis kesakitan."Aduh, Sayang, sakit!"Aeris terus mengaduh kesakitan. Perutnya seperti akan terbelah karena suatu di dalam sana berusaha merangkak keluar. Sepasang bayi kembar, kacang kecilnya.Aeris tanpa sadar meremas tangan Leon semakin erat karena perutnya benar-benar terasa sakit."Aduh, Sayang, sakit. Jangan meremas tanganku terlalu kuat!"Aeris tidak peduli Leon meringis kesakitan karena perutnya benar-benar sakit."Tarik napas panjang dan keluarkan perlahan-lahan."Aeris pun mengikuti perintah dokter.

  • Menikah Dengan Keponakan   126. I'm Sorry, Honey

    Leon tersenyum tipis. Sangat tipis dan nyaris tidak terlihat. Penyesalan, rasa bersalah, juga rindu yang teramat dalam terpancar jelas dari kedua sorot matanya saat menatap Aeris."Pizza pesanan Anda sudah datang, Nona."Aeris menepis pizza di tangan Leon dengan kasar lantas melemparkan diri dalam dekapan lelaki itu. Tangis Aeris seketika pecah. Dia sangat mencintai Leon dan tidak ingin berpisah dengan lelaki itu."Aku tidak ingin berpisah denganmu, Leon. Aku mohon, jangan pernah ceraikan aku," gumam Aeris dengan suara gemetar.Leon menarik napas panjang. Hatinya begitu sakit melihat air mata yang membasahi pipi Aeris. Leon merasa sangat menyesal sudah menyakiti Aeris dan membuat wanita yang dia cintai itu menangis."Aku takut sekali karena kamu tiba-tiba tidak peduli dan bersikap dingin lagi kepadaku, Leon. Aku nyaris gila karena memikirkan nasib pernikahan dan buah hati kita. Aku takut kamu akan menceraikanku ....""Maaf," ucap Leon sambil mengecup puncak kepala Aeris berkali-kali.

  • Menikah Dengan Keponakan   125. Penyesalan Leon

    Leon menghela napas panjang. "Aku pikir pernikahanku dan tante Aeris akan berjalan baik-baik saja dan berakhir bahagia sampai maut memisahkan kami berdua. Tapi kenyataannya tidak, tante Aeris ternyata mencintai lelaki lain."Meeta terhenyak medengar ucapan Leon barusan. "Aeris tidak mungkin mencintai lelaki lain, Leon. Sebagai sesama perempuan aku bisa melihat dengan jelas kalau Aeris sangat mencintai kamu."Leon mengangkat kedua bahunya ke atas, kesedihan dan kekecewaan terpancar jelas dari kedua sorot matanya. "Terserah kalau kamu tidak percaya. Tapi aku lihat dengan mata kepalaku sendiri kalau tante Aeris sedang berpelukan mesra dengan lelaki lain.""Memangnya kamu tahu siapa lelaki yang dicintai Aeris?"Leon mengangguk."Siapa?" tanya Meeta ingin tahu."Aku malas menyebut namanya. Terima kasih banyak sudah mau mengobati lukaku, Meeta."Meeta mengangguk. "Sama-sama. Sebaiknya selesaikan masalahmu dengan Aeris baik-baik. Aku harap kalian tidak akan pernah berpisah."Leon mengangguk

  • Menikah Dengan Keponakan   124. Lelaki Paling Bodoh

    Aerin hanya bisa diam melihat Setya yang memukul Leon karena dia juga kecewa dengan keputusan putra sulungnya itu.Leon mendesis sambil mengusap sudut bibirnya yang mengeluarkan sedikit darah. Rasanya sangat perih bercampur dengan ngilu. Rahangnya pun seolah-olah patah karena pukulan Setya sangat keras. "Untuk anak, Papa tenang saja. Leon akan tetap tanggung jawab."Rahang Setya semakin mengeras. "Anak bodoh! Tolol! Pernikahan itu bukan main-main, Leon!""Leon tidak pernah mempermainkan pernikahan, tapi tante Aeris yang telah mempermainkan perasaan Leon. Ugh...!" Leon memegangi perutnya karena Setya tiba-tiba menendangnya dengan cukup keras."Anak bodoh! Selama dua puluh lima tahun menikah papa selalu berusaha membuat mamamu jangan sampai meneteskan air mata, tapi kamu malah tega membuat Aeris menangis. Di mana hatimu, Leon?""Hati Leon sudah lama mati.""Leon!" Setya menghajar Leon tanpa ampun untuk melampiaskan amarah sekaligus kekecewaannya. Leon tidak bisa melawan karena sang ayah

  • Menikah Dengan Keponakan   123. Mr. Idiot 3

    Hana berjalan cepat menghampiri Leon dan menggebrak meja dengan cukup keras hingga membuat cucu kesayangannya itu berjingkat kaget. Kedua mata Hana menatap Leon tajam, dadanya naik turun menahan emosi yang siap untuk meledak."Kenapa Nenek datang ke kantor Leon?" tanya Leon berusaha tetap tenang."Kenapa kamu ingin menceraikan Aeris, Leon? Apa kamu sudah kehilangan akal?"Leon tanpa sadar menelan ludah, terkejut karena Hana tahu kalau dia ingin menceraikan Aeris. "Da-dari mana Nenek tahu?""Aeris sudah menceritakan semuanya sama nenek. Kamu itu sudah dewasa, Leon. Masalah itu harus dihadapi dan diselesaikan dengan baik-baik. Jangan malah lari seperti seorang pengecut."Leon mengembuskan napas kasar sebelum bicara. "Untuk apa Leon mempertahankan pernikahan ini kalau tante Aeris tidak sungguh-sungguh mencintai Leon, Nek?"Mulut Hana sontak menganga lebar. "Kamu benar-benar bodoh, Leon. Aeris itu cinta mati sama kamu. Kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu?"Leon malah mendengkus. "Nene

  • Menikah Dengan Keponakan   122. Stres!!!

    "Sshh ...." Aeris memegangi kepalanya yang terasa berdenyut lalu menarik napas dalam-dalam karena perutnya tiba-tiba saja terasa kram. Semoga kacang kecilnya baik-baik saja.Aeris kembali menarik napas panjang, tapi rasa sakit di perutnya tidak mau hilang. Sakitnya malah semakin menjadi-jadi. Dia pun meraih ponselnya yang ada di atas meja karena ingin menghubungi Leon.Namun, nomor Leon lagi-lagi tidak aktif. Aeris pun beranjak ke kamar karena ingin beristirahat, akan tetapi dia tidak sanggup berdiri karena kedua kakinya terasa sangat lemas. Aeris ingin meminta tolong pada Bik Ijah, tapi dia lupa kalau asisten rumah tangganya itu sedang izin pulang kampung. Aeria benar-benar sendirian di rumah.Aeris ingin meminta tolong pada Anne, tapi dia tidak jadi melakukannya karena sahabatnya itu pasti lelah setelah mengurus butik sendirian. Aeris tidak mungkin minta tolong Sean karena cowok itu sedang fokus belajar untuk mengukuti ujian.Aeris merintih karena perutnya semakin terasa sakit. Dia

  • Menikah Dengan Keponakan   121. Keputusan Bodoh

    Tangis Aeris seketika pecah. Mimpi buruk yang dia jalani di awal pernikahannya dan Leon kembali terulang. Namun, mimpi buruknya kali ini terasa lebih menyakitkan karena ada nyawa yang sedang tumbuh di dalam rahimnya.Kenapa Tuhan kembali memberi ujian saat dia baru saja meneguk manisnya pernikahan bersama Leon?Kenapa?"Tuhan, tolong selamatkan pernikahanku," gumamnya terdengar pilu.***Tidak ada satu orang pun yang tahu jika ada badai yang menerpa rumah tangga Aeris dan Leon. Pernikahan mereka seolah-olah terlihat baik-baik saja dan tidak ada masalah apa pun yang terjadi di antara mereka. Aeris benar-benar menyimpan masalahnya dengan rapat. Dia memendam rasa sakit itu sendirian karena tidak ingin membuat orang-orang di sekitarnya khawatir.Namun, pertahanan seketika Aeris hancur karena menemukan sebuah surat yang tergeletak di atas meja kerja Leon. Rasanya seperti ada sesuatu yang menghantam dadanya dengan sangat kuat hingga membuatnya kesulitan bernapas. Dadanya sesak.Tubuh Aeris

  • Menikah Dengan Keponakan   120. Mr. Idiot 2

    Aeris mengerjapkan kedua matanya perlahan karena Leon menepuk lengannya pelan. "Maaf, aku ketiduran. Apa kamu baru pulang?" tanyanya dengan wajah mengantuk.Leon mengangguk."Kamu sudah makan belum? Kalau belum kita makan bersama, ya?""Aku tadi sudah makan bersama klien," ucap Leon tanpa merasa bersalah sedikit pun.Wajah Aeris seketika berubah sendu. Padahal dia sudah menunggu Leon hingga ketiduran di meja makan agar mereka bisa makan malam bersama, tapi Leon malah makan di luar bersama klien."Kamu mau mandi? Mau aku siapin air hangat, ya?"Leon menggeleng pelan. "Tidak perlu," jawabnya sambil berjalan ke kamar, meninggalkan Aeris sendirian di meja makan.Aeris menggigit bibir bagian bawahnya kuat-kuat untuk menahan air mata yang mendesak ingin keluar. Entah kenapa Aeris merasa kalau Leon bersikap dingin lagi pada dirinya. Apa dia telah berbuat salah?Aeris tanpa sadar menggelengkan kepala untuk mengusir pikiran buruknya barusan. Leon tidak mungkin bersikap dingin lagi pada dirinya

  • Menikah Dengan Keponakan   119. Cemburu Buta

    Brian terkejut karena Leon tiba-tiba masuk ke dalam ruangannya dan membanting pintu dengan cukup keras. Padahal Leon tadi mengatakan ingin menjemput Aeris di rumah sakit sekalian pulang dan tidak akan kembali ke kantor.Brian pun berdiri lantas menghampiri Leon yang sedang membolak-balik berkas di tangan dengan kasar. Napas Leon terdengar tidak beraturan, menahan cemburu dan amarah yang sudah berkumpul di dalam dadanya"Kau tadi bilang mau ngabisin waktu berdua dengan Aeris di rumah. Kenapa kamu malah balik ke kantor, Leon?""Ingin saja," jawab Leon malas.Brian memperhatikan Leon dengan lekat, sepertinya suasana hati sahabatnya itu sedang tidak baik. "Apa kau bertengkar dengan Aeris?"Leon menggeleng pelan."Lalu?"Leon mengempaskan punggung ke kursi lalu memijit pelipisnya yang tiba-tiba terasa penat. Sepenat hatinya sekarang. "Aku tadi lihat Aeris pelukan sama Kai," ucapnya lirih.Mulut Brian sontak menganga lebar. "A-apa?! Kai?!" Calon kakak ipar? Imbuhnya dalam hati.Leon mengang

DMCA.com Protection Status