Semua Bab Menikah Dengan Keponakan: Bab 51 - Bab 60

127 Bab

51. Saling Mengungkapkan Perasaan

Kristal bening itu jatuh begitu saja membasahi pipi Aeris. Gadis itu merasa amat sangat bahagia karena Leon akhirnya membalas perasaannya."Ke-kenapa kamu menangis?" tanya Leon panik karena melihat Aeris menangis. "Apa aku salah bicara?"Aeris menggeleng pelan. "Aku sangat bahagia, Leon, jawabnya di sela isak tangis.Leon tersenyum lantas mengusap air mata yang membasahi pipi Aeris. "Kalau bahagia kenapa menangis?""Aku menangis karena kamu akhirnya membalas perasaanku."Leon tersentak mendengar ucapan Aeris barusan. "Apa kamu juga mencintaiku?" tanyanya sambil menatap Aeris dengan pandangan tidak percaya.Aeris mengangguk."Sejak kapan?""Mungkin sejak dua bulan yang lalu," jawab Aeris ragu karena dia sendiri tidak ingat tepatnya kapan jatuh hati pada Leon."Serius?" tanya Leon untuk memastikan.Aeris mengangguk. Dia sendiri pun tidak pernah menyangka bisa jatuh cinta secepat ini pada Leon padahal keponakannya itu sangat menyebalkan dan sering membuatnya kesal. Cinta memang rumit dan
Baca selengkapnya

52. Membuatmu Percaya

Leon dan Aeris pun segera minum segelas air putih untuk menghilangkan rasa panas yang menjalar di kerongkongan mereka."Apa saya salah bertanya?" tanya Bunda Rara tidak enak.Leon mengatur raut wajahnya agar terlihat lebih tenang, Aeris pun melakukan hal yang sama."Em, tidak. Bunda do'akan saja, semoga kami segera diberi momongan. Iya kan, Sayang?" Aeris terkejut karena Leon tiba-tiba meraih jemari tangannya dan menggenggamnya dengan lembut. Apa dia tidak salah mendengar? Momongan? Apa Leon ingin segera mempunyai anak darinya? Wajah Aeris sontak bersemu merah. Apa dia sudah siap memberi hak Leon sebagai suami? "I-iya," jawabnya terbata-bata.Bunda Rara tersenyum hangat. "Saya pasti mendo'akan yang terbaik untuk kalian."Setelah makan, Leon membantu Aeris mencuci piring kotor di dapur. Namun, Leon tidak hanya membantu, dia terus saja menggoda Aeris hingga membuat gadis itu merasa malu sendiri."Bagaimana?" "Bagaimana apanya?" Aeris malah balik bertanya. Berusaha agar tidak terlihat
Baca selengkapnya

53. Bulan Madu

Leon membetulkan kaca mata hitamnya yang sedikit melorot lantas memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Di hadapannya terbentang laut biru yang sangat luas, Pantai Jimbaran namanya.Leon sebenarnya ingin mengajak Aeris berbulan madu ke luar negeri. Namun, karena keterbatasan waktu, dia hanya bisa mengajak gadis itu pergi ke Bali.Selain karena jaraknya yang dekat, Bali ternyata menjadi salah satu destinasi wisata yang dipilih oleh beberapa pasangan untuk berbulan madu, bahkan menggelar acara pernikahan. Latar belakang yang mempesona berupa pantai, tebing, dan laut membuat Bali menjadi tempat yang kuat akan kesan romantis dan cocok untuk bulan madu."Lautt ...!" teriak Aeris sambil memasukkan kakinya ke dalam air. Gadis itu terihat cantik memakai floral dress tanpa lengan berwarna kuning. Aeris sebenarnya ingin memakai bikini seperti pengunjung yang lain. Namun, Leon malah melarang karena lelaki itu tidak ingin tubuhnya dilihat oleh lelaki lain.Leon benar-benar menyebalkan!
Baca selengkapnya

54. Malam Pertama

Warning 21+Leon menatap Aeris yang berada di dalam dekapannya dengan lekat. Tatapan Leon perlahan-lahan turun, menatap bibir mungil milik Aeris yang berwarna merah alami itu dengan penuh minat.Pelan dia mendekat, menepis jarak di antara mereka. Aeris pun memejamkan kedua matanya saat bibir Leon menyentuh bibirnya. Lumatan Leon membuat Aeris merasa sesak napas karena rasa bahagia. Sapuan hangat lidah Leon yang menjelajahi rongga mulutnya membuat perut Aeris terasa seperti tergelitik, geli.Aeris tanpa sadar mencengkeram kemeja Leon sebagai pelampiasan karena terbuai akan ciuman Leon yang begitu memabukkan.Leon melepas pagutan bibirnya, memberi kesempatan Aeris untuk mengambil napas. Tangannya perlahan terangkat, mengusap bibir Aeris yang terlihat sedikit membengkak akibat ulahnya. "Maaf," ucapnya tanpa suara.Aeris tersenyum. "Aku baik-baik saja."Leon kembali mendekat, mengecup kening Aeris begitu lama dan dalam. Leon tidak pernah merasa sebahagia ini sebelumnya, mendapatkan gadis
Baca selengkapnya

55. Hati yang Terluka

Kebahagiaan Aeris dan Leon berbanding terbalik dengan apa yang saat ini sedang Alea rasakan. Gadis itu meringkuk di atas tempat tidur dengan seluruh selimut yang menutupi tubuhnya. Kristal bening itu kembali menetes dari sepasang matanya yang terpejam. Dada Alea terasa begitu sesak. Rasanya seperti ada ribuan pisau yang menancap tepat di ulu hatinya. Sakit.Alea benar-benar tidak menyangka Leon sudah menikah. Semudah itukah Leon melupakan dirinya?Di mana janji Leon dulu?Janji akan tetap mencintainya walaupun dia pergi. Janji akan setia menunggunya sampai kembali.Di mana?Hati Alea terasa semakin berdenyut. Apa Leon sengaja melakukannya untuk membalas sakit hati yang dia rasakan?Leon benar-benar jahat. Sangat jahat!"Alea! Buka pintunya!"Entah sudah berapa kali Kai menyuruh Alea untuk membuka pintu kamarnya karena sudah tiga hari ini gadis itu sengaja mengurung diri di kamar. Namun, Alea tetap memilih hanyut dalam sakit hati yang dia rasakan. Kai takut terjadi sesuatu dengan Alea.
Baca selengkapnya

56. Meneguk Kenikmatan

Leon mengerjapkan kedua matanya perlahan saat cahaya matahari yang menerobos masuk melalui celah-celah tirai di dalam kamar jatuh mengenai wajah tampannya. Leon pun menggeliat pelan untuk merenggangkan otot tubuhnya yang terasa kaku sebelum bangun lalu mendudukkan diri di atas tempat tidur. Senyum tipis menghiasi bibirnya ketika melihat samping tempat tidurnya telah kosong, Aeris pasti sudah bangun dan mungkin sedang menyiapkan sarapan di dapur.Leon pun beranjak karena ingin menemui Aeris. Istrinya itu ternyata sedang membuat roti bakar untuk menu sarapan mereka. Leon menyandarkan tubuhnya di daun pintu dapur. Sepasang mata hezel miliknya memperhatikan Aeris yang sibuk memasak memakai kemeja putihnya yang terlihat kebesaran di tubuhnya.Wanita itu asyik membolak balik roti bakarnya sambil bersenandung kecil menikmati musik yang diputar melalui music box. Sepertinya Aeris tidak sadar kalau Leon sudah bangun dan memperhatikannya sejak tadi."Ah!" Aeris berjingkat karena sepasang tangan
Baca selengkapnya

57. Kabar Buruk

Mr. Dinata memperhatikan apa yang Leon jelaskan untuk mengembangkan bisnis mereka. Lelaki paruh baya itu kagum dengan cara Leon saat menyampaikan ide. Begitu lugas dan jelas. Tidak heran jika perusahaan yang baru Leon dirikan bisa bersanding dengan beberapa perusahaan besar. Salah satunya perusahaan miliknya, Yifan Grup."Senang bisa bekerja sama dengan Anda, Mr. Yasodana."Leon tersenyum, lalu menyambut uluran tangan Mr. Dinata dengan ramah. "Seharusnya saya yang mengatakan itu, Mr. Dinata. Senang bekerja sama dengan Anda.""Bagaimana kalau kita makan malam untuk merayakan kerja sama kita?""Tentu saja Mr. Dinata, saya terima dengan senang hati undangan Anda.""Baiklah kalau begitu, saya undur diri dulu."Leon membungkuk, memberi hormat pada lelaki paruh baya yang berdiri tepat di hadapannya."Fiuh ...." Brian tanpa sadar mengembuskan napas lega selepas kepergian Mr. Dinata. Akhirnya kerja sama mereka kembali berlanjut setelah Mr. Dinata bertemu langsung dengan Leon. Nyaris saja proy
Baca selengkapnya

58. Sean Patah Hati

Anne menatap Aeris dengan kening berkerut dalam. Wanita single parents itu merasa heran karena Aeris tidak pernah berhenti tersenyum sejak datang ke butik. Jatuh cinta memang menyenangkan. Sesulit apa pun yang kita lakukan terasa mudah bila hati senang. Seperti itulah yang saat ini sedang Aeris rasakan. Dengan sabar wanita itu menuruti permintaan pelanggan di butiknya meskipun pelanggan tersebut cerewet dan banyak maunya. "Kenapa kamu menatapku seperti itu, Ne?"Anne berjalan mengelilingi Aeris sambil menyilangkan kedua tangan di depan dada. Kedua matanya menatap sang sahabat dari atas sampai bawah dengan lekat. Penampilan Aeris masih tetap sama. Sedikit cuek dan boy's seperti biasa. Tetapi kenapa Anne merasa ada yang berbeda dari Aeris."Kenapa sih, Ne?" Aeris akhirnya bertanya karena jengah diperhatikan."Kamu yang kenapa, Aeris?" Anne malah balik bertanya alih-alih menjawab pertanyaan Aeris."Loh, memangnya aku kenapa?" tanya Aeris tidak mengerti."Kamu tampak berbeda, lain dari
Baca selengkapnya

59. Merelakanmu

"Padahal aku sabar menunggu suatu hari nanti Aeris akan bercerai dengan Caplang, tapi Tuhan sepertinya berkehendak lain karena Aeris dan Caplang sudah—" Ah, Sean tidak sanggup lagi melanjutkan kalimatnya. Hatinya benar-benar hancur."Sudahlah, Sean. Berhentilah menangis, di luar sana masih banyak kok, cewek yang tidak kalah baik dari Aeris." Anne berusaha membesarkan hati cowok itu."Siapa?" tanya Sean sambil mengusap air matanya."Anne mungkin," sahut Aeris.Kedua mata Anne sontak membulat. "Enak saja, seleraku bukan cowok berondong seperti Sean."Aeris malah terkekeh. "Lah, bukannya kamu suka cowok berondong? Buktinya kamu mendukungku menikah sama Leon.""Kalau berondongnya seperti Leon beda lagi, aku pasti tidak menolak kalau disuruh nikah sama dia.""Anne!" sengit Aeris dengan mata melotot.Kini giliran Anne yang tertawa. "Aku cuma bercanda, lagi pula aku tidak mungkin menikung sahabat sendiri," ucapnya sambil mencubit kedua pipi Aeris dengan gemas."Awas saja kalau kamu berani mac
Baca selengkapnya

60. Sebuah Pengorbanan

Lelaki bernama Kai itu menarik napas dalam-dalam. Berusaha menghalau sesak yang begitu menghimpit di dalam dadanya. Sudah empat bulan berlalu, tapi perasaan itu ternyata masih tersimpan rapi dalam hatinya. Entah kenapa dia sulit sekali untuk melupakan Aeris. Sepertinya dia sudah jatuh terlalu dalam pada pesona wanita itu.Kai kembali menyantap makan siangnya yang kini terasa hambar. Tidak ada rasa seperti perasaannya yang telah mati. Berhenti di satu nama, Aeris Lilyana. Wanita yang telah menikah dengan Leon. Mantan kekasih Alea.Leon benar-benar berengsek, masih bisa tertawa bahagia bersama Aeris sementara adiknya tengah terpuruk. Ini sungguh tidak adil bagi Alea. Seharusnya Alea meraih kebahagiannya bersama Leon, bukan dengan Aeris. Namun, takdir Tuhan tidak pernah ada yang tahu. Haruskah dia menghancurkan kebahagiaan Aeris demi Alea?Ah, Kai tidak mungkin melakukannya karena dia tidak ingin menjadi lelaki barengsek seperti Leon."Leon, aku kebelet pipis," ucap Aeris saat Leon akan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
13
DMCA.com Protection Status