Beranda / Romansa / Menikah Dengan Keponakan / 51. Saling Mengungkapkan Perasaan

Share

51. Saling Mengungkapkan Perasaan

Penulis: Aeris Park
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Kristal bening itu jatuh begitu saja membasahi pipi Aeris. Gadis itu merasa amat sangat bahagia karena Leon akhirnya membalas perasaannya.

"Ke-kenapa kamu menangis?" tanya Leon panik karena melihat Aeris menangis. "Apa aku salah bicara?"

Aeris menggeleng pelan. "Aku sangat bahagia, Leon, jawabnya di sela isak tangis.

Leon tersenyum lantas mengusap air mata yang membasahi pipi Aeris. "Kalau bahagia kenapa menangis?"

"Aku menangis karena kamu akhirnya membalas perasaanku."

Leon tersentak mendengar ucapan Aeris barusan. "Apa kamu juga mencintaiku?" tanyanya sambil menatap Aeris dengan pandangan tidak percaya.

Aeris mengangguk.

"Sejak kapan?"

"Mungkin sejak dua bulan yang lalu," jawab Aeris ragu karena dia sendiri tidak ingat tepatnya kapan jatuh hati pada Leon.

"Serius?" tanya Leon untuk memastikan.

Aeris mengangguk. Dia sendiri pun tidak pernah menyangka bisa jatuh cinta secepat ini pada Leon padahal keponakannya itu sangat menyebalkan dan sering membuatnya kesal. Cinta memang rumit dan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Menikah Dengan Keponakan   52. Membuatmu Percaya

    Leon dan Aeris pun segera minum segelas air putih untuk menghilangkan rasa panas yang menjalar di kerongkongan mereka."Apa saya salah bertanya?" tanya Bunda Rara tidak enak.Leon mengatur raut wajahnya agar terlihat lebih tenang, Aeris pun melakukan hal yang sama."Em, tidak. Bunda do'akan saja, semoga kami segera diberi momongan. Iya kan, Sayang?" Aeris terkejut karena Leon tiba-tiba meraih jemari tangannya dan menggenggamnya dengan lembut. Apa dia tidak salah mendengar? Momongan? Apa Leon ingin segera mempunyai anak darinya? Wajah Aeris sontak bersemu merah. Apa dia sudah siap memberi hak Leon sebagai suami? "I-iya," jawabnya terbata-bata.Bunda Rara tersenyum hangat. "Saya pasti mendo'akan yang terbaik untuk kalian."Setelah makan, Leon membantu Aeris mencuci piring kotor di dapur. Namun, Leon tidak hanya membantu, dia terus saja menggoda Aeris hingga membuat gadis itu merasa malu sendiri."Bagaimana?" "Bagaimana apanya?" Aeris malah balik bertanya. Berusaha agar tidak terlihat

  • Menikah Dengan Keponakan   53. Bulan Madu

    Leon membetulkan kaca mata hitamnya yang sedikit melorot lantas memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Di hadapannya terbentang laut biru yang sangat luas, Pantai Jimbaran namanya.Leon sebenarnya ingin mengajak Aeris berbulan madu ke luar negeri. Namun, karena keterbatasan waktu, dia hanya bisa mengajak gadis itu pergi ke Bali.Selain karena jaraknya yang dekat, Bali ternyata menjadi salah satu destinasi wisata yang dipilih oleh beberapa pasangan untuk berbulan madu, bahkan menggelar acara pernikahan. Latar belakang yang mempesona berupa pantai, tebing, dan laut membuat Bali menjadi tempat yang kuat akan kesan romantis dan cocok untuk bulan madu."Lautt ...!" teriak Aeris sambil memasukkan kakinya ke dalam air. Gadis itu terihat cantik memakai floral dress tanpa lengan berwarna kuning. Aeris sebenarnya ingin memakai bikini seperti pengunjung yang lain. Namun, Leon malah melarang karena lelaki itu tidak ingin tubuhnya dilihat oleh lelaki lain.Leon benar-benar menyebalkan!

  • Menikah Dengan Keponakan   54. Malam Pertama

    Warning 21+Leon menatap Aeris yang berada di dalam dekapannya dengan lekat. Tatapan Leon perlahan-lahan turun, menatap bibir mungil milik Aeris yang berwarna merah alami itu dengan penuh minat.Pelan dia mendekat, menepis jarak di antara mereka. Aeris pun memejamkan kedua matanya saat bibir Leon menyentuh bibirnya. Lumatan Leon membuat Aeris merasa sesak napas karena rasa bahagia. Sapuan hangat lidah Leon yang menjelajahi rongga mulutnya membuat perut Aeris terasa seperti tergelitik, geli.Aeris tanpa sadar mencengkeram kemeja Leon sebagai pelampiasan karena terbuai akan ciuman Leon yang begitu memabukkan.Leon melepas pagutan bibirnya, memberi kesempatan Aeris untuk mengambil napas. Tangannya perlahan terangkat, mengusap bibir Aeris yang terlihat sedikit membengkak akibat ulahnya. "Maaf," ucapnya tanpa suara.Aeris tersenyum. "Aku baik-baik saja."Leon kembali mendekat, mengecup kening Aeris begitu lama dan dalam. Leon tidak pernah merasa sebahagia ini sebelumnya, mendapatkan gadis

  • Menikah Dengan Keponakan   55. Hati yang Terluka

    Kebahagiaan Aeris dan Leon berbanding terbalik dengan apa yang saat ini sedang Alea rasakan. Gadis itu meringkuk di atas tempat tidur dengan seluruh selimut yang menutupi tubuhnya. Kristal bening itu kembali menetes dari sepasang matanya yang terpejam. Dada Alea terasa begitu sesak. Rasanya seperti ada ribuan pisau yang menancap tepat di ulu hatinya. Sakit.Alea benar-benar tidak menyangka Leon sudah menikah. Semudah itukah Leon melupakan dirinya?Di mana janji Leon dulu?Janji akan tetap mencintainya walaupun dia pergi. Janji akan setia menunggunya sampai kembali.Di mana?Hati Alea terasa semakin berdenyut. Apa Leon sengaja melakukannya untuk membalas sakit hati yang dia rasakan?Leon benar-benar jahat. Sangat jahat!"Alea! Buka pintunya!"Entah sudah berapa kali Kai menyuruh Alea untuk membuka pintu kamarnya karena sudah tiga hari ini gadis itu sengaja mengurung diri di kamar. Namun, Alea tetap memilih hanyut dalam sakit hati yang dia rasakan. Kai takut terjadi sesuatu dengan Alea.

  • Menikah Dengan Keponakan   56. Meneguk Kenikmatan

    Leon mengerjapkan kedua matanya perlahan saat cahaya matahari yang menerobos masuk melalui celah-celah tirai di dalam kamar jatuh mengenai wajah tampannya. Leon pun menggeliat pelan untuk merenggangkan otot tubuhnya yang terasa kaku sebelum bangun lalu mendudukkan diri di atas tempat tidur. Senyum tipis menghiasi bibirnya ketika melihat samping tempat tidurnya telah kosong, Aeris pasti sudah bangun dan mungkin sedang menyiapkan sarapan di dapur.Leon pun beranjak karena ingin menemui Aeris. Istrinya itu ternyata sedang membuat roti bakar untuk menu sarapan mereka. Leon menyandarkan tubuhnya di daun pintu dapur. Sepasang mata hezel miliknya memperhatikan Aeris yang sibuk memasak memakai kemeja putihnya yang terlihat kebesaran di tubuhnya.Wanita itu asyik membolak balik roti bakarnya sambil bersenandung kecil menikmati musik yang diputar melalui music box. Sepertinya Aeris tidak sadar kalau Leon sudah bangun dan memperhatikannya sejak tadi."Ah!" Aeris berjingkat karena sepasang tangan

  • Menikah Dengan Keponakan   57. Kabar Buruk

    Mr. Dinata memperhatikan apa yang Leon jelaskan untuk mengembangkan bisnis mereka. Lelaki paruh baya itu kagum dengan cara Leon saat menyampaikan ide. Begitu lugas dan jelas. Tidak heran jika perusahaan yang baru Leon dirikan bisa bersanding dengan beberapa perusahaan besar. Salah satunya perusahaan miliknya, Yifan Grup."Senang bisa bekerja sama dengan Anda, Mr. Yasodana."Leon tersenyum, lalu menyambut uluran tangan Mr. Dinata dengan ramah. "Seharusnya saya yang mengatakan itu, Mr. Dinata. Senang bekerja sama dengan Anda.""Bagaimana kalau kita makan malam untuk merayakan kerja sama kita?""Tentu saja Mr. Dinata, saya terima dengan senang hati undangan Anda.""Baiklah kalau begitu, saya undur diri dulu."Leon membungkuk, memberi hormat pada lelaki paruh baya yang berdiri tepat di hadapannya."Fiuh ...." Brian tanpa sadar mengembuskan napas lega selepas kepergian Mr. Dinata. Akhirnya kerja sama mereka kembali berlanjut setelah Mr. Dinata bertemu langsung dengan Leon. Nyaris saja proy

  • Menikah Dengan Keponakan   58. Sean Patah Hati

    Anne menatap Aeris dengan kening berkerut dalam. Wanita single parents itu merasa heran karena Aeris tidak pernah berhenti tersenyum sejak datang ke butik. Jatuh cinta memang menyenangkan. Sesulit apa pun yang kita lakukan terasa mudah bila hati senang. Seperti itulah yang saat ini sedang Aeris rasakan. Dengan sabar wanita itu menuruti permintaan pelanggan di butiknya meskipun pelanggan tersebut cerewet dan banyak maunya. "Kenapa kamu menatapku seperti itu, Ne?"Anne berjalan mengelilingi Aeris sambil menyilangkan kedua tangan di depan dada. Kedua matanya menatap sang sahabat dari atas sampai bawah dengan lekat. Penampilan Aeris masih tetap sama. Sedikit cuek dan boy's seperti biasa. Tetapi kenapa Anne merasa ada yang berbeda dari Aeris."Kenapa sih, Ne?" Aeris akhirnya bertanya karena jengah diperhatikan."Kamu yang kenapa, Aeris?" Anne malah balik bertanya alih-alih menjawab pertanyaan Aeris."Loh, memangnya aku kenapa?" tanya Aeris tidak mengerti."Kamu tampak berbeda, lain dari

  • Menikah Dengan Keponakan   59. Merelakanmu

    "Padahal aku sabar menunggu suatu hari nanti Aeris akan bercerai dengan Caplang, tapi Tuhan sepertinya berkehendak lain karena Aeris dan Caplang sudah—" Ah, Sean tidak sanggup lagi melanjutkan kalimatnya. Hatinya benar-benar hancur."Sudahlah, Sean. Berhentilah menangis, di luar sana masih banyak kok, cewek yang tidak kalah baik dari Aeris." Anne berusaha membesarkan hati cowok itu."Siapa?" tanya Sean sambil mengusap air matanya."Anne mungkin," sahut Aeris.Kedua mata Anne sontak membulat. "Enak saja, seleraku bukan cowok berondong seperti Sean."Aeris malah terkekeh. "Lah, bukannya kamu suka cowok berondong? Buktinya kamu mendukungku menikah sama Leon.""Kalau berondongnya seperti Leon beda lagi, aku pasti tidak menolak kalau disuruh nikah sama dia.""Anne!" sengit Aeris dengan mata melotot.Kini giliran Anne yang tertawa. "Aku cuma bercanda, lagi pula aku tidak mungkin menikung sahabat sendiri," ucapnya sambil mencubit kedua pipi Aeris dengan gemas."Awas saja kalau kamu berani mac

Bab terbaru

  • Menikah Dengan Keponakan   127. Baby Twins ~end

    Seorang dokter dan empat orang perawat akan membantu proses persalinan Aeris. Mereka semua perempuan karena Leon tidak ingin Aeris ditangani oleh dokter maupun perawat laki-laki. Dia memang possesive."Tarik napas panjang Sayang, embuskan." Leon berusaha menenangkan Aeris meskipun dia sendiri juga panik karena sebentar lagi Leon junior akan lahir ke dunia."Kenapa kamu membuatku hamil, Leon? Aduh, rasanya sakit sekali!" Aeris menarik rambut Leon kuat-kuat hingga membuat Leon meringis kesakitan."Aduh, Sayang, sakit!"Aeris terus mengaduh kesakitan. Perutnya seperti akan terbelah karena suatu di dalam sana berusaha merangkak keluar. Sepasang bayi kembar, kacang kecilnya.Aeris tanpa sadar meremas tangan Leon semakin erat karena perutnya benar-benar terasa sakit."Aduh, Sayang, sakit. Jangan meremas tanganku terlalu kuat!"Aeris tidak peduli Leon meringis kesakitan karena perutnya benar-benar sakit."Tarik napas panjang dan keluarkan perlahan-lahan."Aeris pun mengikuti perintah dokter.

  • Menikah Dengan Keponakan   126. I'm Sorry, Honey

    Leon tersenyum tipis. Sangat tipis dan nyaris tidak terlihat. Penyesalan, rasa bersalah, juga rindu yang teramat dalam terpancar jelas dari kedua sorot matanya saat menatap Aeris."Pizza pesanan Anda sudah datang, Nona."Aeris menepis pizza di tangan Leon dengan kasar lantas melemparkan diri dalam dekapan lelaki itu. Tangis Aeris seketika pecah. Dia sangat mencintai Leon dan tidak ingin berpisah dengan lelaki itu."Aku tidak ingin berpisah denganmu, Leon. Aku mohon, jangan pernah ceraikan aku," gumam Aeris dengan suara gemetar.Leon menarik napas panjang. Hatinya begitu sakit melihat air mata yang membasahi pipi Aeris. Leon merasa sangat menyesal sudah menyakiti Aeris dan membuat wanita yang dia cintai itu menangis."Aku takut sekali karena kamu tiba-tiba tidak peduli dan bersikap dingin lagi kepadaku, Leon. Aku nyaris gila karena memikirkan nasib pernikahan dan buah hati kita. Aku takut kamu akan menceraikanku ....""Maaf," ucap Leon sambil mengecup puncak kepala Aeris berkali-kali.

  • Menikah Dengan Keponakan   125. Penyesalan Leon

    Leon menghela napas panjang. "Aku pikir pernikahanku dan tante Aeris akan berjalan baik-baik saja dan berakhir bahagia sampai maut memisahkan kami berdua. Tapi kenyataannya tidak, tante Aeris ternyata mencintai lelaki lain."Meeta terhenyak medengar ucapan Leon barusan. "Aeris tidak mungkin mencintai lelaki lain, Leon. Sebagai sesama perempuan aku bisa melihat dengan jelas kalau Aeris sangat mencintai kamu."Leon mengangkat kedua bahunya ke atas, kesedihan dan kekecewaan terpancar jelas dari kedua sorot matanya. "Terserah kalau kamu tidak percaya. Tapi aku lihat dengan mata kepalaku sendiri kalau tante Aeris sedang berpelukan mesra dengan lelaki lain.""Memangnya kamu tahu siapa lelaki yang dicintai Aeris?"Leon mengangguk."Siapa?" tanya Meeta ingin tahu."Aku malas menyebut namanya. Terima kasih banyak sudah mau mengobati lukaku, Meeta."Meeta mengangguk. "Sama-sama. Sebaiknya selesaikan masalahmu dengan Aeris baik-baik. Aku harap kalian tidak akan pernah berpisah."Leon mengangguk

  • Menikah Dengan Keponakan   124. Lelaki Paling Bodoh

    Aerin hanya bisa diam melihat Setya yang memukul Leon karena dia juga kecewa dengan keputusan putra sulungnya itu.Leon mendesis sambil mengusap sudut bibirnya yang mengeluarkan sedikit darah. Rasanya sangat perih bercampur dengan ngilu. Rahangnya pun seolah-olah patah karena pukulan Setya sangat keras. "Untuk anak, Papa tenang saja. Leon akan tetap tanggung jawab."Rahang Setya semakin mengeras. "Anak bodoh! Tolol! Pernikahan itu bukan main-main, Leon!""Leon tidak pernah mempermainkan pernikahan, tapi tante Aeris yang telah mempermainkan perasaan Leon. Ugh...!" Leon memegangi perutnya karena Setya tiba-tiba menendangnya dengan cukup keras."Anak bodoh! Selama dua puluh lima tahun menikah papa selalu berusaha membuat mamamu jangan sampai meneteskan air mata, tapi kamu malah tega membuat Aeris menangis. Di mana hatimu, Leon?""Hati Leon sudah lama mati.""Leon!" Setya menghajar Leon tanpa ampun untuk melampiaskan amarah sekaligus kekecewaannya. Leon tidak bisa melawan karena sang ayah

  • Menikah Dengan Keponakan   123. Mr. Idiot 3

    Hana berjalan cepat menghampiri Leon dan menggebrak meja dengan cukup keras hingga membuat cucu kesayangannya itu berjingkat kaget. Kedua mata Hana menatap Leon tajam, dadanya naik turun menahan emosi yang siap untuk meledak."Kenapa Nenek datang ke kantor Leon?" tanya Leon berusaha tetap tenang."Kenapa kamu ingin menceraikan Aeris, Leon? Apa kamu sudah kehilangan akal?"Leon tanpa sadar menelan ludah, terkejut karena Hana tahu kalau dia ingin menceraikan Aeris. "Da-dari mana Nenek tahu?""Aeris sudah menceritakan semuanya sama nenek. Kamu itu sudah dewasa, Leon. Masalah itu harus dihadapi dan diselesaikan dengan baik-baik. Jangan malah lari seperti seorang pengecut."Leon mengembuskan napas kasar sebelum bicara. "Untuk apa Leon mempertahankan pernikahan ini kalau tante Aeris tidak sungguh-sungguh mencintai Leon, Nek?"Mulut Hana sontak menganga lebar. "Kamu benar-benar bodoh, Leon. Aeris itu cinta mati sama kamu. Kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu?"Leon malah mendengkus. "Nene

  • Menikah Dengan Keponakan   122. Stres!!!

    "Sshh ...." Aeris memegangi kepalanya yang terasa berdenyut lalu menarik napas dalam-dalam karena perutnya tiba-tiba saja terasa kram. Semoga kacang kecilnya baik-baik saja.Aeris kembali menarik napas panjang, tapi rasa sakit di perutnya tidak mau hilang. Sakitnya malah semakin menjadi-jadi. Dia pun meraih ponselnya yang ada di atas meja karena ingin menghubungi Leon.Namun, nomor Leon lagi-lagi tidak aktif. Aeris pun beranjak ke kamar karena ingin beristirahat, akan tetapi dia tidak sanggup berdiri karena kedua kakinya terasa sangat lemas. Aeris ingin meminta tolong pada Bik Ijah, tapi dia lupa kalau asisten rumah tangganya itu sedang izin pulang kampung. Aeria benar-benar sendirian di rumah.Aeris ingin meminta tolong pada Anne, tapi dia tidak jadi melakukannya karena sahabatnya itu pasti lelah setelah mengurus butik sendirian. Aeris tidak mungkin minta tolong Sean karena cowok itu sedang fokus belajar untuk mengukuti ujian.Aeris merintih karena perutnya semakin terasa sakit. Dia

  • Menikah Dengan Keponakan   121. Keputusan Bodoh

    Tangis Aeris seketika pecah. Mimpi buruk yang dia jalani di awal pernikahannya dan Leon kembali terulang. Namun, mimpi buruknya kali ini terasa lebih menyakitkan karena ada nyawa yang sedang tumbuh di dalam rahimnya.Kenapa Tuhan kembali memberi ujian saat dia baru saja meneguk manisnya pernikahan bersama Leon?Kenapa?"Tuhan, tolong selamatkan pernikahanku," gumamnya terdengar pilu.***Tidak ada satu orang pun yang tahu jika ada badai yang menerpa rumah tangga Aeris dan Leon. Pernikahan mereka seolah-olah terlihat baik-baik saja dan tidak ada masalah apa pun yang terjadi di antara mereka. Aeris benar-benar menyimpan masalahnya dengan rapat. Dia memendam rasa sakit itu sendirian karena tidak ingin membuat orang-orang di sekitarnya khawatir.Namun, pertahanan seketika Aeris hancur karena menemukan sebuah surat yang tergeletak di atas meja kerja Leon. Rasanya seperti ada sesuatu yang menghantam dadanya dengan sangat kuat hingga membuatnya kesulitan bernapas. Dadanya sesak.Tubuh Aeris

  • Menikah Dengan Keponakan   120. Mr. Idiot 2

    Aeris mengerjapkan kedua matanya perlahan karena Leon menepuk lengannya pelan. "Maaf, aku ketiduran. Apa kamu baru pulang?" tanyanya dengan wajah mengantuk.Leon mengangguk."Kamu sudah makan belum? Kalau belum kita makan bersama, ya?""Aku tadi sudah makan bersama klien," ucap Leon tanpa merasa bersalah sedikit pun.Wajah Aeris seketika berubah sendu. Padahal dia sudah menunggu Leon hingga ketiduran di meja makan agar mereka bisa makan malam bersama, tapi Leon malah makan di luar bersama klien."Kamu mau mandi? Mau aku siapin air hangat, ya?"Leon menggeleng pelan. "Tidak perlu," jawabnya sambil berjalan ke kamar, meninggalkan Aeris sendirian di meja makan.Aeris menggigit bibir bagian bawahnya kuat-kuat untuk menahan air mata yang mendesak ingin keluar. Entah kenapa Aeris merasa kalau Leon bersikap dingin lagi pada dirinya. Apa dia telah berbuat salah?Aeris tanpa sadar menggelengkan kepala untuk mengusir pikiran buruknya barusan. Leon tidak mungkin bersikap dingin lagi pada dirinya

  • Menikah Dengan Keponakan   119. Cemburu Buta

    Brian terkejut karena Leon tiba-tiba masuk ke dalam ruangannya dan membanting pintu dengan cukup keras. Padahal Leon tadi mengatakan ingin menjemput Aeris di rumah sakit sekalian pulang dan tidak akan kembali ke kantor.Brian pun berdiri lantas menghampiri Leon yang sedang membolak-balik berkas di tangan dengan kasar. Napas Leon terdengar tidak beraturan, menahan cemburu dan amarah yang sudah berkumpul di dalam dadanya"Kau tadi bilang mau ngabisin waktu berdua dengan Aeris di rumah. Kenapa kamu malah balik ke kantor, Leon?""Ingin saja," jawab Leon malas.Brian memperhatikan Leon dengan lekat, sepertinya suasana hati sahabatnya itu sedang tidak baik. "Apa kau bertengkar dengan Aeris?"Leon menggeleng pelan."Lalu?"Leon mengempaskan punggung ke kursi lalu memijit pelipisnya yang tiba-tiba terasa penat. Sepenat hatinya sekarang. "Aku tadi lihat Aeris pelukan sama Kai," ucapnya lirih.Mulut Brian sontak menganga lebar. "A-apa?! Kai?!" Calon kakak ipar? Imbuhnya dalam hati.Leon mengang

DMCA.com Protection Status