POV HARIS "Katamu, dia saudaramu, Mas. Kenapa sepertinya kamu mengkhawatirkannya?" tanya Rumi saat beberapa kali aku menoleh ke arah pintu, berharap Arum segera datang. Rasanya hati tak tenang, jika ia berduaan dengan mantannya. Ada luka di hati, dan terasa seperti terbakar. "Ya dia kan pergi sama orang yang sudah mencelakaimu, Rum. Aku takut saja, bagaimana pun dia saudaraku," kataku beralasan. "Kamu nggak bisa, cuma merhatiin aku aja? Apa, karena keadaanmu seperti ini sekarang, Mas?" tanya Arum. "Ssst! Jangan su'udzon. Aku tak pernah berpikir seperti itu. Nanti malam, aku akan menghubungi Ibu supaya menemanimu di sini dulu. Kamu nggak papa, kan, kalau kutinggal dulu?" tanyaku. "Nggak papa. Kan ada Arum?" "Masalahnya, dia juga ikut pulang." "Kenapa?" "Besok kan hari senin, Rum. Aku gak enak sudah merepotkannya dua hari ini." "Ah, iya juga. Aku minta maaf sudah merepotkan kalian, ya." "Nggak papa," ucapku sambil mengelus rambutnya, tepat saat Arum datang bersama lelaki bena
Last Updated : 2022-08-31 Read more