Share

Bab 24

last update Last Updated: 2022-08-31 06:05:18
"Eh? Nggak, Mas. Tadi Ibu datang, bawa beras. Tolong angkutin ke rumah Bunda, ya? Kebetulan nanti sore Nadia mau pulang," ucapku.

Nadia adalah adikku yang kuliah di luar kota. Ia selalu pulang sebulan sekali di akhir bulan. Jika Nadia pulang, Bunda akan memasak super banyak karena adikku satu-satunya itu doyan sekali makan.

"Ya sudah, pakunya tolong taruh di dapur ya, Rum? Sekalian bikinkan es teh."

Aku mengangguk sambil menerima paku dari Mas Haris dan segera membuatkan minuman pesanannya tadi.

--

"Apa? Ibu mau apa?" tanya Mas Haris.

"Dia, mau kamu menikahi Rumi, Mas."

"Astaghfirullah! Seumur hidup aku nggak pernah pengen punya istri dua. Kenapa Ibu bisa berpikiran seperti itu?"

Aku hanya menggelengkan kepala. Lepas salat isya, aku mengutarakan maksud dan tujuan kedatangan Ibu tadi pagi. Meski menahan pedih, tetap kubicarakan dengannya.

"Kalau begitu, menikah lah dengan Rumi, Mas," ucapku.

"Kan aku sudah bilang tadi. Aku, nggak mau punya istri dua."

"Ya istri kamu tetap satu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   Bab 25

    "R-rumi." "Mas, kamu sudah menikah?" "Ada apa ini?" tanya Ibu. Bapak, Ibu, Lina, dan Hana datang mendekat. Mungkin terkejut dengan suara gelas yang terjatuh itu. Ibu berteriak, segera menarik kursi roda Rumi dan mendorongnya ke kamar. Sementara Bapak mengangguk, mungkin beliau sudah tenang karena Rumi akhirnya mengetahui jika aku dan Mas Haris adalah sepasang suami istri. "Bagaimana ini, Mas?" tanyaku. "Bagaimana apanya?" "Kok kamu santai banget? Dulu, kamu bahkan mendahulukan Rumi banget, loh." "Iya, itu sebelum aku sadar. Kalau statusku sekarang sudah berubah. Aku sudah menjadi kepala rumah tangga, dan kamu adalah istriku. Aku wajib melindungi dan menjaga perasaanmu." Aku terpana mendengar ucapan Mas Haris, hatiku sedikit berbunga hingga membuatku salah tingkah. "Kenapa merah gitu?" "Apanya? Nggak, kok." Aku masuk ke dalam, ikut mereka yang berada di kamar Rumi. Kulihat Rumi menatap nyalang padaku, sehingga semakin menyiratkan bahwa kebencian untukku memang lah ada. Anehn

    Last Updated : 2022-09-26
  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   Bab 26

    Air mataku menetes. Kesedihan yang sedari kemarin kurasakan, akhirnya tak mampu lagi kubendung. Pertahananku runtuh, aku terisak. "Jangan pernah tinggalkan aku meski itu karena permintaan Ibu. Aku sudah nyaman sama aku. Dan perasaanku pada Rumi, sudah menghilang semuanya," ucap Mas Haris. 'Itu malah membuatku semakin berat melepasmu, Mas. Berhentilah mencintaiku,' bathinku. --Sore hari. Kami sampai di rumah sebelum adzan ashar berkumandang. Ternyata, Nadia sudah pulang. Wanita yang kini sudah beranjak dewasa itu menghambur ke pelukanku. "Kangen, Kak." "Alah, baru juga bulan kemarin ketemu." "Ishhh! Susah tahu nemu temen kaya Kak Yumii." Yumi adalah panggilan dari Nadia padaku. Dulu, dia anak cadel. Susah sekali mengatakan huruf R dan K. Ia selalu mengubahnya menjadi Y atau L dan T. Dan itu kebawa sampai sekarang saat ia memanggil namaku. "Eh, Mas Haris!" ucap Nadia sambil menyalami kakak iparnya itu. Kami pun masuk ke dalam rumah Bunda, dan duduk di ruang tamu. Tak lama ke

    Last Updated : 2022-09-26
  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   Bab 27

    "Siapa?" tanya Mas Haris. "Rumi." Mas Haris mengangkat panggilan itu. Belum juga mengeluarkan suara, sudah terdengar gelak tawa dari seberang sana. Aku sampai mengerutkan dahi. Kenapa dengan Rumi? "Hahaha, aku dengar, kamu menceraikan Mas Haris? Hahaha, bagus, Arum! Nggak sia-sia aku menyuruh Ibu untuk membujukmu agar mau menerimaku sebagai madu," ucap Rumi dengan tawa membahana. Bagai tersambar petir di siang bolong, aku dan Mas Haris terkejut. Jadi, ini semua rencana Rumi? "A-apa maksudmu?" tanyaku. "Yah, meski aku sakit hati karena tahu kalian ternyata suami istri, tapi aku senang karena kamu akhirnya meengalah. Awalnya aku kaget pas Ibu dan Lina membicarakan kalian. Sakit hatinya itu, loh. Aku koma tiga tahun, tapi tunanganku malah menikahi kamu. Syukur lah kalau kalian akan bercerai. Aku tak perlu susah payah merebut Mas Haris karena kamu sudah melepaskannya." Setelahnya telepon di tutup begitu saja. Mas Haris bahkan terbengong mendengar ucapan Rumi. Bukan dia saja, melain

    Last Updated : 2022-09-26
  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   Bab 28

    "Arum pikirkan nanti, Bu."--Malam hari.Aku membicarakan semua itu dengan Bunda dan Ayah, sementara Nadia tengah pergi entah ke mana. Reaksi Ayah dan Bunda benar-benar di luar dugaanku. "Kamu, mengajukan gugatan cerai, Rum?" tanya Bunda. "Iya, Bun. Apa Bunda dan Ayah akan menghalangi?" Bunda dan Ayah saling memandang, kemudian tersenyum. "Kami takkan menghalangi. Ini rumah tanggamu, kamu yang menjalani. Pesan Ayah dan Bunda, jangan terlalu gegabah. Karena pada dasarnya, Allah membenci perceraian." "Pernikahan ini dimulai dengan niat yang tidak baik. Arumi khawatir, akan mendatangkan keburukan selama kami melangsungkan rumah tangga ini." "Apa Haris setuju?" Aku menggeleng. Bahkan tadi di rumah pun, ia marah karena aku bersikeras meminta cerai darinya. "Ayah dan Bunda cuma bisa mendo'akan yang terbaik untuk semua, terutama untuk kamu, Nak. Selagi kamu senang, bahagia, dan nyaman, Bunda takkan melarang." Aku mengangguk. Pernikahan ini, memang harus diakhiri. Menyakitkan memang

    Last Updated : 2022-09-26
  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   Bab 29

    "Mas, kamu ngapain?" tanyaku saat melihat Mas Haris tengah bersujud di belakangku. "Tolong, jangan ceraikan aku, Rum. Kita bisa memulainya lagi dari awal. Memang salahku yang tanpa hati berniat membalaskan dendam padamu. Tapi percaya lah, Rum. Di hatiku cuma ada kamu seorang sekarang!" ucap Mas Haris mengiba."Maaf, Mas. Keputusanku sudah bulat. Sudah tidak bisa ditolerir dan juga diganggu gugat lagi. Sebuah hubungan yang dimulai dengan niat yang buruk, tak akan bisa berlangsung lama."Mas Haris menangis, sementara aku berjalan meninggalkannya. Biar lah, tak usah kupedulikan. Dia laki-laki. Bukankah katanya kalau laki-laki bisa dengan mudahnya berpindah hati? Semoga kamu menemukan kebahagiaanmu bersama Rumi, Mas.Aku pun melangkah menuju halaman rumah Bunda. Kulihat wanita itu merentangkan nyawanya, beliau memasang wajah sendu. "Selamat datang kembali, anakku," ucap Bunda, dengan tangis tertahan."Bunda." Aku mendekatkan diri pada wanita yang sudah melahirkanku itu. Air mata yang s

    Last Updated : 2022-09-26
  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   Bab 30

    "Tadi jam sepuluh, Ayah suruh Haris buat pulang. Kami gak tega liat dia di depan rumah terus. Tetangga juga pada berkerumun karena kaget mendengar teriakan Haris. Bunda, gak tega lihat dia begitu. Tapi, Bunda lebih gak tega lagi melihat anak perempuan Bunda hidup bersama bayang masa lalu suaminya. Kamu yakin sudah ikhlas, Rum?" tanya Bunda. Untuk sesaat aku terdiam. Ikhlas? Sesuatu yang sangat sulit kugapai saat ini. Aku terpaksa mengangguk, karena tak ingin melihat Bunda kepikiran. "Sabar. Akan ada pelangi setelah hujan," ucap Bunda. "Aamiin." -Pagi hari. "Haris tadi nitip kunci, sama nafkah buat kamu," ucap Bunda ketika aku keluar dari kamar. "Kenapa Bunda terima uangnya? Harusnya kasihkan saja ke dia." "Sudah, tapi dia maksa." Aku mengangguk, lalu masuk lagi ke kamar untuk menaruh benda tadi, sekaligus mengecek amplopnya. Ternyata, selain uang juga ada surat di dalamnya.[Dear, Arumi Putri Nur Handayani. Aku tak salah menyebut nama, kan? Hehe. Aku minta maaf atas semua k

    Last Updated : 2022-09-26
  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   Bab 31

    "Jodoh tak akan ke mana, kita pasti akan dipertemukan kembali," ucap Mas Haris yang membuatku mengangguk. Benar, jodoh tak akan ke mana. Aku pun berbalik, lalu bersama Nadia melangkah menuju mobil. Setiap langkah, tak hentinya aku beristighfar. Sekarang, status kami sudah lain. Aku dan dia, sudah beda jalan. Bukan karena membenci, namun karena mencintai. Miris. Nadia menggandeng tanganku, ia terus menguatkan hingga akhirnya kami sampai di mobil dan pulang ke rumah. Sampai di rumah, aku melihat beberapa tetangga memperhatikanku. Wajar, mereka pasti masih penasaran kenapa Mas Haris di luar rumah, saat itu. Bunda memelukku. Menguatkan dan mengatakan bahwa akan ada kebahagiaan setelah ini. Aku mengangguk seraya meng-aamiinkan. Ah, Bunda. Beruntungnya aku memiliki orang tua sepertimu dan Ayah. Aku masuk ke dalam kamar. Di kamar, aku menangis lagi. Ah, padahal aku sudah janji untuk tak mengeluarkan air mata. Namun jika begini, rasanya sangat sakit.Allahu Rabbi... --Esok hari. Aku b

    Last Updated : 2022-09-26
  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   Bab 32

    Aku terdiam. Bingung harus menjawab apa? Masa iya kujawab jika aku adalah calon istri Mas Haris? Apa kata mereka nantinya? Duh, mentalku kena. Dasar ibu-ibu nggak ada kerjaan. Setiap hari pemandangan yang kulihat adalah Mas Haris yang seperti orang tak memiliki tujuan hidup. Kegiatannya selalu kerja, pulang, mandi, makan, salat. Ia semakin mengabaikanku. "Mas, kenapa kamu berubah?" tanyaku saat Mas Haris tengah duduk di teras, pandangannya lurus menatap ke bintang dan bulan yang ada di langit. "Siapa yang berubah, Rum?" tanya Mas Haris sambil mendorong kursi rodaku. "Kamu sekarang menjadi pendiam. Berbeda sekali dengan dulu. Dulu, kamu bahkan selalu-""Dari waktu ke waktu, tumbuhan yang segar pun bisa berubah menjadi layu lalu mengering. Semua manusia, nggak mungkin sama sifat dan sikapnya dari waktu ke waktu." "Begitupun perasaanmu sama aku?" tanyaku pada Mas Haris. "Nggak. Aku masih sayang sama kamu." "Sebagai?" Lama Mas Haris terdiam, kemudian tersenyum dan mengajakku masuk

    Last Updated : 2022-09-26

Latest chapter

  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   BAB 99

    “Kenapa, Neng? Kok bengong gitu” tanya Mbok Nah. “Itu tadi si Arum kupanggil, tapi nggak nyaut. Mana jalannya cepat banget. Terus nggak lama, dia keluar lagi naik motor.” “Ya sudah, Neng, ayo kita susul!” ajak Mbok Nah. Aku mengangguk saja, lalu Mbok Nah membantu mendorong kursi rodaku menuju rumah Ibu yang terdengar berisik. “Ada apa ini, Bu?” tanyaku pada Ibu yang tengah menimang Renda.” “Ayahnya Arum, masuk rumah sakit lagi. Sekarang katanya gagal jantung.” Aku menutup mulut mendengar ucapan Ibu. Gagal jantung? Apakah ayahnya Arum memiliki riwayat penyakit itu? “Mas Haris ke mana, Bu?” “Dari kantornya, langsung ke rumah sakit. Kita saling mendo’akan saja, ya,” ucap Ibu. “Aamiin.” -- Setelah tengah malam, baru kami mendapat kabar kalau ayanya Arum meninggal dunia. Mendengar kabar itu, membuatku antara percaya dan tak percaya. Orang sebaik ayahnya Arum, kenapa cepat sekali meninggalnya? Keesokan hari. Kami sudah stand by di rumah Arum setelah Bapak meminta kunci rumah pad

  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   BAB 98

    “Untuk apa datang ke sini, Kak?” tanyaku pada Kak Karina yang sudah berdiri di belakangku entah sejak kapan.“Kakak ingin bicara denganmu, Rum,” ucap Kak Karina.Aku melengos. Bagiku, tak ada lagi yang perlu dibicarakan diantara kami. Sudah cukup penghinaan mereka atas diriku.“Aku sibuk, Kak. Nggak ada lagi yang perlu kita bicarakan juga. Aku dan Mas Kinos sudahh bercerai. Pun aku tak pernah mencoba menghubunginya lagi. Jadi, baik Kak Karina ataupun Ayu tak perlu takut dan khawatir karena aku takkan mengganggu rumah tangga orang lain. Beda dengan Ayu ataupun seseorang,” ucapku ambil mengangkat nampan kosong dan menyerahkannya pada Mbok Minah.“Kamu nyindir aku, Rum?” tanya Kak Karina.Hampir saja aku terkekeh mendengar pertanyaannya. Ya dipikir saja, memangnya kalau bukan dia, lantas siapa? Siapa orang yang dengan sengaja memasukkan Ayu dalam rumah tangga yang adem, ayem, dan tentram?“Maaf, Kak, tokonya mau aku tutup,” ucapku sambil meninggalkannya ke dalam.“Aku tak menyangka jika

  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   BAB 97

    NAMA PEREMPUAN LAIN DI BUKU HARIAN SUAMIKU“Apa Bapak nggak salah bicara?” tanyaku.“Nggak, Rum. Nak Rhman datang ke sini memnag untuk melamarmu.”Aku terdiam mendengar ucapan Bapak. Bukan Lina yang hendak dilamarnya, namun aku? Aku, seorang janda yang bahkan tak memiliki rahim ini, hendak dinikahi oleh juragan beras seperti Mas Rohman?“Bagaimana, Nduk?” tanya Bapak.Aku menatap Lina yang seakan kehilangan semangat, pun terlihat jelas bahwa ia kecewa dengan kenyatan yang diucapkan oleh Bapak tadi. Aku menggeleng, bukan karena Lina sebenarnya, tapi aku sendiri belum mau memulai suatu hubungan lagi. Bagiku sudah cukup hidup begini. Menekuni bidang usaha yang baru saja kurintis.“Maaf, Pak, Rumi belum bersedia. Lagipula, baru kemarin Rumi bercerai. Rasanya tak elok jika langsung menjalin hubungan dengan orang lain lagi,” ucapku.“Ya sudah. Bapak pun setuju denganmu. Tadi sebenarnya sudah Bapak tolak. Tapi, Nak Rohman malah maksa. Jadi, sudah pasti ya kamu menolaknya?”

  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   BAB 96

    [Bisa kita ketemu?] Aku mengerutkan kening saat Kak Karina mengajak bertemu. Hendak apa? Apa mau membahas hal yang kemarin? Astaga! Apa tak ada hal yang lebih penting? [Maaf, Kak, aku sibuk.] [Ini yang terakhir kali.] Aku akhirnya menyetujui bertemu dengannya, dengan syarat dia tak boleh membawa Ayu maupun Mas Kinos, dan Kak Karina langsung menyetujuinya. "Mbok, nanti temani aku ketemu Kak Karina dulu, ya?" "Oke, Neng." Aku mengangguk. Beruntung punya Mbok Minah, yang siap menemaniku ke mana saja dan ngapain saja. Sehingga aku tak merasa sendiri. Arum datang membawa Renda, ia menangis sesenggukan. Aku yang bingung kenapa, langsung mendekatinya. "Kenapa, Rum?" tanyaku. "Ayah masuk rumah sakit. Kecelakaan, Rum. Gimana ini," ucapnya sambil menangis. "Ya Allah! Sini, biar aku jagain Renda. Kamu kalau mau ke rumah sakit, pergi lah. Biar nanti aku yang jaga Renda dan kasih tahu Ibu kalau sudah pulang dari antar makan siang." "Nggak papa, Rum?" tanyanya. "Ya nggak papa, lah. Mem

  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   BAB 95

    “Masa iya, sepupu kelakuannya begini, Pak?” tanya Mbok Minah pada Mas Kinos. Sementara Ayu wajahnya begitu pias.“Bisa kamu jelaskan maksud dari semua ini, Yu?” tanya Mas Kinos.“Mas, kamu jangan langsung percaya sama Mbok Minah. Dia itu pasti berpihak sama Mbak Rumi, Mas.”“Kamu benar-benar keterlaluan, Yu. Mas sama sekali tak menyangka, sudah membela dan memilih orang sepertimu.”Setelahnya Mas Kinos pergi, disusul dengan Ayu yang gelagapan dan mengejarnya. Sementara Kak Karina, menatapku dengan tatapan entah, sebelum akhirnya pergi menyusul adik dan iparnya itu menuju mobil. Apakah ia juga mengira kalau aku dan Mbok Minah kerjasama demi membuat pasangan itu tercerai berai?Aku pergi masuk terlebih dahulu, setelah memastikan tamu tak diundang itu melajukan mobilnya. Kuteguk air putih satu gelas penuh. Benar-benar tak habis pikir. Kenapa Ayu selalu saja membuatku dan Mas Kinos salah paham?apakah memberi tahu fakta pada suamiku itu salah? Ah, aku lupa. Kami bahkan suda bercerai bebera

  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   BAB 94

    "Apa sih, Mas? Kalau datang itu salam, bukan main nyemprot aja!" tanyaku padanya begitu kami bertatapan. "Aku benar-benar tak menyangka, kalau kamu bisa berbuat sejahat ini pada Ayu, Rum. Kupikir, kamu adik ipar yang baik. Ternyata aku salah. Sudah cacat, jahat pula!" Aku mengepalkan tangan, merasa sakit hati sekali atas penghinaan darinya. Memangnya, tangan dan kakiku menghilang sebelah, akibat perbuatan siapa kalau bukan perbuatan adiknya tersayang itu?Ternyata, bukan cuma Mas Kinos saja yang datang, Kak Karina dan Ayu juga. Herannya, maduku itu diperban pipi kanannya diperban. Aku jadi was-was, kenapa perasaanku sangat tak tenang?"Kamu tanya kenapa? Lihat! Kamu menampar Ayu dengan kencang, kan?" tanya Mas Kinos sambil menarik Ayu dan memperlihatkan perban di pipinya itu. Wajahnya pura-pura mengaduh, kesakitan.Aku mengerutkan kening, kapan aku melakukannya? Ah, jangan bilang, ini hanyalah tipu daya Ayu supaya Mas Kinos semakin membenciku dan tak membuatku melaporkannya pada Mas

  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   BAB 93

    "Ayu?" "M-Mbak Rumi." Pak Hengki bolak-balik memperhatikanku dan Ayu bergantian. Sepertinya, ia tak menyangka jika aku dan pacarnya itu saling kenal. Apa Pak Hengki nggak tahu, kalau Ayu sudah menikah dan bahkan sekarang sedang hamil anak Mas Kinos? "Sayang, kamu kenal dia?" tanya Pak Hengki. "Anu, Mas..." "Mas Kinos mana, Yu? Kok kamu jalan sama Mas Hengki," ucapku, sambil memegang ponsel kuat-kuat. Susah payah kurelakan Mas Kinos untuknya, rupanya dia buaya betina. Astaga, Mas! Wanita modelan begini, kamu sampai bela segitunya? "Kinos, siapa itu?" "Oh, itu-" "Teman kampungku, Mas. Iya, teman kampungku. Ya sudah, Mbak Rumi, kami permisi dulu. Ayo, Sayang," ucap Ayu pada Pak Hengki.bHampir saja aku tertawa dibuatnya. Ayu, apakah dia benar sudah gila? Bahkan ia memanggil Pak Hengki dengan panggilan Sayang di depanku? Astaga! "Jadi, Ayu selingkuh ya, Neng?" "Sepertinya, Mbok. Benar-benar zaman sudah gila. Untuk apa dia menikah dengan Mas Kinos, kalau ujung-ujungnya masih ber

  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   BAB 92

    "Mama?" Mama berdiri dan menghampiriku. Entah apa yang membawa beliau ke sini? Aku pun penasaran, karena tak kulihat adanya Papa yang ikut. "Nak, pulang ya?" pinta Mama setelah aku duduk. Aku terkejut mendengar permintaan mama angkatku ini. Atas dasar apa dia memintaku untuk pulang? Bukankah dulu, mereka malah mengusirku? "Nggak, Ma, Rumi minta maaf," ucapku seraya melepaskan genggaman tangan Mama. "Kenapa, Nak? Kasihan Papamu. Sekarang sakit dan sudah didiagnosa takkan sembuh. Mama mohon, Nak." Aku melengos. Biarkan saja laki-laki itu mati. Apa urusannya denganku? Apakah Mama lupa, kalau suaminya itu dulu bahkan mencoba untuk memperkosaku? "Maaf, Ma, tapi Rumi benar-benar tak bisa. Masih teringat kejadian waktu itu, dan Mama malah menuduh Rumi yang tidak-tidak. Beruntung ada Arum yang membela," ucapku. Ibu membelai punggungku, dan menguatkan. Berbeda sekali dengan Mama yang justru membuang muka. Jika begitu, apa yang membuatnya justru kembali ke sini dan memintaku untuk pulan

  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   Bab 91

    Aku meminta Arum membalikkan kursi rodaku agar bisa menghadap ke arah dua sejoli yang tengah bertengkar itu. "Ayu, kamu nggak usah khawatir. Aku ini cacat, kenapa Mas Kinos akan memilihku? Tentu tidak. Dia akan memilihmu, Ayu. Kamu cantik, sempurna. Dan bahkan katanya, kamu lagi hamil anaknya Mas Kinos, kan? Jadi, apa yang kamu cemburuin dari wanita cacat dan tak bisa hamil seperti aku ini? Yah, meskipun itu semua juga karena perbuatannya, sehingga aku merasakan ini semua. Tapi tak apa, aku ikhlas. Berbahagia lah kalian. Kamu, Mas, jangan pernah menyesal sudah seperti ini," ucapku. "Rum, rumah tangga kita baik-baik saja. Kenapa kamu mau pergi? Tetap di sini, ya?" pinta Mas Kinos, sepertinya ia tak menghiraukan ucapan istri muda yang tengah mengandung anaknya itu. "Mas!" teriak Ayu. "Tidak, Mas. Rumah tangga kita tidak sedang baik-baik saja. Apalagi, sejak kedatangan wanita lain di tengah kebahagiaan kita. Sejak saat itu, tak pernah ada kebahagiaan di hidupku. Kalau begitu, aku perm

DMCA.com Protection Status