"Nggak. Sudah, jangan banyak pikiran. Aku ada di sini," jawab Mas Haris. "Dari semalam, aku bertanya-tanya. Dia, siapa, Mas?" tanya Rumi, sambil menatapku. Mas Haris menarikku hingga aku berdiri di sampingnya. Detak jantungku berdetak lebih kencang, Mas Haris akan memperkenalkanku pada Arumi?"Kenalkan, ini Arumi." "Wah, nama kita sama?" tanyanya sambil berbinar. Seolah lupa dengan pertanyaannya pada Mas Haris. Kuakui, lelaki itu mahir sekali mengalihkan pembicaraan. Mas Haris menatapku dengan memohon, dan aku tahu arti tatapannya itu. "Iya, nama kita sama." "Jadi, hubungan kalian apa?" tanya Rumi, lagi. "Kami..." Mas Haris malah menatapku. Kuhela napas panjang, sabar, Rum. Sabar. "Aku adalah sepupunya Mas Haris, dari pihak ayahnya iya," ucapku. --"Kamu harus beri tahu Ibu, Mas. Bagaimana pun, lusa kamu sudah mulai masuk kerja," ucapku sambil menyantap bakso di depan rumah sakit. Arumi baru saja minum obat, dan sekarang tengah tertidur. "Aku, cuma belum siap aja, Rum. Bagai
Terakhir Diperbarui : 2022-08-31 Baca selengkapnya