“Oya, Anisa ada, Bah? Bisakami ngobrol sebentar?” Akhirnya, ia berhasil memulai percakapan penting.“Oh, itu ... ada di dalam.”Omar sengaja memberi jeda ucapannya. “Dia nggak mau keluar. Sebenarnya, adamasalah apa antara kalian? Abah tinggal pergi dua hari kok jadi ribut-ribut.” Omar mengakhiri ucapannya dengan tawaan kecil. Setelahnya, ia meraih cangkir di atas tatakan dan menyerutupnnya secara perlahan.“Gini, Bah.” Hamdan mulaibertutur. “Kami ke sini sebenarnya ada perlu dengan Abah, juga Anisa, tapi kalau memang Anisa tidak bisa keluar, ya gak apa-apa. Cukup dengan Abah saja.” Hamdan yang memang bertutur sangat sopan.“Ya, bagaimana persoalannya, kok sampai bisa seperti ini? Saya sendiri sudah mendengar aduan Anisa, tatapitak adil rasanya jika hanya mendengar dari satu pihak saja.” Omar berpendapat.Hamdan menatap Fatih, memberi isarat agar Fatih angkat bicara.“Jadi begini, Bah.Sebenarnya, semua salah saya. Dari awal tidak jujur dengan perasaan saya pada Anisa.” Fatih mulai menyu
Terakhir Diperbarui : 2023-01-06 Baca selengkapnya