Semua Bab Nafkah Terakhir sebelum Ditalak: Bab 81 - Bab 90

100 Bab

Buaya dan Pelakornya

“Aku tidak bisa berjanji apa-apa. Tapi, apakah kesendirianku selama ini tidak cukup menjadi bukti? Bahkan aku sedang berusaha melupakanmu, tetapi yang terjadi adalah aku makin tersiksa dengan keadaan ini. Haruskah kulanjutkan menjadikan Anisa sebagai pelarian?”Alina menoleh ketika Fatih menyebut satu nama. Tak asing baginya.“Anisa?” keningnya mengerut.“Iya.”“Sofia Anisa?” Alina meyakinkan.“Iya. Gadis yang pernah kamu temui di panti itu.” Fatih menjelaskan.“Jadi ....” Alina ternganga, kepalanya menggeleng tak percaya.“Maaf, semoga kamu tidak terlalu jauh mengenalnya.”“Tidak mungkin gadis itu orangnya.” Alina menggeleng berulang kali.“Maaf.” Lagi-lagi Fatih mengucap kata itu.“Anisa sangat mencintai kamu,” ucap Alina. “Dia bahkan sangat bersemangat saat menceritakan calon suaminya yang ternyata kamu.” Air mata hampir saja menetes. Seketika merasai sakit yang menghimpit saat membayangkan wajah lugu Anisa.“Tapi aku tidak mencintainya, Al.”“Terus, kenapa kamu memupuk harapannya?
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-05
Baca selengkapnya

Janjian

“Cocok berarti ‘kan? Buaya dan pelakornya.”“Serius aku.”Fatih menghentikan laju kendaraan tepat di lampu merah. Lalu, mengubah posisi menghadap Alina.“Aku dan Anisa kan belom menikah, Al, pelakor dari mana? Kalau aku yang dijuluki buaya, gak apa-apa deh. Asal bukan kamu yang dijuluki pelakor.”“Aku Cuma bercanda.”“Tapi aku serius, Al, aku nggak bisa ngomong apa-apa. Tapi yang jelas, move on itu susah. Semoga Anisa memaklumi itu. Lebih-lebih abahnya.”Alina mengangguk. Jauh di dalam sanubarinya selalu mengaminkan harapan terbaik untuknya. Masalah hati memang tidak bisa diajak berkompromi. Nyatanya, Alina merelakan waktu untuk mencoba kembali merajut untaian benang kusut menjadi jalinan kasih.“Makasih ya, Al.” Fatih berucap tepat di halaman kediaman Rey. Alina menoleh, memberikan senyum terbaiknya. Tangannya meletakkan jaket Fatih di jok belakang. Tanpa bertanya lagi, ia tahu arah ucapan Fatih.“Sama-sama,” balasnya.“Kayaknya, aku bakal nggak tidur semalaman ini,” Fatih berkelakar
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-05
Baca selengkapnya

Insiden di Apartemen

Beberapa saat menunggu, tiba-tiba pandangannya tertuju pada pengendara sepeda motor yang baru saja keluar. Jilbab instan panjangnya berkibar tertiup angin.“Anisa,” gumam Fatih. Wanita itu sempat memandang ke arah mobilnya, bahkan melewati. Sebelum akhirnya memutuskan melanjutkan perjalanan, tanpa berhenti.“Syukurlah, dia tak mengenali mobilku.”Fatih memajukan mobil. Sebab, dilihatnya sosok Alina sedang berjalan melewati taman samping asrama. Ia sengaja membunyikan klakson. Rupanya disambut dengan keterkejutan Alina. Ia sempat memegangi dada.Fatih membuka kaca. Dilihatnya Alina mendengus kesal.“Lain kali nggak usah diklakson. Untuk nggak pingsan,” gerutunya sebelum masuk. Fatih terkekeh. Kemudian membiarkan Alina mengambil posisi di sampingnya.“Maaf, ya?” ucapnya setelah beberapa saat berdiam. Hanya alunan musik klasik yang terdengar. Tak berapa lama kemudian, ia meng-offkan musik karena Alina terlihat tak nyaman.“Masih kagetan rupanya.” Fatih berucap lagi. Ia tahu bahwa Alina p
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-05
Baca selengkapnya

Kepergok

“Sudah lama,” jawab Fatih sambil mendorong pintu yang sudah ia buka kuncinya. “Masuklah.”Fatih menunggu Alina masuk. Kemudian menutup kembali pintu itu. Ia menghidupkan lampu, memeriksa kamar mandi dan mengambil satu handuk dari dalam lemari.“Sepertinya sering di datangi?”“Iya, kalau lagi sumpek, kepengen suasana baru, ya aku datang kemari. Ini baru dua hari yang lalu aku tiduri.”“Makasih,” ucap Alina sambil menerima handuk putih.“Kalau mau mandi sekalian, peralatan mandinya ada di rak kecil. Aku tunggu di luar, ya?” Fatih berjalan meninggalkan Alina. Kemudian menutup pintu.Ia menunggu tepat di luar pintu, berdiri sambil memainkan ponsel. Sesekali tersenyum, kemudian tertawa kecil.[Roti bakarnya harus porsi jumbo.] Rey membalas pesannya yang sudah kesekian kali.[Rakus, Lo.] balas Fatih.[Eh, beruntung aku kasih ijin.][Memangnya Alina mesti minta izin dulu kalau mau pergi?][Biasanya iya, tapi tumben nggak izin hari ini. Tuh, Mas Fatih udah bikin dia membangkang, kan?]Fatih
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-05
Baca selengkapnya

Batal Melihat Sunset

Anisa menggeleng. Mendadak berlari dengan tertatih-tatih meninggalkan Fatih dan Alina. Teriakan Alina tak mengetahuinya“Nisa, dengarkan aku dulu!”“Sudahlah, Al. Semuanya sudah terjadi. Sekarang atau besok, Nisa juga pasti mengetahuinya.”“Tapi nggak seperti ini caranya, Mas?” Alina menyandar pada dinding, perlahan tubuhnya meluruh bersamaan dengan air mata yang terus mengalir. Fatih menjadi iba. Ingin memeluk untuk menenangkan seperti dahulu, tetapi tidak mungkin."Jangan begini, Al. Aku nggak kuat melihatmu bersedih seperti ini. Aku akan menyelesaikannya. Aku akan bertemu dengan abah walaupun nggak ada kejadian ini. Anggap saja prosesnya dipercepat. Anisa lebih tau lebih dulu sebelum aku jujur pada abahnya. Sudah, jangan menyalahkan diri. Aku yang salah."“Kamu mau istirahat di dalam?” tanya Fatih. Ia merendahkandiri dan berjongkok di samping Alina. Hanya gelengan yang Fatih dapat sebagaijawaban.Ia memandangi wajah mantan istrinya dengan sayang. Ingin mengelappipi yang kemerahan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-05
Baca selengkapnya

Batal Menikah?

Terbiasa berinteraksi denganFatih, membuat Atik merasa tak sungkan lagi. Ia pun membukakan pintu.“Mas Fatih tumben datang saat abah gak ada.” Atik langsung bertutur kayaknya seorang teman.“Loh, abah belum pulang?” tanya Fatih heran.“Belum, Mas. Masih diperjalanan. Mbak Nisa ada di dalam. Mau saya panggilkan?”“Emmm ....” Fatih tampak berpikir keras. “Nisa lagi ngapain, Bi?” Fatih bertanya untuk memastikan jika Anisa baik-baik saja.“Di kamarnya, Mas. Dari tadi gak keluar kamar. Tapi ....” Ucapan Atik menggantung.“Tapi kenapa, Bi? Ada masalah?” tanya Fatih mulai khawatir.“Anu, Mas. Dari habis pergitadi, mbak Nisa gak ke luar kamar. Sepertinya, nangis. Samar-samar kedengarannya,sih.” Penjelasan Atik hanya sekilas, tetapi membuat Fatih merasa sangat jelas. Anisa memang tidak dalam kondisi yang baik, tapi setidaknya, ada Atik yangmengawasi. Begitu kata hatinya.“Kalau begitu, saya datanglagi besok siang. Langsung ketemu sama abah. Oya, tolong awasi Anisa selama Abah belum kembali.”“
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-06
Baca selengkapnya

Tak Enak Hati

“Oya, Anisa ada, Bah? Bisakami ngobrol sebentar?” Akhirnya, ia berhasil memulai percakapan penting.“Oh, itu ... ada di dalam.”Omar sengaja memberi jeda ucapannya. “Dia nggak mau keluar. Sebenarnya, adamasalah apa antara kalian? Abah tinggal pergi dua hari kok jadi ribut-ribut.” Omar mengakhiri ucapannya dengan tawaan kecil. Setelahnya, ia meraih cangkir di atas tatakan dan menyerutupnnya secara perlahan.“Gini, Bah.” Hamdan mulaibertutur. “Kami ke sini sebenarnya ada perlu dengan Abah, juga Anisa, tapi kalau memang Anisa tidak bisa keluar, ya gak apa-apa. Cukup dengan Abah saja.” Hamdan yang memang bertutur sangat sopan.“Ya, bagaimana persoalannya, kok sampai bisa seperti ini? Saya sendiri sudah mendengar aduan Anisa, tatapitak adil rasanya jika hanya mendengar dari satu pihak saja.” Omar berpendapat.Hamdan menatap Fatih, memberi isarat agar Fatih angkat bicara.“Jadi begini, Bah.Sebenarnya, semua salah saya. Dari awal tidak jujur dengan perasaan saya pada Anisa.” Fatih mulai menyu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-06
Baca selengkapnya

Bertemu Anita

“Untuk mengingatkan kalau dia memang tak cocok denganku. Benar begitu?”Anisa menghela nafas sambil membuka ponselnya. Ia menekantombol blokir pada sebuah aplikasi perpesanan. Pesan yang belum lama masuk,diabaikannya begitu saja.“Tak apalah, akan ada Fatih-Fatih yang lain setelah ini.Tapi wanita itu, kenapa aku benci melihatnya. Astagfirullah,” sebutnya.Tak ada yang lebih menyakitkan selain mendengar pengakuanlangsung dari seseorang yang diharapkan menjadi tumpuan harapan, menjadipembimbing dan imam. Tetapi lebih memilih wanita lain, bahkan dihadapannyasendiri.Anisa sedang berjuang untuk mengikhlaskan. Dan tentu sajabutuh waktu untuk menjalani semua yang telah ditetapkan.**Fatih masih menunggu ponselnya berdering. Berharap mendapatpesan dari Anisa, tetapi sayangnya tak seperti itu kenyataannya.Sebuah pesan masuk. Pesan balasan dari Alina.[Kita jangan dulu bertemu, Mas. Aku nggak enak kalau kita bertemupas ada Anisa.]Fatih menggaruk kepalanya yang tak gatal. Rupanya Alinasalah
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-07
Baca selengkapnya

Mencoba Melamar

“Diambil, dong. Capek ini tanganku,” ucap Fatih. Ia menutupkembali kotak itu dan meraih tangan Alina. Ia meletakkan barang itu di sana.“Jawabnya kapan-kapan. Simpan saja dulu.”Fatih melajukan kembali mobilnya, tanpa berpikir akanmendapat penolakan. Sebab, ia yakin jika Alina pasti menerimanya.“Kalau aku menolak?” ujar Alina.“Aku cari yang lain,” balas Fatih asal. Alina tersenyum malu saatFatih menoleh dan memandangnya.“Aku pakai, deh.” Alina membuka kotak itu dan langsung memakainya.“Pas,” ucapnya setelah benda itu melingkar di jari manisnya.“Iyalah.”“Ini bukan untuk Anisa, kan? Karena batal, langsung dikasihkan ke aku?”Fatih mengeryit, Alina tertawa melihat ekspresi wajah Fatihyang menerangkan kata tak terima atas tuduhan Alina.“Kok tau? Sayang ‘kan kalau dibuang,” balas Fatih mengerjai. Sakarang, gantian Alina yang berubah rona wajah senyumnya lenyap seketika.Melihat respons itu, Fatih langsung tertawa.“Makanya jangan mancing-mancing.”“Serius ini punya Anisa?” Alina ber
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-07
Baca selengkapnya

Mengunjungi Boy

Alina memberikan materi bahasan dalam kondisi yang tidak tenang. Berkali-kali melirik pergelangan tangannya, memastikan setiap menit waktu berlalu.Ia memutuskan mempercepat jam pulang. Sebab, ia tadi masuk lebih awal. Jadi, anak-anak tidak akan dirugikan karena waktu yang berkurang.Beberapa anak mempertanyakan, kenapa mereka pulang lebih cepat? Alina hanya memberi penjelasan bahwa dirinya ada kepentingan mendadak. Beruntungnya, mereka mengerti.Alina keluar dari kelas di bagian paling akhir. Ia langsung menuju ruangan dini untuk menjelaskan alasan dirinya masuk dan keluar lebih awal.Baru saja memasukinya ruangan yang sudah terbuka itu, pandangannya langsung tertuju pada seorang gadis yang sangat ia kenali.“Nisa. Kamu kenapa?”Alina langsung mendekat Anisa yang duduk dengan keadaan terluka. Anisa sedang memperlihatkan luka di bagian sikunya kepada Andini, sehingga tampak jelas oleh Alina.“Mbak Nisa menabrak mobil, Bu. Lukanya tidak terlalu serius sepertinya.”“Cuma lecet aja,” jaw
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-07
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status