Semua Bab Nafkah Terakhir sebelum Ditalak: Bab 61 - Bab 70

100 Bab

Siap Move On

Keduanya tertawa. Lalu mendadak terdiam. Hening, seperti disengaja untuk memberi kesempatan pada suara ombak.“Bagaimana?” tanya wanita itu mengambang. Fatih menoleh, tersenyum pias. Lalu, mengenakan kacamatanya kembali.“Apanya?” jawab Fatih pura-pura bodoh.“Siap move on?”Fatih menghela nafas berat, kemudian mengembuskan perlahan. Sumpah demi apapun, dadanya sangat sakit.“Sudah.”“Lalu?”“Ayo kita mulai.”“Hahaha ...!” Wanita itu tertawa lebar, bahkan lebih keras terdengar dari suara deburan ombak.“Apa semiris itu Gue di mata Lo?” Fatih bertanya sambil melempar pandang ke lautan lepas.“Iya. Lebih miris saat Gue tinggal nikah. Lo terlihat biasa saja meski sakit hati, tapi sekarang, Lo seperti mayat hidup, berjalan tapi tak bernyawa.”“Sialan, Lo.”“Jadi, di mana pastinya ini? Keburu mau balik Gue.”“Kenapa mesti buru-buru?”“Gue punya bayi.”“Dio?”“Gundulmu! Anak Gue yang kedua umur tiga bulan dan masih ASI. Buruan, cari tempat atau tegak di sini saja?”“Sahida. Dari dulu gak pe
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-30
Baca selengkapnya

Akhir Sebuah Kisah

Bungkam. Rey terdiam. Mencari kata-kata yang cocok untuk memberikan penawaran, tatapi takut seperti semalam. Alina malah marah. Rey memilih diam dan menerima kemauan Alina, karena mereka baru saja berbaikan.“Lo benar-benar yakin?” tanya Rey meyakinkan Alina, juga ingin memantapkan niatnya.“Yakin,” jawab Alina.“Kita-““Nggak perlu tanya lagi, Rey.”“Gue Cuma mau matiin kalau ... kalau-““Gue Sayang Lo.”Rey tercekat. Malah garuk-garuk kepala yang sebenarnya tidak gatal.“Gue nggak lagi nembak Lo.”Kesal. Alina membawa amlop di tangannya. Ia menaiki tangga.“Hai!” Rey memanggil.“Apa?” jawab Alina ketus.“Kamar Lo di bawah.” Rey menunjuk pintu di sampingnya berdiri. Alina turun dari tangga yang baru beberapa langkah. Memutar, menghindari tatapan Rey terdengar jelas tertawa cekikikan.Blem! Pintu di tutup dengan cepat. Alina memaki dirinya sambil bersandar di belakang pintu.“Bodoh. Kenapa ngomong seperti itu. Jadinya, Rey pasti mikir macam-macam. Belum cerai, sudah kegatelan. Ya ampu
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-30
Baca selengkapnya

Keputusan Final

[Alina tidak datang. Sidang berjalan lancar.] [Pengacaranya meminta agar segera dipermudah urusannya.] Fatih meletakkan ponselnya di meja. Masih terpampang jelas pesan dari Sahida. Tangannya menarik cangkir berisi coffelatte. Lalu, menyerutupnnya. Setelah itu, meraih kembali dan mengetika pesan balasan. [Permudah urusannya.] Tulisnya di sana. Ia menutup ponsel saat netra seseorang sedang berjalan ke arahnya. Seorang diri, tidak mengajak orang lain yang Fatih nanti-nantikan kedatangannya. ‘Apa dia ingkar janji?’ tanyanya dalam hati. Hatinya mendadak perih, apalagi melihat senyumannya seakan hujaman belati yang siap menguliti. “Mas, sudah lama menunggu?” Rey datang dengan senyuman. “Dia nggak ikut?” Fatih enggan berbasa-basi. Rasa-rasanya, ia ingin menangis sekuat tenaga ketika melihat Rey melenggang seorang diri. “Emm ....” Rey tak enak hati. Kedatangannya tanpa Alina membuat Fatih tak bisa menyembunyikan lara hatinya. “Oke, mau pesan apa? Aku yang traktir. Kata pengacaraku, di
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-30
Baca selengkapnya

Tinggal Kenangan

Fatih menelusuri jalanan tanpa ada tujuan. Pulang ke apartemen, masih terlalu siang. Ia akan punya waktu menganggur terlalu banyak, sehingga pasti akan mengingat Alina kembali. Ke rumah, pastinya ingat baby boy dan juga ibunya. Satu-satunya orang terdekat adalah ibu tirinya. Itu juga tak mungkin ia datangi untuk saat ini, karena wanita itu tak henti-hentinya membahas Helena.Ia berhenti di depan toko bunga. Ingatannya tertaut lagi pada Alina.“Ya, Allah. Kenapa sangat berat untuk bisa menerima kenyataan kalau Alina tak mungkin bersamaku.”Ia menghentikan kendaraannya cukup lama di sana. Pandangannya tertuju pada pada sebuah kafe. Tiba-tiba ponselnya berdering.Sahida calling ....“Halo, kita harus ketemu,” ucap Sahida tanpa basa-basi.“Oke, Gue tunggu di kafe Batavia di depan toko bunga. Sekarang,” jawab Fatih.“Eh, jauh amat.”“Gue lagi di sini sekarang.”“Oke-oke. Tunggu satu jam, paling lama.”“Lama amat!” keluh Fatih. Ia membayangkan rasa bosannya harus menunggu selama itu.“Hala
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-30
Baca selengkapnya

Akad

Keringat masih bercucuran ketika ia duduk di bawah pohon. Sebuah kursi kayu memanjang sengaja ditempatkan di sana untuk melepas lelah bagi para pengunjung.“Satu set lagi,” teriak salah satu pemain futsal sambil mengangkat jari telunjuknya.“Capek Gue. Kalian lanjutkan.” Fatih mengelap keringat menggunakan handuk kecil. Nafas yang tadinya terengah-engah, perlahan mulai teratur. Ia membuka ponsel, sekadar melihat waktu. Ternyata ada beberapa panggilan tak terjawab. Di dalam kontaknya tertulis 'Pak Omar'. Ia tersenyum kemudian mengirimkan pesan.[Saya ke sana nanti malam, Pak.]Setelah itu, ia membenahi barang bawaannya. Dengan menyandang tas punggung, Fatih mendekati teman-temannya untuk berpamitan. Seminggu sekali Fatih rutin di komunitas futsal. Waktu luang akhir-akhir ini membuatnya enggan menganggur. Ia lebih memilih menyibukkan diri daripada terus berkeluh kesah tentang kehidupan yang membuatnya lelah.Fatih meluncur membawa mobilnya. Ia sengaja mengendarai seorang diri, tanpa me
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-30
Baca selengkapnya

Setelah Dua Tahun

Pengalaman adalah guru terbaik yang mengajarkan banyak hal, sehingga seseorang tidak jatuh di lubang kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. Setidaknya, berusaha menjadi lebih baik melalui fase-fase kehidupan yang rumit.Kehidupan manusia tak terlepas dari berbagai peristiwa, tantangan, rintangan, kesempatan, dan pengalaman. Semua itu bisa dijadikan pelajaran setiap insan untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari. Begitupula dengan Fatih, ia sudah melewati fase kehidupan tersulitnya, sehingga mampu mencapai masa pencapaian jati diri.Beberapa orang mungkin seperti dirinya. Pernah merasakan atau sedang menjalani fase kehidupan yang berat dan menyakitkan. Hidup seperti drama yang tak berkesudahan. Apalagi bagi mereka yang kurang bersyukur, pasti akan menganggap bahwa kehidupan ini sebagai sebuah kutukan berat.Namum, hidup tidak tergantung oleh orang lain. Berat atau pun ringan, pundak adalah tempat mengangkat beban. Sejatinya kehidupan sesungguhnya adalah mampu menjadi
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-30
Baca selengkapnya

Souvernir

Malam merangkak pasti. Jam dinding berdentang dua kali saat Fatih beringsut dari tempat tidurnya. Ia ke kamar mandi. Begitu sampai di dalam sana, mematung, bingung di depan kaca. Sama seperti satu jam yang lalu. Hal serupa ia lakukan guna meredam perasannya yang dihinggapi keresahan.Ia bergegas ke luar setelah mencuci wajahnya. Kembali lagi berbaring. Namun, bayang punggung si pengendara sepeda motor masih melekat di pelupuk mata. Ia meyakini bahwa seseorang yang hampir terjatuh karena kecerobohan supirnya itu adalah Alina.Terngiang lagi umpatan kecil yang sempat ia dengar. Ia terlonjak dari posisi tidur.“Benar. Aku yakin, kamu pasti Alina,” ucapnya pada diri sendiri. Ia mengingat benar nada ucapan wanita itu.Suara itu tidak bisa menipu. Suara seorang Alina yang khas, apalagi ketika membangunkan tidurnya dengan cara yang gilanya. Fatih akan dibuat geli oleh karena Alina berbisik di telinga sambil menggesekkan bibir ke daun telinganya. Dengan begitu, Fatih akan langsung terbangun,
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-30
Baca selengkapnya

Penasaran

Fatih berselancar di dunia maya. Mencari souvernir untuk pernikahan keduanya. Sudah beberapa hari ia disibukkan oleh pekerjaan, sehingga belum ada waktu untuk memilih mencari souvernir.Gadis itu tidak meminta banyak syarat. Termasuk jenis souvenir seperti apa dan bagaimana bentuknya. Semua diserahkan pada Fatih.“Kayaknya ini bagus. Kelihatan manis, simpel dan elegan.” Ia bergumam sendiri menelisik setiap gambar yang terpampang di layar ponselnya.Sebuah bros rajut dengan berbagai macam model menjadi pilihannya. Ia berpikir pasti Anisa menyukai pilihannya. Sebab, ia memilih sesuatu yang mewakili karakter gadis itu.Tak menunggu lama, ia mencari alamat rumah produksi souvenir itu.“Sebentar,” gumamnya lagi. “Nah, dapat. Kayaknya di sini tempatnya. Agak jauh, sih. Tapi nggak apa-apa, kan bisa via online,” gumamnya seorang diri.Ia menekan posisi persis rumah produksi itu. Seketika terbelalak.“Alina Souvernir.”Tak percaya dengan nama yang tertera. Ia memeriksa lagi alamat yang tertera
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-30
Baca selengkapnya

Mencari Keberadaan Mantan

“Tante mau ke Bandung. Tante belum sepenuhnya yakin dengan keponakan yang menangani di sana, kok kayak ragu begitu, ya. Dia beda sama kamu, Al. Pergerakannya lambat.”“Maksud Tante, mau ninggalin Alina, begitu?”“Iya.”“Aduh, Tan. Jangan, dong. Di sini Alina sama siapa coba? Lagian, di sini sudah maju banget. Aku takut mengurusnya sendirin.”“Justru satu-satunya orang yang Tante percayai ya Cuma kamu. Lagian, sudah dua tahun kamu memegang kendali. Selama itu, Tante sengaja percayakan sama kamu supaya kalau sewaktu-waktu Tante sibuk, ada orang yang bisa diandalkan.”“Tapi ... nanti—““Bisa. Kamu pasti bisa. Besok kita meeting. Seluruh karyawan harus hadir. Tante mau bagi tugas baru. Khusus buat kamu, nggak usah ikut terjun. Cukup mengawasi saja dan kamu juga Tante tunjuk jadi pengganti untuk kasih materi ke satu yayasan yang sudah kita sepakati buat dikasih pelatihan.”“Tan—““Besok ikut Tante.”“Ke mana?”“Ke yayasan anak yatim ... entah tante lupa apa nama yayasannya. Kamu kan sering
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-30
Baca selengkapnya

Berbalas Chat

Sepanjang perjalanan pulang, Fatih terus memegangi kepalanya. Rasa sakit yang berdenyut menambah beban pikirannya semakin berat. Ingin sekali menanggalkan semua kegelisahan. Hampir saja hal itu menjadi kenyataan andai saja Alina tidak menampakkan diri.Harapan tak sejalan dengan kenyataan yang ada. Berkeinginan move on lebih cepat dengan syarat tanpa pernah melihat Alina adalah keinginan tersulit. Jika pada kenyataannya, hanya dengan menatap sekilas saja sudah membangkitkan rindu yang menyiksanya.“Pak, mau langsung pulang?” tanya Rohmat dengan hati-hati. Ia tahu, bahwa majikannya sedang memikirkan mantan istri. Bebrapa waktu yang lalu, Rohmat juga sempat memergoki Fatih membuka-buka album foto pernikahan. Dari itu, ia tidak berani bertanya lebih dalam tentang sosok Alina. Sepengetahuannya, mantan istri majikannya itu adalah orang yang sangat disayangi Fatih, bahkan hingga saat ini. Kabar itu ia dapatkan dari Jono, sekuriti kantor yang mendengar desas desus para karyawan.“Iya, Mang.
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-30
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status