Home / Rumah Tangga / KETIKA ISTRI LELAH BERTAHAN / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of KETIKA ISTRI LELAH BERTAHAN: Chapter 31 - Chapter 40

149 Chapters

Part 31. Aku Tak Berniat Kembali

Naomi mengangguk pasti. "Tak ada lagi alasanku untuk tetap tinggal. Mama sudah mengetahui semuanya dan beliau baik-baik saja. Aku tahu Mama keberatan, tapi aku juga tak ingin mengorbankan kebahagiaanku demi senyum Mama. Itu hanya akan membuat Raihan memandang rendah terhadapku." Naomi tersenyum getir. "Apa Raihan menerima gitu aja kepergianmu, Na?" kejar Nabila. "Entahlah, yang pasti aku sama sekali tak berniat untuk kembali dengan alasan apa pun dan dengan sebab apa pun.""Bagus, Na, Kau berhak bahagia. Laki-laki kalau sudah selingkuh, susah banget buat nyadarinnya. Tepat banget kalo ditinggalin.""Ish, kayak udah pengalaman aja," kekeh Naomi. "Sering liat seliweran di sosial media, Na. laki selingkuh, pas ketahuan sujud-sujud di kaki istri sah, dimaafin, kumat lagi." Nabila mencibir. "Udah, ah, Bil. Raihan adalah masa lalu, dan aku sama sekali tak tertarik untuk membahasnya lagi. Sekarang aku hanya ingin fokus ngerawat Ayah dengan tangan sendiri." Naomi merasakan hatinya berdes
last updateLast Updated : 2022-09-11
Read more

Part 32. Siapa Dia?

Ayah Dayat terdiam beberapa saat. Seperti tengah memilih kalimat yang tepat untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan anak semata wayangnya itu. "Lebih dari 20 tahun Ayah merawatmu sendiri, bisa dibilang tanpa bantuan siapapun, jadi rasanya sangat wajar jika ayah mengetahui setiap perubahan wajah dan sikap anak Ayah ...." Ayah Dayat menggantung kalimatnya.Naomi sedikit tertunduk. Tatapan matanya luruh pada gelas-gelas bening berisi teh manis berwarna kuning kecoklatan yang masih tersisa setengahnya di atas meja. "Apakah kau masih ingin menyembunyikannya dari Ayah?" Nada suara Ayah Dayat terdengar sendu. Beberapa menit kemudian keduanya terdiam. Ayah Dayat seolah memberi waktu pada Naomi untuk berkata jujur, sedang Naomi sibuk menyusun kata di kepalanya, agar kalimat yang keluar dari bibirnya tidak membuat sang Ayah khawatir terhadapnya. Perlahan Naomi mengangkat wajah. Menatap wajah renta di hadapannya dengan senyum, senyum yang dipaksakan. Hingga dalam satu tarikan n
last updateLast Updated : 2022-09-11
Read more

Part 33. Selingkuh dibalas Selingkuh

"Dia pamanku, adik bungsu ibuku," jawab Sena dengan raut wajah sebiasa mungkin. "Jujur?" wajah Raihan masih belum berubah, tetap dingin. "Jujur. Kalau nggak percaya tanya aja," tantang Sena. Tak ada keraguan di wajah perempuan itu. Mendengar pengakuan Sena air muka Raihan seketika berubah. Senyum ramah kini terbit di wajah Raihan dan disambut hal serupa oleh laki-laki itu. "Kita bisa bicara?" tanya Raihan dengan wajah serius. Kali ini kalimatnya tertuju pada Sena, perempuan yang sukses menaklukkan hatinya beberapa bulan terakhir. "Ngobrol di mana? Aku nggak enak sama pamanku." Sena beralasan. "Kita keluar, ya, sebentar. Ada hal penting yang pengen aku omongin ke kamu." Raihan meminta persetujuan. Wajah laki-laki itu terlihat begitu serius. Sena tak langsung menjawab, perempuan itu berjalan mendekat pada laki-laki yang tadi ia akui sebagai pamannya. Beberapa detik keduanya terlibat obrolan dengan suara setengah berbisik, Raihan tak bisa mendengar isi percakapan mereka dari jara
last updateLast Updated : 2022-09-11
Read more

Part 34. Ketahuan

Raihan terdiam beberapa saat. Berusaha mencari kata yang tepat agar hubungannya dengan Sena semakin membaik."Baiklah, Abang hanya ingin berkenalan dengan orang tuamu, nanti setelah kau selesai kuliah, baru kita akan menikah." Rehan berusaha mengalah. "Abang tidak mempercayaiku?" tanya Sena dengan wajah semakin cemberut. "Siapa bilang Abang tidak mempercayaimu?" Alis Raihan bertaut. "Aku tak ingin keluargaku mengira aku kuliahnya untuk pacaran. Ayah dan ibu pontang-panting agar aku bisa kuliah, aku tak ingin mereka kecewa." wajah Sena kini tertunduk. Raihan terlihat menghela nafas panjang. Kali ini ia harus kembali mengalah. "Baiklah, akan bertemu orang tuamu setelah kau selesai kuliah, dan siap menikah denganku. Untuk biaya kuliahmu, nanti Abang transfer," ucap Raihan dengan nada pasrah. Laki-laki itu mengecup lembut kening perempuan itu, perempuan yang sudah merobohkan bahtera rumah tangganya bersama Naomi. Perlahan wajah Sena berubah mendengar kalimat terakhir dari Raihan. Bi
last updateLast Updated : 2022-09-11
Read more

Part 35. Kehilangan

Dengan berani perempuan itu menatap mata Raihan. "Apa kau bisa mengembalikan waktu yang kubuang percuma untuk melayanimu?" tanya senang dengan mata mengerling manja. "Dasar perempuan murah*n! Ternyata kau tidak hanya miskin harta, tapi juga miskin harga diri!" Raihan terus mengumpat. "Kau jauh lebih murahan. Sudah punya istri di rumah, masih terus ngejar-ngejar perempuan lain di luaran sana. Dasar pecinta selangk*ngan!" Mulut Sena tak kalah pedas. "Tutup mulutmu! Kau yang telah menggodaku terlebih dahulu.""Ya, karena kau laki-laki buaya yang begitu mudah tergoda." Sena terkikik geli. Raihan menatap nanar pada perempuan yang pernah membuatnya dimabuk cinta itu. Kali ini tak ada lagi cinta di mata laki-laki itu, yang tersisa hanyalah rasa murka karena merasa dibohongi serta dibodohi selama ini. "Kalian berdua sama busuknya!""Jaga ucapanmu! Aku dan Sena sudah berpacaran sejak 3 tahun yang lalu. Jadi sebenarnya kaulah yang merebut Sena dariku," Potong laki-laki itu ketus. Tanpa
last updateLast Updated : 2022-09-11
Read more

Part 36. Ketegasan Sang Ayah

Rehan masih mematung di tempat semula, hingga akhirnya ponselnya berdering. "Papa ...," desis Raihan dengan kepala yang seketika dipenuhi tanya. Berapa detik ponsel terus berdering, hingga Raihan menggeser tombol dial pada pada layar ponselnya setelah berusaha bertenang. "Iya, Pa, ada apa?" ucap Raihan setelah telepon tersambung. Tak biasanya Pak Beni menelpon ke nomor pribadinya di jam kantor. "Kamu di mana sekarang?" tanya suara dari seberang sana dengan nada dingin. "Raihan masih di luar, Pa, ada keperluan mendadak," jawab Raihan sedikit berbohong. "Kenapa kau seenaknya keluar kantor tanpa mengabari sekretarismu terlebih dahulu?" Rehan merasakan keringat dingin mulai keluar di kening hingga ujung jemarinya. Jika saja Pak Beni tahu Apa yang sebenarnya ia lakukan, maka sudah dipastikan akan tamat riwayat anak bungsunya itu. "Maaf, Pa, tadi Raihan buru-buru." Raihan Kembali beralasan. Ia tak ingin papanya kembali curiga padanya. "Nanti malam datang ke rumah, Papa sama Mama ma
last updateLast Updated : 2022-09-11
Read more

Part 37. Kedatangan Raihan

"Raihan," lirih Naomi dengan suara pelan. Faiq menatap kearah Raihan yang baru saja turun dari mobil dengan tatapan santai. Tak ada kekhawatiran di wajah laki-laki itu. Raihan menampakkan wajah tak suka. Niatnya yang semula ingin memperbaiki hubungannya dengan Naomi dari rumah tadi kini berubah saat mendapati Naomi tengah bersama Faiq. "Aku semakin tak percaya jika kalian adalah saudara sepupu!" Nada suara Raihan terdengar merendahkan. Dengan langkah gontai Raihan berjalan mendekat di mana Naomi dan Faiq berdiri menghadap ke arahnya. Hati Raihan merasa tercabik saat melihat kedekatan naomi dengan Faiq. Naomi bergeming. Malas rasanya meladeni laki-laki tak punya hati di hadapannya itu. Sedangkan Faiq, laki-laki itu memilih menampilkan senyum tipis. Jauh di dalam hatinya ia ingin laki-laki di hadapannya itu menyesal atas apa yang telah ia perbuat pada Naomi."Pantas aja ngotot pingin pergi dan meminta berpisah dariku. Kuyakin laki-laki ini sudah lama memiliki hubungan khusus denga
last updateLast Updated : 2022-09-11
Read more

Part 38. Tak Tahu Malu

"Harusnya kau tahu diri, Naomi masih istri orang," desis Raihan dengan sorot mata setajam belati. "Saya tak merasa bersalah sedikitpun, karena saya ke sini untuk mengunjungi Paman Dayat dan tak pernah tahu jika Naomi sudah di sini," jawab Faiq jujur. "Halah, itu hanya akal-akalan kalian saja," cibir Raihan. Ayah Dayat berjalan menuju ruang tamu setelah selesai mencuci tangan dan kakinya. Laki-laki berusia lanjut itu berusaha setenang mungkin meski degub jantungnya terus saja beradu. Dengan raut wajah dingin Ayah Dayat duduk tepat di samping Faiq, laki-laki itu menggeser duduknya ke ujung kursi. Sedangkan Naomi duduk di samping Ayah Dayat. Berhadapan dengan Ayah Dayat membuat Raihan mematung untuk beberapa saat. Ia seolah kehilangan kata-kata yang sudah ia persiapkan sejak dari rumah tadi. "Apa tujuanmu datang ke sini?" tanya Ayah Dayat dengan suara dingin. Pertanyaan barusan membuat Raihan merasa tak nyaman. "Maaf sebelumnya, Yah, kedatangan saya ke sini berniat untuk menjempu
last updateLast Updated : 2022-09-11
Read more

Part 39. Kesempatan Terakhir

"Maaf, Raihan. Biarkan Naomi memilihnya sendiri. Ayah hanya ingin Naomi bahagia dan tidak ingin memaksa kehendak siapapun padanya," ucap Ayah Dayat. "Pergilah! Aku takkan pernah kembali bahkan sampai kapanpun. Jangan membuang waktu untuk membujukku Karena di hati ini tak ada lagi sisa cinta untukmu, bahkan hanya sekedar menghargai pun rasanya begitu sulit." Naomi berucap sambil membuang muka. Haning. Beberapa saat tak ada yang bersuara melainkan hanya Deru nafas dari mereka yang terdengar memburu yang terdengar oleh telinga masing-masing. Raihan melirik ketiga orang dewasa di hadapannya yang kini menatapnya dengan pandangan menghakimi, membuat perasaannya semakin tak nyaman. Laki-laki itu seketika bangkit dari duduknya dan tanpa sepatah kata pun ia keluar dengan muka masam nya. Beberapa menit setelahnya menyisakan suara deru mobil yang meraung keras dan kian mengecil hingga hilang ditelan jarak. ***Azan maghrib baru saja terdengar dari masjid di dekat rumah Raihan. Laki-laki itu
last updateLast Updated : 2022-09-14
Read more

Part 40. Karma Mulai Berbicara

"Baiklah," jawab Raihan singkat, wajah laki-laki itu terlihat lesu. Hatinya terasa sesak karena masalah demi masalah yang tengah menderanya, mulai dari kehilangan Naomi dan Sena, juga di turunkannya jabatannya di perusahaan ayahnya sendiri. "Raihan pamit," ujarnya. Laki-laki itu beranjak dari tempat duduknya, berjalan dengan langkah lesu untuk pulang.Raihan memukul kuat setir mobil hingga tangannya terasa sakit. Bibirnya tak berhenti mengumpat penyebab masalah yang bertubi-tubi datang padanya. "Sena," desis Raihan dengan hati murka. "Akan kubalas sakit hatiku. Kau harus merasakan rasa sakitku sekarang!" Raihan terus meracau, hingga akhirnya ia kembali memacu kendaraannya menuju rumah. Bertenang jauh lebih baik untuk saat ini, pikir Raihan. ***"Apa yang dibicarakan Pak Beni padamu tadi, Na?" tanya Nabila. Perempuan itu menarik kursi kerjanya mendekati tempat Naomi. Hari ini adalah hari pertama Naomi ke kantor setelah seminggu sebelumnya ia meminta cuti dadakan. Naomi Baru saja
last updateLast Updated : 2022-09-14
Read more
PREV
123456
...
15
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status