[Kapan kamu sempatnya aja. Aku juga belum sempat kalau dalam waktu dekat.][Terus, ngapain ngajakin? Dasar!]Namira pura-pura marah. [Iseng aja. Eh, jujur, ya?][Ish, dasar!][Bercanda, Beb. Btw, aku suka warna rambutmu pas pertama kali bertemu di rumah om Teguh.][Masa?] Tulis Namira menggoda.[Beneran ini. Eh, boleh menelepon?]Tak sadar, keduanya berbalas pesan hingga malam beranjak. Tak puas hanya seperti itu, Riko melakukan panggilan video. Namira tak menolak, bahkan malam itu mereka lalui hingga mencapai sepertiganya.Riko menunjukkan gelagat aneh sejak awal pertemuan. Di belakang sang paman, ia kerap menghubungi Namira. Keduanya merasa cocok dalam obrolan, terlebih usia keduanya berdekatan hanya terpaut tiga tahun. Riko sudah menyelesaikan kuliahnya, dan ternyata satu kampus dengan Namira.Mereka semakin akrab, lantaran menemukan banyak kecocokan.“Kok kita terlambat dipertemukan ya, Na?” Pertanyaan menggantung yang diucapkan Riko diakhir percakapan. Namira menyambut dengan se
Last Updated : 2022-10-26 Read more