All Chapters of Gara-gara Status Facebook Istri Pertamaku: Chapter 61 - Chapter 70

72 Chapters

Biang Kerok

Suasana malam lengang saat Lolita keluar dari kamar Tiara. Pukul sembilan malam, tetapi Tama belum juga pulang. Ia memutuskan menunggu di kamar sambil mempersiapkan pakaian ganti dan air hangat untuk Tama.Tak berselang lama, terdengar suara mobil yang berhenti di parkiran. Lolita menyibak tirai, tampak Rudi berlari kecil keluar dari mobil.Air hangat sudah tersedia, Lolita menyambut Tama yang mulai memasuki kamar. Basa-basi sejenak membuat Tama tampak rileks setelah seharian dikacaukan dengan urusan kantor.Menjelang tidur, Tama menyuruh Lolita tetap menghidupkan lampu utama. Biasanya, Tama akan bercerita panjang lebar di pembaringan. Tetapi sudah sepuluh menit menunggu, tak ada tanda-tanda membuka suara.Lolita segan ingin bertanya. Namun, rasa penasaran jauh lebih menyiksanya. Pun ia tak akan bisa terlelap jika ia belum mendapatkan penjelasan dari Tama sendiri. Untuk itu, Lolita memberanikan diri bertanya lebih dulu.“Papa gak ada niat cerita masalah di kantor?” tanyanya sambil mem
last updateLast Updated : 2022-10-26
Read more

Syarat yang Berat

“Bismilah,” ucapnya sambil mendirikan pintu, lalu berjalan pasti memasuki lobi.Benar saja, ada seseorang yang sudah menunggunya di sana, menuntun Lolita memasuki sebuah kolam renang, lalu lorong kecil sepanjang sepuluh meter.Keduanya berakhir di sebuah ruangan, tetapi tidak memiliki atap. Outdoor dengan sebuah meja bulat dan tiga buah kursi.Tak ada siapapun di sana selain Lolita dan seorang pria bertubuh gempal yang menuntun Lolita sejak awal.Lolita berdiri di ambang pembatas karena memang tidak ada pintu di sana. Melangkah santai mencoba tenang, walaupun pikiran buruk mencoba merasuk. Tetapi segera ia tepis.Ia masih berdiri dengan menenteng tas. Tangan sebelah menggenggam ponsel. Lolita memutar badan untuk mencari keberadaan pria yang mengantarnya.Raib. Pria itu telah pergi.Lolita mengangkat ponselnya, berniat menghubungi Namira. Namun, belum sempat menekan nomor wanita itu, perhatiannya teralihkan oleh suara heels yang terdengar melewati lorong.Lolita tak perlu memandang sia
last updateLast Updated : 2022-10-26
Read more

Penolakan

“Dan kalau Mbak Lita tetap menolaknya, berarti siap-siap menghadapi PHK besar-besaran. Siap-siap juga jika rumahmu, kantor-kantor mas Tama akan dihujani massa yang berdemonstrasi. Atau bahkan teror-teror seperti yang kulakukan kemarin. Terserah! Terserah nasib kalian! Aku gak perduli meskipun kalian menjadi gelandangan.” “Iblis kamu! Ingat, sampai kapanpun, aku tidak akan meninggalkan Tama. Dalam keadaan miskin sekalipun. Silahkan bersenang-senang dengan uangmu. Aku yakin, dalam gelimang harta, kamu tidak akan mendapatkan ketenangan.” Lolita berdiri dengan cepat, lalu pergi menyambar tasnya. “Jangan kamu pikir kamu satu-satunya solusi. Mudah-mudahan kamu gak segera mendapat azab, sehingga bisa menikmati kesenangan dalam waktu yang lama. Semoga ... semoga saja!” Lolita beranjak meninggalkan Namira. Namun, berbalik kembali sebelum ni benar-benar pergi. “Saat kamu memiliki anak nanti, baru kamu akan merasakan arti sebuah keluarga. Aku harap masa itu nanti akan mengingatkan kamu bet
last updateLast Updated : 2022-10-26
Read more

Anugerah Terindah

Keesokan harinya, kondisi Lolita masih juga belum berubah. Bahkan kondisi tubuhnya semakin lemah. Ia menolak ketika Tama memanggilkan dokter untuknya. Lolita sendiri merasa hanya butuh istirahat.Hingga siang hari, keadaannya tidak kunjung membaik. Iseng-iseng ia menyuruh Ipah membeli alat tes kehamilan. Sebenarnya tidak mempercayai jika ia sedang mengidam.“Tak ada salahnya dicoba,” gumamnya sambil membuka alat itu. Ia mencelupkan ke dalam air seni yang sudah ditampungnya. Dadanya berdebar menunggu setiap detik hingga terpampang jelas dua garis merah.“Alhamdulillah!” serunya dari dalam kamar mandi.Lolita buru-buru keluar untuk berbagi kebahagiaan dengan Ipah. ARTnya terlihat sangat senang, sama seperti Lolita.“Ibu saya buatkan sup biar segar badannya. Dari tadi pagi belum makan lo,” ucap Ipah menawarkan.“Boleh. Jangan terlalu asin ya? Di banyakin kentangnya, saya lagi malas makan nasi,” balas Lolita.“Siap, Bu.” Ipah gegas ke bawah untuk mengeksekusi masakan untuk Lolita.Lolita
last updateLast Updated : 2022-10-26
Read more

Melewati Masa Sulit

Pandangannya mengitari area parkiran. Mencari posisimobilnya yang berdiam di sudut halaman. Tiba-tiba pandangan menangkap sosok Namira. “Kenapa sih, duniaterasa sempit. Di mana-mana ketemu dia melulu,” gerutunya. “Astagfirullah!” iaberucap kembali ketika melihat wanita itu terhuyung dengan di bantu seoranglaki-laki yang pernah datang bersama Teguh. Namira tampakkesakitan sambil memegangi bagian bawah perutnya. “Dia sakit? Ataujangan-jangan ....”Lolita mundur beberapa langkah hingga tubuhnya terhadangtiang di sebuah lorong.“Sakit, Pi ...,” keluh Namira sambil di dorong menggunakankursi roda. Teguh terlihat mengiringi Namira. Hingga rombongan itu menghilangdi ujung lorong, Lolita tetap tertegun di tempatnya.Rasa penasaran memenuhi isi kepala. Lolita berpikir sejenaksebelum akhirnya mengikuti Namira dari jarak jauh.Namira langsung mendapat penanganan. Lolita menemukan Teguhsedang menelepon seseorang di luar ruangan. Suaranya tak jelas. Lolita mendekatuntuk mendapat informasi. Saya
last updateLast Updated : 2022-10-26
Read more

Sebuah Pengakuan

Dalam perjalanan, Lolita berceloteh tentang Namira. Tama enggan mendengarkan. Tapi tetapi pura-pura demi menyenangkan istrinya yangakhir-akhir ini lebih sensitif.“Kayaknya dia lagi sakit deh, Pa. Masa jalannya pakai kursiroda.” Lolita berucap dengan santai.“Kasihan ya, Pa,” tambahan lagi karena Tama tak menanggapi.“Ck, jangan terlalu mengurusi urusan orang lain, Ma. Kita sudah lama tidak membahasnya lagi kan?” Tama mengingatkan.“Cuma penasaran, Pa.”“Buka saja media sosialnya kalau penasaran. Beres kan?”“Bener-bener. Tumben Papa nyuruh begitu?”“Daripada ribut tanyaini itu sama papa dan papa gak tau jawabannya? Apa perlu papa yang talkingakunnya?”“Eh, eh, jangan dong!”Tama tertawa melihat respons Lolita yang cemberut sambil mengutak-atikponselnya.“Mama ngapain?”“Lihat facebook sama ig dia.”Mendadak Tama menyambar ponselnya, lalu mengantongi.“Pa.”“Kita makan dulu. Papa gak suka membicarakan nama diaapalagi saat kita makan. Ayo turun.”Mereka sudah sampai di depan sebuah kaf
last updateLast Updated : 2022-10-26
Read more

Demi Nyawa Namira

Lolita sendiri menjadi tercengang, heran sekaligus takpercaya. Namira pandai memainkan sandiwara. Ia tak mempercayainya. Namun,melihat sorot mata ketakutan wanita itu dan raut wajah saat melihat sosok Teguhkeluar dari toilet, membuat Lolita bertanya-tanya. Ada sesuatu yang tidakseharusnya terjadi pada diri Namira.“Sayang.” Panggilan Tama mengalihankan lamunannya. Lolita menggenggamrobekan kertas yang diberikan Namira tadi, kemudian menyambut kedatangan Tamayang membawa piring.“Kenapa?” tanya Tama melihat gelagat aneh istrinya.“Gak ada. Lama nungguin Papa,” jawabnya no berbohong.“Oh, toiletnya antriannya panjang, Sayang.” Tama meletakkansepiring makanan di hadapan Lolita.“Papa gak makan?”“Gak usah. Mama saja.”Tama mengedarkan pandangan ke samping kanan dan kiri. Tampakseberapa orang yang bisa kenal. Ia melambaikan tangan dan tersenyum.“Ma, papa ngobrol dulu sama temen, ya? Tuh, di situ,” pintaTama sambil menunjuk seorang pria berperawakan tinggi, putih, dan bermatasipit. Keturu
last updateLast Updated : 2022-10-26
Read more

Hanya Membantu

“Bu, kayaknya tempat yang ibu tuju jauh dari hunian.Maksudnya, rumah di sana masih jarang-jarang. Saya pernah ke sana satu kali,”ucap sopir taksi itu memberitahu. Sejenak, Lolita takmenyahut. Lalu berisaham meyakinkan hatinya. “Gak apa-apa, Pak.Saudara saya sedang butuh pertolongan di sana,” ucapnya yakin.“Oke kalau begitu.”Mereka bercakap-cakap tentang keadaan tempat yang akanmereka datangi. Meski di sana rumahnya jarang-jarang, tapi ada juga yangmelewati jalanan itu. Rata-rata para petani, terlihat dari bawaan mereka.“Itu sepertinya rumah yang ibu maksud,” ucap sopir sambilmenunjuk rumah bercat coklat.Terlihat lebih mewah dari rumah-rumah yang lainnya, berdiri diatas dataran tinggi.“Berhenti di sini, Bu?”Lolita mengamati sekitar rumah sebelum meyakinkan bibirnya untukmenjawab si sopir.“Iya, Pak,” jawabnya.Si sopir menghentikan laju kendaraan tepat di depan pintu pagar.“Pak, jika saya tidak keluar selama setengah jam, tolong hubungi suami saya. Ininomornya.” Lolita menyodo
last updateLast Updated : 2022-10-26
Read more

Oh, Namira

Tama menghubungi semua teman-teman Lolita. Terutama Mita, satu-satunya teman yang ia datangi secara langsung. Tapi, Mita tidak mengetahui keberadaan sahabatnya.Tama mengkhawatirkan keadaan Lolita karena sudah dua jam tidak dapat dihubungi.Ia panik, takut jika terjadi sesuatu pada diri istrinya. Apalagi Lolita sedang hamil tua.“Ya Allah, di mana kamu, Ma?”Berulang kali menyentuh nama Lolita pada layar pipih ponselnya. Tapi, tak juga mendapat jawaban, nomor ponsel Lolita tidak bisa dihubungi.Sementara itu, seseorang yang sedang dikhawatirkan sedang menikmati makanannya. Lolita sudah menghabiskan setengah dari isi nasi kotak sambil mengaktifkan ponselnya.Setelah mengurus Namira dan membayar biaya administrasi, ia berpamitan untuk mencari makanan, karena rasa lapar mendera.Ponselnya langsung berdering begitu mendapat sinyal.“Halo, Ma. Mama di mana saja? Dua jam papa seperti orang stres nyariin Mama.” Tama terdengar sangat panik.“Aku di rumah sakit, Pa. HP baru aktif lagi.”“Mama
last updateLast Updated : 2022-10-26
Read more

Kehilangan

Seorang pria sedang menunduk di depan sebuah pusara.Tangisnya tak berhenti meski rintik-rintik gerimis mulai berjatuhan.Ceceran lumpur bekas galian makam mengotori bawah celananya.Tak ada niat ingin beranjak pergi, bahkan ketika langit sore mulai gelap.“Pak, sebentar lagi hujannya deras dan sudah mau malam.Sebaiknya kita pulang saja,” ucap salah seorang dari anak buahnya.Pria itu tak juga mengangkat kepalanya. Ia terus tertunduk. Sedih.Seorang anak buahnya membentang payung. Hujan yang mulaideras membuatnya segera mendekati pria itu lagi yang keukeh tak mau pulang, lalumelindunginya dengan tulus.“Pak Teguh, hari sudah gelap,” ucap seorang pembawa payungtadi mengingatkan. Barulah Teguh mengangkat wajah. Ia mengusap nisan kayu yangbasah oleh hujan.“Maafkan papa, Nak. Beristirahatlah dengan tenang,” ucapnyasendu. Teguh berdiri menatap nisan itu sebelum benar-benar pergi.Senja yang tak lagi kemerahan, senja yang sudah bergantimalam membawa Teguh meninggalkan area pemakaman putri ke
last updateLast Updated : 2022-10-26
Read more
PREV
1
...
345678
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status