“Tapi, Pak. Ini si – sisa,” ucapku ragu.“Bukankah dulu aku selalu makan sisamu? Lalu, kenapa? Kamu tidak mau makan bekasku?”Dengan ragu akhirnya aku memakannya, setidaknya roti pisang coklat ini sedikit mengenyangkan ku. Ditambah lagi aroma wangi roti yang menguar di indraku, seakan merayuku untuk lekas memakannya. “Terima kasih, Pak!” ucapku.Tak pernah kusangka, aku mengucapkan terima kasih hanya karena roti sisa. Dimana harga diriku dulu?Reynan menatap ke arahku, lalu tersimpul senyum tipis di bibirnya. Ya, aku tahu kali ini dia balas dendam, tapi biarlah, prioritas utamaku adalah kesembuhan ibu dan sekolah Alisa. Bagaimanapun aku harus kuat. Reynan membuka mobil dan berlalu seperti biasa, menyisakan aku yang tergopoh belum siap ke luar. Kuambil tas kecil milikku, serta stopmap yang berisi data-data penting yang harus kukerjakan. “Selamat sore, Pak!”“Selamat sore, Pak!” Salam terus terdengar ketika Reynan melewati para staf, dan lagi-lagi dengan angkuhnya ia tak membalas.
Last Updated : 2022-07-23 Read more