Share

Bab. 4 Roti Sisa

last update Last Updated: 2022-07-23 11:08:07

“Tapi, Pak. Ini si – sisa,” ucapku ragu.

“Bukankah dulu aku selalu makan sisamu? Lalu, kenapa? Kamu tidak mau makan bekasku?”

Dengan ragu akhirnya aku memakannya, setidaknya roti pisang coklat ini sedikit mengenyangkan ku. Ditambah lagi aroma wangi roti yang menguar di indraku, seakan merayuku untuk lekas memakannya. 

“Terima kasih, Pak!” ucapku.

Tak pernah kusangka, aku mengucapkan terima kasih hanya karena roti sisa. Dimana harga diriku dulu?

Reynan menatap ke arahku, lalu tersimpul senyum tipis di bibirnya. 

Ya, aku tahu kali ini dia balas dendam, tapi biarlah, prioritas utamaku adalah kesembuhan ibu dan sekolah Alisa. Bagaimanapun aku harus kuat. 

Reynan membuka mobil dan berlalu seperti biasa, menyisakan aku yang tergopoh belum siap ke luar. Kuambil tas kecil milikku, serta stopmap yang berisi data-data penting yang harus kukerjakan. 

“Selamat sore, Pak!”

“Selamat sore, Pak!” 

Salam terus terdengar ketika Reynan melewati para staf, dan lagi-lagi dengan angkuhnya ia tak membalas. Bahkan sekedar menolehpun tidak. 

“Viv, kerjaanku sudah selesai. Ayo kita pulang.”

Aku bertemu dengan Pak De saat dilantai bawah, sudah berkemas dengan menenteng tas di tangannya.

“Kerjaanku masih banyak, De. Masih banyak laporan yang belum selesai, dan besok harus sudah tersaji untuk Pak Reynan.”

Pak De terdiam.

“De, pulang saja dulu. Nanti Vivi bisa pulang lewat ojol.”

“Kamu gak papa pulang sendiri?”

“Gak papalah, de. Vivian kan sudah gede.”

“Lalu kamu punya uang untuk membayarnya?”

Aku terdiam, kembali mengingat berapa isi dompetku saat ini. 20ribu, dan itu rencananya pun mau kubelikan mie instan untuk malam.

“Ini, nanti untuk bayar ojolnya,” ucap Pak De sambil memberikan uang selembar 100ribuan.

“Tapi, De.”

“Gak usah sungkan. Anggap saja kamu pinjam, kalau punya uang lebih bisa dikembalikan. Pak De ada acara sama anak-anak, jadi maaf tidak bisa menunggumu.”

“Gak apa, De. Bantuan pak De selama ini lebih dari cukup.”

Akhirnya kuterima selembar uang itu, dan berjanji akan mengembalikannya saat gajian nanti. 

Kurasakan getaran dalam saku celanaku, bergegas aku meraihnya, dan mendapati nama bos arogan masuk dalam tampilan depanku.

“Bentar, De. Vivian angkat telfon dulu.”

Pak De mengangguk, lali aku menggeser layar yang kupegang. 

“Hal ...”

“Kemana saja, Viv? Aku butuh laporan data darimu. Jangan ninggalin meja kerja tanpa alasan jelas,” terdengar bentakan dari ponselku, hingga tak sadar aku menjauhkan benda tersebut dari telinga.

“Sudah, sana kembali ke mejamu,” ucap Pak De yang sepertinya memahami. 

Aku langsung berjalan cepat menuju lift, bergegas kembali ke meja kerjaku. 

Aku mengernyitkan dahi ketika mendapati Reynan duduk di atas mejaku dengan wajah masam, diketuknya pensil yang ia pegang ke meja yang diduduki, seirama dengan detikan jam yang berjalan. 

“Kamu terlambat 3menit 48detik. Harusnya dari lantai bawah dan naik kesini itu membutuhkan 5menit, jika naik tangga 10 menit, dan sekarang waktu berjalan hingga 13 menit 48detik.”

Aku mendelik kearahnya, hanya terlambat waktu sekian menit saja menjadi masalah. 

“Aku ini bos, Viv. Bisa tidak  lebih sopan sedikit.”

“Ma-maaf, Pak!” ucapku sambil menunduk hormat.

“Bagus. Jangan ulangi lagi.”

“Tapi, Pak. Boleh tidak saya ijin untuk ...!”

“Tidak boleh. Selesaikan tugasmu baru boleh ijin. Aku menunggu laporannya 10 menit dari sekarang. Kutunggu di ruanganku.”

Lelaki arogan itu berlalu begitu saja.

Kusentuh perutku yang semakin perih. “Sabar ya, Cing. Nanti kalau laporan sudah selesai kuisi lagi perut kalian. Jangan nakal di sana,” ucapku sambil mengelus perut. Berharap parasit di perutku itu mau kuajak berkompromi. 

Sesaat kemudian, laporan telah selesai. Tak terlalu lama memang, karena aplikasi yang dipakai perusahaan cukup membantu, hanya perlu mengecek saja agar data pasiva dan aktiva imbang. 

Kubuka sedikit gorden di sisiku, mentari telah berlalu, hingga bintang kembali menebar cahayanya. 

Sruut...

Terdengar printer yang usai bekerja, sebuah kertas berisi data itu keluar darinya. Bergegas kuambil kertas tersebut dan kusatukn dengan beberapa data yang lain, memasukkan ke dalam map dan berlalu menuju ke ruang Pak bos Aroganku. 

“Telat 12 detik,” ucap Reynan saat kakiku menginjak ruangannya.

Ia berdiri di depan meja dengan mata yang terpaku dengan jam tangan yang melingkar di lengan kekarnya. Apa ia tidak memiliki tugas selain menatap detikan jam yang berjalan.

“Ma-maaf, Pak,” ucapku sambil menunduk.

Sebenarnya jengkel juga berada di posisi ini, tapi bagaimanapun aku harus kuat, ada ibu dan Alisa dirumah dengan penuh harapan.

Reynan tampak mengangguk ketika melihat lembaran laporan yang kuterima, senyum indah mengembang di bibirnya. Keuangan kantor aman, dan pendapatan melejit, itulah sekilas data yang kulihat tadi. 

“Sepatumu kenapa, Viv?” 

Aku terperanjat ketika melihat sepatu yang kukenakan, jempol kaki keluar dari batasnya. Kututup wajahku malu, berada di kasta terendah memang menyebalkan. 

“Ma-maaf, Pak!”

“Kamu sengaja memakai sepatu rusak untuk memalukan perusahaan?”

“Tidak, Pak. Hanya ini sepatu yang kupunya,” jawabku ragu. 

Sungguh ada rasa sakit di hati, saat jujur tentang kekuranganku di depan orang lain. 

Reynan menatap heran, Lalu diambilnya beberapa lembar kertas uang dari dompetnya, dihamburkan begitu saja.

“Ambil itu, ini masih jam 8 malam, mall masih banyak yang buka.”

Mendapati penghinaan seperti ini terasa menyakitkan, harga diriku pergi bersamaan perginya bapak yang meninggalkanku. Bagaimanapun aku harus kuat.

“Baik, Pak!” Aku menunduk hormat, lalu mengambil uang yang berceceran di lantai. 

“Itu tidak gratis. Akan kupotong dari gajimu.”

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Uly Muliyani
ya Allah.. berikan Vivian kesabaran yg sebanyak2nya.. Aamiin...
goodnovel comment avatar
App Putri Chinar
harus punya banyak stok sabar nih
goodnovel comment avatar
Erni Erniati
lama lama bisa jantungan nih kalo punya bos kyak Reynan...........
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Bos Arogan itu Mantan Pacarku   Bab. 5 Baumu?

    Kuhitung lembaran uang ratusan itu, tepatnya ada 15 lembar, sangat lebih dari cukup jika aku gunakan membeli sepatu. Bergegas kuisi perut terlebih dulu, aku tak ingin sakit hanya karena telat makan, bagaimana nasib ibu dan Alisa? **“Kak, larut sekali pulangnya?”Alisa yang tengah duduk di kursi tamu itu bergegas bangkit setelah melihatku datang. Diterimanya martabak telur dan roti bakar yang sengaja kubelikan. Rasanya sudah lama sekali aku tidak jajan untuk mereka. “Ibu mana?”“Sudah tidur, Kak.”“Itu makan dulu, mumpung masih anget.”Aku duduk di kursi sambil meletakkan tas dan kantong kresek yang berisi sepatu baru, menyelonjorkan kaki dan memijitnya perlahan.“Mbak Vi capek?”Alisa memasukkan potongan martabak itu ke mulutnya, hingga terlihat pipinya membulat, lalu menghampiriku. Ia duduk dibawah dan memegang kakiku, dipijitnya kaki itu dengan senyum yang mengembang.“Gak usah, Sa. Kamu juga pasti capek ngurus ibu dan rumah. Kamu habisin aja dulu jajannya.”Aku akui Alisa jug

    Last Updated : 2022-07-23
  • Bos Arogan itu Mantan Pacarku   Bab. 6 Kotoran Ayam

    Lelaki itu menutup hidungnya, sambil mengerutkan dahi.“Viv, baumu!”“Bau apa?”Aku menciumi diriku, meskipun aku memang tidak memakai parfum semahal dulu, tapi aku yakin bau badanku tidaklah begitu menyengat. Meskipun dalam keadaan berkeringat. Aku mendapati bau yang berbeda, dan itu ada di ...Aku menatap tajam ke sepatu yang ku kenakan, membalikkan sedikit kakiku, agar terlihat alasnya. Kotoran ayam menempel di sana. Apakah tadi aku menginjak kotoran itu saat di mobil angkutan? Aku meringis melihat bos arogan itu, mengembangkan senyum yang kupaksakan. “Viv!”Ia mendelik ke arahku dengan tatapan tak suka. Lalu diambilnya gagang telepon di atas meja kerjaku, tak jauh darinya. Menekan nomor hingga sebuah panggilan tersambung. “Ke ruanganku sekarang, tidak lebih dari 5 menit. Atau kau pecat saat ini juga.”Sikap arogan itu tak pernah jauh dari dirinya. Selalu terlihat semena-mena kepada siapapun. Sedangkan Reynan yang ku kenal dulu amatlah berbeda. Ia orang yang tak tegaan, jangank

    Last Updated : 2022-07-23
  • Bos Arogan itu Mantan Pacarku   Bab. 7 Oseng teri

    “Masakan istrimu, Pak?” tanyaku memastikan. Tidak ingin berlarut dengan nostalgia cerita lama. Bukankah Reynan sudah menjadi bos? Tidak mungkin juga kan dia masak sendiri untuk bekalnya?“Iya. Enak bukan masakan istriku?”Aku mengangguk. “Enak, Pak.” Ada sedikit rasa nyeri di ulu hatiku ketika Reynan menyebut istriku. Rasa yang jauh terpendam di dasar hatiku itu, seakan ingin kembali menampakkan diri ke permukaan.‘Sadar, Viv. Ini sudah bukan di ruang lingkup kekuasaanmu. Roda berputar dan kamu ada di kasta terendah. Tidak mungkin juga kan Reynan masih menaruh hati dengan apa yang sudah kamu lakukan dulu? Tahu sendiri, kalau masakan ini buatan istrinya.’Mendadak makanan ini hambar, tak berasa sedikitpun.“Kenapa tidak dihabiskan?”“Sudah kenyang, Pak.”“Habiskan sekarang juga , atau ...”Reynan tak melanjutkan ucapannya, akupun tak tertarik meneruskan ucapan tersebut. Hanya menatap makanan itu dengan kenangan yang terus bermunculan di pikiran. Kembali kusuapkan makanan tersebut ke

    Last Updated : 2022-07-28
  • Bos Arogan itu Mantan Pacarku   Bab. 8 Kembalinya Masa Lalu

    “Apa pedulimu dengan hidupku, Viv? Sejak kapan kamu memiliki rasa empati?”Aku terdiam, begitupun Reynan. Tak ada suara yang terdengar. Sibuk dengan pikiran masing-masing. “Maaf, Pak. Saya permisi dulu, mau ambil alat pel.”Aku menunduk hormat dan melangkah pergi. *“Bu Vivian kenapa kembali?” Salah satu OB itu menyapaku.“Mau ambil alat pel.”“Cangkirnya terjatuh, Bu?”“Iya. Dibanting sama pak Reynan.”“Benar kan, Bu. Dia pasti marah-marah. Ibu yang sabar ya?” Wanita separuh baya itu terdengar begitu empati sekali kepadaku. “Iya.” Aku menyunggingkan senyum dan berlalu setelah mendapati apa yang aku butuhkan. **“Permisi, Pak!” Aku menunduk hormat ketika memasuki ruangan. Berjalan perlahan dan mendekati lantai kotor yang terkena bekas tumpahan kopi. “Mau apa kamu?”“Membersihkan tempat ini, Pak!”Aku mengambil pecahan cangkir yang berserakan di segala penjuru. “Keluar dari sini! Aku tak butuh bantuanmu.”“Tapi, Pak!”“Keluar dari sini atau ....”“Permisi, Pak. Saya hendak member

    Last Updated : 2022-07-29
  • Bos Arogan itu Mantan Pacarku   bab. 9 Perintah yang merendahkan

    Ponsel berwarna merah muda yang tergeletak di meja kerja itu bergetar, sebuah pesan dari bos arogan masuk di dalamnya. [ Buatkan minuman, Viv ][ Baik, Pak. Akan saya hubungi petugas yang berangkutan. ][ Kamu yang antar ke sini. ][ Tapi, Pak. Bukankah saya harus menghindar dari pandangan bapak Rayhan yang terhormat. ][ Ini lain cerita. Tamu ku yang meminta ]Deg. Lagi-lagi jantungku berdegup lebih kencang. Semua hal yang bersangkutan dengan Haikal rasanya membuat tubuhku gemetar ketakutan.Ingin rasanya memberontak, tapi posisiku bukanlah di tempat yang tepat. Beginilah rasanya berada di kasta bawah? Seakan tak memiliki pilihan satupun untuk memilih, hanya sendiko dawuh, menerima nasib. Aku berjalan perlahan membawa nampan yang berisi teh hangat, dan air putih. Kutaruh gelas tersebut satu persatu ke atas meja. Berusaha sebisa mungkin menyembunyikan rasa takut dan tubuh gemetarku.“Vivian! Setelah sekian lama akhirnya kita bertemu kembali,” ucap Haikal yang terus menatapku, bahka

    Last Updated : 2022-07-29
  • Bos Arogan itu Mantan Pacarku   bab. 10 POV. Reynan

    ‘Kenapa kamu tiba-tiba hadir seperti ini, Viv? Seburuk-buruknya kamu di masa lalu kenapa tidak pernah bisa membuatku membencimu?’Aku menatap laptop yang selalu menemani hariku, membuka folder di dalamnya. Sebuah kenangan dengan Vivian terekam indah di sana. Vivian yang cuek, Vivian yang selalu marah-marah, dan Vivian yang suka seenaknya sendiri, dan tentunya Vivian yang manja. Tapi entahlah, kenapa aku tak bisa membuang sedikitpun memori tentangnya, meskipun ia terus menghujamku dengan kesedihan, dan penderitaan. “Rey, aku mau es krim.”“Tapi di sini gak ada penjual es krim, Viv! Aku ke swalayan sebentar ya.”“Enggak mau. Aku gak mau ditinggal.”“Ya sudah, kamu ikut saja.”“Aku mager. Aku malas jalan.”Hah, aku membuang nafas kasar, mencoba mencari ide untuk Vivianku yang terlampau manja. Duduk di bangku kuliah di semester satu sudah tak layak dibilang anak-anakkan? Tapi nyatanya Vivian terus bersikap layaknya anak SD, dan aku terus berusaha menurutinya. Di setiap senyum yang mengem

    Last Updated : 2022-07-29
  • Bos Arogan itu Mantan Pacarku   bab. 11 Jatuhnya Harga diri

    “Kenapa membeli sepatu saja kamu tak mampu? Sebenarnya apa yang terjadi denganmu, Viv? Kenapa kamu rendahkan dirimu seperti ini? Dimana harga diri kamu yang selalu kamu tinggikan itu? Dimana? Ha?”Lelaki itu memegang kedua pundakku, menggerakkan tubuhku dan menatapku dengan mata yang basah. “Apa yang terjadi padamu? Apa yang kamu sembunyikan dariku?” “Kamu tidak menjual dirimu untuk uang bukan?”Plakk ...Sebuah tamparan keras melayang begitu saja di pipi berwarna sawo matang itu. Aku memang rendah, tapi tak serendah yang ia pikir. Cukup sudah harga diri yang terus ia injak-injak. Lelaki itu memegang pipinya, bahkan bekas jari menempel merah memberikan tanda dari kesombongannya. Bos Arogan itu terkekeh. “Jangan muna kamu, Viv. Sebutkan hargamu untuk semalam. Aku akan membayar sepuluh kali lipat dari harga yang diberikan Haikal padamu.”‘Haikal? Apa maksudnya? Apa ia berbicara yang tidak-tidak pada Reynan? Tidak saat itu, maupun masa sekarang, Haikal terus membuat ulah.’Aku memici

    Last Updated : 2022-07-29
  • Bos Arogan itu Mantan Pacarku   bab. 12 Transferan Siapa?

    Aku duduk bersandar ranjang kasur ini, terisak sendiri. Meratapi nasib yang semakin tak berpihak kepadaku. Aku melepas kehormatan hanya demi uang. Sungguh, aku tak pernah berpikir sejauh ini. Memegang kepala yang terasa semakin berat, sedangkan otak kembali memutar kejadian semalam. Benarkah? Aku menjambak-jambak rambutku sendiri frustasi. Hingga sesaat kemudian deringku terdengar, nama Alisa ada di dalamnya. Aku menghapus air mata, mengatur nafas yang yang tadinya tersengal. Menata diri setenang mungkin. “Kak Vivian !”“Iya, Sa.”“Makasih ya, Kak. Karena transferan kakak semalam, nyawa ibu tertolong. Keadaan ibu semakin membaik. Kak Viv gak jenguk ibu ke sini? Beliau nanyain kakak terus.”Aku kembali mengingat kejadian saat di ATM. Saat itu aku belum sempat mentransfer uang, karena masih ragu untuk melakukan ini semua. Lalu ... Siapa yang mentransfer uang untuk ibu? Aku bangkit dan mengambil tas yang tergeletak di sofa depan tv, mengambil dompet dan memastikan... ATM masih di t

    Last Updated : 2022-07-29

Latest chapter

  • Bos Arogan itu Mantan Pacarku   Bab.127 Tamat

    “Iya.” Lelaki itu mengangguk.“Tapi … Bagaimana bisa? Me-re-ka?” tanyaku yang masih tak percaya.“Tutup mulutnya, Viv. Kalau ada lalat masuk,” ucapnya yang membuatku menahan malu. “Bisa tidak, ngomongnya dihalusin dikit!”“Sayang, jangan bengong. Sini duduk sini, kita makan!”“Rey, kita bukan pasangan kekasih. Jangan panggil aku sayang.”“Kalau begitu, maukan kamu jadi kekasihku, Viv?” lelaki itu mendekat dan kini berjongkok di depanku. Sebuah kotak bludru berbuntuk hati itu dibuka hingga menampakkan sebuah cincin dengan kilauan indah di tengannya. Ingin rasanya kujawab iya, tapi saat ini gengsiku masih melebihi segalanya.“Viv, jawablah! Apa kamu mau jadi istriku? Ibu dari anak-anakku?”Aku masih terdiam. Antar hati dan ego kita tengah saling menyerang.“Iya, Viv. Kapan lagi kamu nunggu momen ini?” ucap hatiku.“Janganlah, Viv. Gengsian dikit napa. Meskipun janda, kamu punya harga diri bukan? Bisa jadi kan Reynan hanya iseng kepadamu,” ucap logikaku.“Rey, itu, makanannya sudah data

  • Bos Arogan itu Mantan Pacarku   bab.126 Hubungan Agasthi

    “Ayo masuk, Viv. Ada apa, ha?” tanya reynan sambil memandang aneh ke arahku. Ya, dari tadi aku terus berusaha melepas pegangan tangannya, juga memutar bola mata menatap sekitar.Suasana resto yang di desain khusus dan indah ini, seakan menjadi saksi antara keromantisan reynan dan agasthi. Sedangkan aku disini? Hanya sebatas obat nyamuk.‘Bodoh kamu, viv, kenapa kamu mau-maunya diajak reynan kesini. Sekarang kamu mati kutukan?’ batinku merutuki diri sendiri.“Vivian, ayo kita masuk, Sayang. Apa perlu aku membopong tubuhmu yang kurus itu,” ucapnya lagi dengan gemas. Apalagi ketika ia memberikan embel-embel sayang di belakang namaku, membuatku jengah. Bisa-bisanya ia mau ketemuan dengan perempuan, tapi tetap sok sayang-sayangan kepadaku.Aku memiringkan bibirku, menampakkan ekspresi tak suka. Dan justru itu membuat reynan terkekeh dan menghadirkan senyum di wajah tampannya.“Gendong atau jalan sendiri?” tanyanya lagi.“jalan,” ucapku dengan nada datar.Ya, aku masuk kedalam resto yang te

  • Bos Arogan itu Mantan Pacarku   bab.125 melakukan hal tak jelas

    Sore ini Lesta sudah boleh pulang, reynan pun sudah pulang ke rumahnya. Aku berdiri di balkon kamar terus menatap ke arah halaman, berharap lelaki itu kembali datang untuk menghampiriku.‘Viv, kenapa kamu kegatelan sepeti ini?’ batinku.‘Bukan kegatelan, tapi hanya meluruskan omongan reynan,’ balas batinku kembali.Aku masuk ke kamar, merebahkan diri, lalu kembali bangkit dan ke balkon, melakukan aktifitas yang tak jelas. Hari telah berganti malam, cahaya sang mentari mulai menghilang, diganti rembulan dan bintang yang berkelip di langit dengan indahnya. Suasana hatiku semakin memburuk, tatkala mengingat malam ini reynan ada acara bertemu dengan Agasthi.Kuraih layar pipih di sakuku, tak ada pesan selain dari operator yang mengabarkan kuota mulai menipis.‘Rey, apakah karena kamu akan bertemu dengan agasthi, hingga melupakan aku seperti ini? Bukankah kamu berjanji ketika sampai ke rumah, akan memberiku kabar?’Aku kembali masuk ke dalam kamar, duduk di bibir ranjang. Entah, untuk keb

  • Bos Arogan itu Mantan Pacarku   bab.124 Cemburu

    “I-ini ....”Lelaki itu tampak sungkan, ketika aku membaca jejeran huruf di dalamnya. “Agasthi?” tanyaku kaget. Entah kenapa aku merasa cemburu, ketika ada nama wanita lain di dalam ponsel reynan. “I-iya, Viv.”Lelaki itu terdiam, memilih menaruh ponsel kesayangannya ke sofa. “Diangkat saja, Rey, takutnya penting.”“Bukan apa-apa, Viv, dia hanya ....”Belum juga reynan melanjutkan perkataannya, aku sudah menggeser tombol hijau itu ke atas, hingga panggilan agasthi dan rey tersambung. Ini memang bukan perlakuan yang bijak, bahkan tidk beratitude, tapi tak tahu kenapa, rasa penasaranku semakin memuncak. Apalagi aku tahu kalau agasthi adalah wanita mantan calon istri reynan, dan bahkan ia sangat mencintai lelaki yang kini duduk di dekatku. Tidak lupa kutekan tombol speaker, supaya pembicaraan ini terdengar bersama, hingga tak ada dusta antara reynan kepadaku. “Rey, jadi kan kita ketemuannya?” tanya Agasthi dengan suara khas manjanya. Ketemuan? Apa maksudnya? Lelaki itu berjanji ak

  • Bos Arogan itu Mantan Pacarku   bab.123 obatnya bukan itu

    “Rey, aku bertanya serius. Kamu datang kapan? Kenapa gak bangunin aku?”Lagi-lagi ia hanya menjawabnya dengan senyuman, membuatku kesal. Kucubit lengannya, hingga ia mengaduh kesakitan. “Viv, i-itu ... Bisa pelan dikit?”Aku tak menggubrisnya, masih kesal dengan apa yang ia perbuat, juga dengan mimpi yang baru saja kudapat. Meskipun sebenarnya, aku bersyukur karena semua hanya mimpi. Reynan datang kesini, masih dengan ia yang semula, tanpa predikat seorang Nara pidana. “Viv, beneran sakit,” ucapnya sambil meringis. Aku menatap tangan yang baru saja Kucubit, darah segar mengalir. Aku baru menyadari jika Medan keisenganku adalah bekas luka Rey. “Rey, maaf,” ucapku penuh rasa bersalah. “Tak apa.”“Tapi sampai berdarah ni tanganmu.” Aku masih menatap darah segar yang kini mengalir melewati jarinya. “Ya sudah, bantu obati, Viv.”“Aku Carikan perban dan obat merah dulu.”Baru saja aku bangkit, tangan ini diraih oleh Reynan. “Obatnya bukan itu, tapi ...”Lelaki itu berdiri mendekatk

  • Bos Arogan itu Mantan Pacarku   bab. 122 Menjadi Tahanan

    Malam ini kuhabiskan di kamar rumah sakit, menemani Lesta yang keadaannya mulai membaik. Ia terus bercerita dengan mimpi dan cita-citanya, hingga tetesan air mata membasahi pipi gadis cantik itu tatkala menceritakan tentang kakaknya. “Kak Viv disini, Les. Aku akan selalu ada untukmu,” ucapku sambil memeluk lembut tubuh ringkihnya. Aku bahkan tak menyadari baru beberapa hari saja tubuh kecil Lesta semakin mengurus.Wanita cantik itu tersenyum, lalu membalas pelukanku. Hingga jam minum obat tiba, dan ia mulai terlelap ke dalam mimpinya. Kulihat jam dinding di ruang kamar ini, waktu telah menunjukkan pukul 22.00 wib, Alisa pun telah tidur di atas sofa tanpa selimut yang menutup tubuhnya. Aku meraih tas kecilku yang berada di atas meja, mengeluarkan benda pintar yang dibelikan haikal untukku. Kosong. Tak ada notif pesan maupun panggilan sama sekali. “Ya Tuhan, jaga Reynan. Semoga ia baik-baik saja,” ucapku yang kini kembali duduk di sofa sebelah Lisa tertidur. Akupun ikut menyanda

  • Bos Arogan itu Mantan Pacarku   bab. 121 perjaka seumur hidup

    Kedua lelaki itu mendekat, dimana tiap langkah lebar yang mengarah menuju kami, menambah rasa ketakutan dalam hatiku. Suara sepatu dinas yang bersentuhan dengan lantai rumah sakit, seperti membawa alunan genderang kematian. Tubuhku gemetar, bahkan aku harus menarik nafas panjang untuk sedikit melegakan rasa panik ini. Rey melirik ke arahku, menggenggam tangan yang mulai bergerak tak jelas karena Tremor, “Semua akan baik-baik saja,” Tak ada ucapan itu, tapi dari sorot mata teduh Rey, seperti mengutarakan hal untuk aku bisa tenang. “Ma-maaf, ada perlu apa, Pak?” tanyaku yang memulai pembicaraan terlebih dulu. “Selamat sore, Bu Vivian, Pak Reynan. Saya hanya ingin meminta bapak reynan untuk datang ke kantor polisi. Ini surat panggilannya,” ucap salah satu petugas tersebut sambil memberikan sebuah lampiran. Rey mengambil kertas tersebut, sekilas membacanya dengan fokus mata yang menyusuri jejeran huruf di dalamnya. “Saya akan datang, Pak.”“Baik, terima kasih atas kerja samanya.”Ked

  • Bos Arogan itu Mantan Pacarku   Bab.120 Permintaan menikah

    Baik Rey dan aku dibuat kikuk kala menatapnya. "Indra sudah ditemukan. Ayo ikut aku," ucap Om Gunawan menatap lelaki di sebelahku. "Kamu mau pergi, Rey?" tanyaku ragu. Masih tersimpan dalam ingatan bagaimana om Gunawan mengarahkan senjata ke arah Reynan, lalu berbalik arah menembakkan timah panas ke arahku, dna berakhir dengan Haikal yang menerima tembakan itu. Masih terekam begitu jelas bagaimana darah Haikal mengalir bersamaan ia yng menutup mata dan menghembuskan nafas terakhirnya. Aku menggeleng, seperti tak ikhlas jika lelaki yang pernah menjadi bos ku itu pergi. "Maafkan aku. Aku janji pasti akan kembali," ucapnya sambil melepas genggaman tangannya perlahan. "Rey," ucapku lirih. Aku begitu takut terjadi sesuatu hal kepada Reynan. Apalagi ia akan pergi bersama om Gunawan, dan hendak bertemu Indra. Mereka berdua adalah musuh, ya g ingin sekali menghabisi Reynan. Reynan masih berjalan mengekori om Gunawan. Hingga punggung keduanya mulai lenyap dari pandangan, ketik melewati

  • Bos Arogan itu Mantan Pacarku   bab. 119 kedatangan Om Gunawan

    "Viv, apa tadi ada yang masuk ke kamar kalian?" tanyanya panik. Aku semakin bingung tatkala mengingat perawat tadi masuk dan menyuntikkan cairan obat ke tubuh Lesta. "Iya. Seorang perawat masuk dan memberikan obat. Apa ada yang salah, Rey?"Aku tak tahu lagi, harus bertanggung jawab seperti apa jika keadaan Lesta semakin memburuk karena kecerobohan ku. "Tidak apa, Viv. Aku kira Indra kabur dan masuk kesana.""Maksudmu Indra belum ketemu juga? Bagaimana keadaan di luar? Apa semua baik-baik saja.""Iya, Indra kabur setelah tembakan mengenai lengannya, dan sekarang aku bersama Gunawan.""Om Gunawan?""Aku akan segera datang kesana." Benar saja dalam hitungan menit, Dua lelaki masuk ke dalam kamar, satu lelaki yang paling kucintai dan paling kunanti kedatangannya, dan satunya lagi lelaki yang paling kutakuti. Aku memindai tubuh lelaki itu dari bawah ke atas, takut jika ada senjata bertimah panas melekat di antara pakaiannya. Namun, dari sorot mata kedua lelaki itu seperti tak memil

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status