Share

Bos Arogan itu Mantan Pacarku
Bos Arogan itu Mantan Pacarku
Penulis: fida yaumil fitri

Bab. 1 Pertemuan

last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-23 01:05:31

Aku menatap ruang kepala itu dengan penuh rasa harap. Berharap pemimpin perusahaan ini bersedia menerimaku jadi sekertaris untuknya.

Mengingat bagaimana kesehatan ibu di rumah serta biaya sekolah Alisa yang menunggak, aku tak ingin gagal dalam peluang ini.

Kembali kuperhatikan tubuhku dari bawah, memakai sepatu hitam bekas, yang kugunakan saat menjadi SPG kala itu, memakai atasan casual terbaik dan celana kain warna hitam. Kuambil nafas panjang, agar rasa grogi ini mulai memudar.

“Vi, kamu bisa!”

Aku menyemangati diriku sendiri, sambil memejamkan mata. Tiba-tiba ucapan Pak De ku kala itu menghantui pikiran, ia salah satu staf di sini.

“Vi, bos ku lagi butuh sekertaris untuknya. Gajinya lumayan, lebih dari cukup untuk sekedar biaya berobat dan cuci darah ibumu, termasuk juga biaya sekolah adikmu. Apa kamu tertarik? Cuma ya itu ...” Sejenak pak De terdiam.

“Kenapa, Pak De?”

“Dia arogan dan suka marah-marah, sudah sebulan ini ia ganti sekertaris 3kali, mereka gak kuat dengan hinaan dari Pak kepala.”

“Hinaan seburuk apapun itu. Aku yakin aku sanggup, De!”

Aku membuang nafas kasar, lalu berjalan mendekat, kuketuk pintu itu perlahan, hingga terdengar suara dari dalam mempersilahkan masuk.

Kuputar gagang pintu itu, sambil menarik nafas panjang, lalu masuk ke dalam ruangan yang cukup besar ini. Ruangan ini begitu dingin, bahkan ketika kaki ini masuk, kurasakan hembusan mengenai tulangku. Aku mencoba fokus dengan pandangan yang hanya tertuju kepada bapak direktur. Ia masih duduk di kursinya dengan tatapan tajam ke buku yang dipegangnya, sama sekali tak menoleh ke arahku sedikitpun.

“Silahkan duduk.”

Aku menurut, menjatuhkan tubuhku di atas kursi di depan pak kepala. Pandanganku terus fokus ke arahnya, meskipun pandangan matanya tak pernah berpaling dari buku yang dipegang.

“Namamu siapa?”

“Vivian, Pak,” jawabku pasti.

Meskipun degupan jantungku begitu cepat, ditambah aliran darahku yang mengalir lebih kencang dari biasanya, aku mencoba setenang mungkin, menutupi rasa grogi dengan jawaban yang tegas.

“Apa niatmu mencari kerja di sini?”

“Saya mencari uang,” jawabku simpel tanpa bertele-tele. Dapat bocoran dari Pak De, pak kepala sukanya to do point’ dan paling malas meladeni karyawan yang terlalu bertele.

Lelaki bertubuh sempurna itu, kini melepas bukunya, mengarahkan pandangan ke arahku.

“Reynan,” ucapku lirih yang nyaris tak terdengar, hanya gerakan bibir saja yang membentuk nama tersebut.

Lain halnya dengan aku, Reynan tak terkejut sama sekali melihatku. Dia hanya tersenyum miring menatapku.

“Vivian Diandra, sungguh kehormatan kamu mau mencari pekerjaan di sini.”

Reynan bertepuk tangan, dengan tatapan penuh benci.

Bayangan tentang lima tahun lalu berputar begitu saja di otakku.

“Vi, aku gak mau berpisah denganmu. Aku tidak sanggup jika harus melupakanmu, tak akan pernah bisa, tak akan pernah mampu.”

Tanpa rasa peduli, dan belas kasihan, aku meninggalkannya begitu saja

Bahkan tanpa ada penjelasan sama sekali.

“Masih ingat aku, Vivian?” tanya Reynan yang kini bangkit dari duduknya, perlahan ia melangkah maju dan mendekat, tatapannya terus fokus ke arahku, dengan pandangan tajam penuh murka.

“Masih, Pak!”

Aku meneguk salivaku, kini kurasakan kerongkongan mengering bersamaan dengan kerja jantung yang memompa lebih cepat. AC yang tadinya terasa dingin saat pertama kali aku masuk, kini tak lagi kurasakan, justru peluh di dahiku semakin bermunculan.

“Salut kepada keberanianmu yang masih duduk di sini.”

Ia kembali tersenyum sinis sambil memicingkan alisnya. Wajah oriental jelas terlihat dengan rahang tegas yang terus menatapku dengan tajam.

“Saya butuh pekerjaan, Pak!”

“Dan saya menolak kamu.”

Ucapan tegas dari lelaki di depanku benar-benar membuat duniaku hancur, peluang besar yang begitu kuimpikan ini tak mungkin bisa ku lepas begitu saja. Bayangan ibu dan Alisa yang menungguku pulang penuh harap, tak mungkin aku mengecewakannya kembali untuk kesekian kalinya.

“Saya lulus seleksi dari HRD, tidak mungkin kamu bisa menolak begitu saja, Rey. Eh maaf, Pak!”

“Saya direktur di tempat ini, dan saya memiliki hak penuh untuk memilih siapa staf saya, apalagi asisten saya.”

“Saya mohon, Pak! Sebagai atasan bijaklah dalam mengambil keputusan. Bukan berdasar pada masalah pribadi.”

“Siapa kamu atur saya? Ha?”

Reynan membuang muka, lalu berdiri membelakangiku.

“Ini tak adil untuk saya, Pak!”

“Lalu yang kamu lakukan lima tahun lalu, adil untuk saya? Pergi begitu saja tanpa penjelasan yang berarti.”

Aku hanya terdiam, memandang punggung gagah yang terbalut jas hitam mahal. Harta mampu merubah segalanya, termasuk hati. Reynan yang dulu lembut dan penyayang ternyata bisa berubah begitu berbeda dalam waktu singkat.

“Angkat kaki sekarang juga dari ruanganku. Pintu keluar masih berada di tempat yang sama.”

Reynan duduk di meja kerjanya sambil menunjuk pintu, tanpa menatapku sama sekali.

Bayangan Ibu dan Alisa terus berada di pikiranku. Melihat kondisi ibu yang mulai melemah dan membutuhkan cuci darah. Aku tak mampu jika pulang dengan harapan kosong.

“Aku mohon, Pak. Terima saya di perusahaan bapak. Saya siap dengan hinaan dan perkataan kasar bapak, apapun itu. Saya bersedia.”

Aku duduk bersimpuh di depannya, dengan tangan yang meraih sepatu mengkilat miliknya.

Reynan tampak terkejut, hingga akhirnya ia terlihat menikmati pemandangan di depannya.

“Sejak kapan kamu kehilangan harga dirimu, Vi? Mana harga diri yang dari dulu kamu agung-agungkan itu?”

Aku hanya diam, tak peduli berapapun kata umpatan yang keluar dari bibirnya. Aku hanya ingin pekerjaan ini, dan segera membawa ibu ke rumah sakit.

“Baiklah, sepertinya menarik juga tawaranmu. Aku terima kamu.”

“Terima kasih, Pak!” kusunggingkan senyumku, dan pamit berlalu.

Berjalan perlahan ke luar dari ruangan dengan hati yang bahagia. Tergambar jelas senyum ibu dan Alisa yang akan mendengar, aku diterima di perusahaan ini.

“Tunggu, Viv.”

Aku menengok ke belakang dan menundukkan sedikit kepala.

“Iya, Pak.”

“Jangan pernah lagi bersujud kepada siapapun!”

------------

Ada yang pernah senasib?

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Uly Muliyani
pak Arogan tertarik sma tawaran Vivian... tawaran apa yah...
goodnovel comment avatar
App Putri Chinar
baru awal kayaknya udah seru....aq suka yg arogan2 gini
goodnovel comment avatar
Setya Radja
baca part pertama lgsg jatuh cintrong dgn ni karya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Bos Arogan itu Mantan Pacarku   Bab. 2 Hari Pertama

    “Bagaimana hasil tes wawancaranya, Kak? Apa diterima?” Alisa yang duduk di sebelah ibu menatapku dengan mata berbinar.“Iya. Bagaimana, Nduk?” tanya ibu yang ikut bersuara dengan nada pelan.“Menurut kalian?” Aku mengangkat alis ke atas sambil tersenyum.“Diterima, Kak?” jawab Alisa sambil memelukku.“Alhamdulillah.” Ibu menangkupkan tangan di wajahnya. “Bosnya gimana, Kak? Beneran galak? Kakak dimaki?” pertanyaan Alisa sontak membuat kening ibu berkerut, pasalnya wanita yang telah melahirkan kami itu tak mendengar percakapan antara aku dan Pak De. Setahu beliau, aku hanya sedang ikut wawancara di perusahaan besar.“Biasa aja. Lagian siapa yang bisa menolak pesona Vivian Diandra.”Aku tersenyum simpul, mencoba menutupi kenyataan. Bagaimanapun aku kedepannya, hinaan seberat apapun, aku pasti sanggup. Ada ibu dan Alisa yang begitu membutuhkan.Tersungging senyum di bibir ibu, hingga akhirnya kita berpelukan bersama, sepeti kartun teletubies. Sayang, semua tak lagi lengkap setelah bapak

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-23
  • Bos Arogan itu Mantan Pacarku   Bab. 3 Peresmian Gedung Baru

    “Pak Reynan,” ucapku lirih dan bangkit dari tempat dudukku. Aku menundukkan tubuhku dengan hormat. “Aku membayarmu bukan untuk melamun,” teriaknya dengan suara yang menggelegar. Terlihat para staf lain menatap kami, karena sekat antara ruang ini dengan staf lainnya adalah dinding kaca. Dan ketika Reynan menoleh, mereka kembali sok sibuk dengan pekerjaan masing-masing. “Ma-maaf, Pak!”“Mana jadwal yang aku minta?” tanya Reynan sambil mengarahkan tangan ke arahku.Mati aku, aku belum menyiapkan apapun, bahkan untuk menyalakan laptop di depanku pun belum. Aku menggigit bibir bawahku, dengan tangan yang terus mengucek ujung kemeja yang kupakai. “Belum siap, Pak!” jawabku ragu. “Belum siap?” Terdengar kembali gebrakan meja, yang membuat para staf kembali menoleh, dan lagi ketika Reynan menatap ke arah mereka, para staf kembali sibuk dengan pekerjaan masing-masing. “Kamu tak pernah berubah. Selalu menganggap keperluan orang lain itu tidak penting,” ucapnya dengan ketus. Ia kembali m

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-23
  • Bos Arogan itu Mantan Pacarku   Bab. 4 Roti Sisa

    “Tapi, Pak. Ini si – sisa,” ucapku ragu.“Bukankah dulu aku selalu makan sisamu? Lalu, kenapa? Kamu tidak mau makan bekasku?”Dengan ragu akhirnya aku memakannya, setidaknya roti pisang coklat ini sedikit mengenyangkan ku. Ditambah lagi aroma wangi roti yang menguar di indraku, seakan merayuku untuk lekas memakannya. “Terima kasih, Pak!” ucapku.Tak pernah kusangka, aku mengucapkan terima kasih hanya karena roti sisa. Dimana harga diriku dulu?Reynan menatap ke arahku, lalu tersimpul senyum tipis di bibirnya. Ya, aku tahu kali ini dia balas dendam, tapi biarlah, prioritas utamaku adalah kesembuhan ibu dan sekolah Alisa. Bagaimanapun aku harus kuat. Reynan membuka mobil dan berlalu seperti biasa, menyisakan aku yang tergopoh belum siap ke luar. Kuambil tas kecil milikku, serta stopmap yang berisi data-data penting yang harus kukerjakan. “Selamat sore, Pak!”“Selamat sore, Pak!” Salam terus terdengar ketika Reynan melewati para staf, dan lagi-lagi dengan angkuhnya ia tak membalas.

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-23
  • Bos Arogan itu Mantan Pacarku   Bab. 5 Baumu?

    Kuhitung lembaran uang ratusan itu, tepatnya ada 15 lembar, sangat lebih dari cukup jika aku gunakan membeli sepatu. Bergegas kuisi perut terlebih dulu, aku tak ingin sakit hanya karena telat makan, bagaimana nasib ibu dan Alisa? **“Kak, larut sekali pulangnya?”Alisa yang tengah duduk di kursi tamu itu bergegas bangkit setelah melihatku datang. Diterimanya martabak telur dan roti bakar yang sengaja kubelikan. Rasanya sudah lama sekali aku tidak jajan untuk mereka. “Ibu mana?”“Sudah tidur, Kak.”“Itu makan dulu, mumpung masih anget.”Aku duduk di kursi sambil meletakkan tas dan kantong kresek yang berisi sepatu baru, menyelonjorkan kaki dan memijitnya perlahan.“Mbak Vi capek?”Alisa memasukkan potongan martabak itu ke mulutnya, hingga terlihat pipinya membulat, lalu menghampiriku. Ia duduk dibawah dan memegang kakiku, dipijitnya kaki itu dengan senyum yang mengembang.“Gak usah, Sa. Kamu juga pasti capek ngurus ibu dan rumah. Kamu habisin aja dulu jajannya.”Aku akui Alisa jug

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-23
  • Bos Arogan itu Mantan Pacarku   Bab. 6 Kotoran Ayam

    Lelaki itu menutup hidungnya, sambil mengerutkan dahi.“Viv, baumu!”“Bau apa?”Aku menciumi diriku, meskipun aku memang tidak memakai parfum semahal dulu, tapi aku yakin bau badanku tidaklah begitu menyengat. Meskipun dalam keadaan berkeringat. Aku mendapati bau yang berbeda, dan itu ada di ...Aku menatap tajam ke sepatu yang ku kenakan, membalikkan sedikit kakiku, agar terlihat alasnya. Kotoran ayam menempel di sana. Apakah tadi aku menginjak kotoran itu saat di mobil angkutan? Aku meringis melihat bos arogan itu, mengembangkan senyum yang kupaksakan. “Viv!”Ia mendelik ke arahku dengan tatapan tak suka. Lalu diambilnya gagang telepon di atas meja kerjaku, tak jauh darinya. Menekan nomor hingga sebuah panggilan tersambung. “Ke ruanganku sekarang, tidak lebih dari 5 menit. Atau kau pecat saat ini juga.”Sikap arogan itu tak pernah jauh dari dirinya. Selalu terlihat semena-mena kepada siapapun. Sedangkan Reynan yang ku kenal dulu amatlah berbeda. Ia orang yang tak tegaan, jangank

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-23
  • Bos Arogan itu Mantan Pacarku   Bab. 7 Oseng teri

    “Masakan istrimu, Pak?” tanyaku memastikan. Tidak ingin berlarut dengan nostalgia cerita lama. Bukankah Reynan sudah menjadi bos? Tidak mungkin juga kan dia masak sendiri untuk bekalnya?“Iya. Enak bukan masakan istriku?”Aku mengangguk. “Enak, Pak.” Ada sedikit rasa nyeri di ulu hatiku ketika Reynan menyebut istriku. Rasa yang jauh terpendam di dasar hatiku itu, seakan ingin kembali menampakkan diri ke permukaan.‘Sadar, Viv. Ini sudah bukan di ruang lingkup kekuasaanmu. Roda berputar dan kamu ada di kasta terendah. Tidak mungkin juga kan Reynan masih menaruh hati dengan apa yang sudah kamu lakukan dulu? Tahu sendiri, kalau masakan ini buatan istrinya.’Mendadak makanan ini hambar, tak berasa sedikitpun.“Kenapa tidak dihabiskan?”“Sudah kenyang, Pak.”“Habiskan sekarang juga , atau ...”Reynan tak melanjutkan ucapannya, akupun tak tertarik meneruskan ucapan tersebut. Hanya menatap makanan itu dengan kenangan yang terus bermunculan di pikiran. Kembali kusuapkan makanan tersebut ke

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-28
  • Bos Arogan itu Mantan Pacarku   Bab. 8 Kembalinya Masa Lalu

    “Apa pedulimu dengan hidupku, Viv? Sejak kapan kamu memiliki rasa empati?”Aku terdiam, begitupun Reynan. Tak ada suara yang terdengar. Sibuk dengan pikiran masing-masing. “Maaf, Pak. Saya permisi dulu, mau ambil alat pel.”Aku menunduk hormat dan melangkah pergi. *“Bu Vivian kenapa kembali?” Salah satu OB itu menyapaku.“Mau ambil alat pel.”“Cangkirnya terjatuh, Bu?”“Iya. Dibanting sama pak Reynan.”“Benar kan, Bu. Dia pasti marah-marah. Ibu yang sabar ya?” Wanita separuh baya itu terdengar begitu empati sekali kepadaku. “Iya.” Aku menyunggingkan senyum dan berlalu setelah mendapati apa yang aku butuhkan. **“Permisi, Pak!” Aku menunduk hormat ketika memasuki ruangan. Berjalan perlahan dan mendekati lantai kotor yang terkena bekas tumpahan kopi. “Mau apa kamu?”“Membersihkan tempat ini, Pak!”Aku mengambil pecahan cangkir yang berserakan di segala penjuru. “Keluar dari sini! Aku tak butuh bantuanmu.”“Tapi, Pak!”“Keluar dari sini atau ....”“Permisi, Pak. Saya hendak member

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-29
  • Bos Arogan itu Mantan Pacarku   bab. 9 Perintah yang merendahkan

    Ponsel berwarna merah muda yang tergeletak di meja kerja itu bergetar, sebuah pesan dari bos arogan masuk di dalamnya. [ Buatkan minuman, Viv ][ Baik, Pak. Akan saya hubungi petugas yang berangkutan. ][ Kamu yang antar ke sini. ][ Tapi, Pak. Bukankah saya harus menghindar dari pandangan bapak Rayhan yang terhormat. ][ Ini lain cerita. Tamu ku yang meminta ]Deg. Lagi-lagi jantungku berdegup lebih kencang. Semua hal yang bersangkutan dengan Haikal rasanya membuat tubuhku gemetar ketakutan.Ingin rasanya memberontak, tapi posisiku bukanlah di tempat yang tepat. Beginilah rasanya berada di kasta bawah? Seakan tak memiliki pilihan satupun untuk memilih, hanya sendiko dawuh, menerima nasib. Aku berjalan perlahan membawa nampan yang berisi teh hangat, dan air putih. Kutaruh gelas tersebut satu persatu ke atas meja. Berusaha sebisa mungkin menyembunyikan rasa takut dan tubuh gemetarku.“Vivian! Setelah sekian lama akhirnya kita bertemu kembali,” ucap Haikal yang terus menatapku, bahka

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-29

Bab terbaru

  • Bos Arogan itu Mantan Pacarku   Bab.127 Tamat

    “Iya.” Lelaki itu mengangguk.“Tapi … Bagaimana bisa? Me-re-ka?” tanyaku yang masih tak percaya.“Tutup mulutnya, Viv. Kalau ada lalat masuk,” ucapnya yang membuatku menahan malu. “Bisa tidak, ngomongnya dihalusin dikit!”“Sayang, jangan bengong. Sini duduk sini, kita makan!”“Rey, kita bukan pasangan kekasih. Jangan panggil aku sayang.”“Kalau begitu, maukan kamu jadi kekasihku, Viv?” lelaki itu mendekat dan kini berjongkok di depanku. Sebuah kotak bludru berbuntuk hati itu dibuka hingga menampakkan sebuah cincin dengan kilauan indah di tengannya. Ingin rasanya kujawab iya, tapi saat ini gengsiku masih melebihi segalanya.“Viv, jawablah! Apa kamu mau jadi istriku? Ibu dari anak-anakku?”Aku masih terdiam. Antar hati dan ego kita tengah saling menyerang.“Iya, Viv. Kapan lagi kamu nunggu momen ini?” ucap hatiku.“Janganlah, Viv. Gengsian dikit napa. Meskipun janda, kamu punya harga diri bukan? Bisa jadi kan Reynan hanya iseng kepadamu,” ucap logikaku.“Rey, itu, makanannya sudah data

  • Bos Arogan itu Mantan Pacarku   bab.126 Hubungan Agasthi

    “Ayo masuk, Viv. Ada apa, ha?” tanya reynan sambil memandang aneh ke arahku. Ya, dari tadi aku terus berusaha melepas pegangan tangannya, juga memutar bola mata menatap sekitar.Suasana resto yang di desain khusus dan indah ini, seakan menjadi saksi antara keromantisan reynan dan agasthi. Sedangkan aku disini? Hanya sebatas obat nyamuk.‘Bodoh kamu, viv, kenapa kamu mau-maunya diajak reynan kesini. Sekarang kamu mati kutukan?’ batinku merutuki diri sendiri.“Vivian, ayo kita masuk, Sayang. Apa perlu aku membopong tubuhmu yang kurus itu,” ucapnya lagi dengan gemas. Apalagi ketika ia memberikan embel-embel sayang di belakang namaku, membuatku jengah. Bisa-bisanya ia mau ketemuan dengan perempuan, tapi tetap sok sayang-sayangan kepadaku.Aku memiringkan bibirku, menampakkan ekspresi tak suka. Dan justru itu membuat reynan terkekeh dan menghadirkan senyum di wajah tampannya.“Gendong atau jalan sendiri?” tanyanya lagi.“jalan,” ucapku dengan nada datar.Ya, aku masuk kedalam resto yang te

  • Bos Arogan itu Mantan Pacarku   bab.125 melakukan hal tak jelas

    Sore ini Lesta sudah boleh pulang, reynan pun sudah pulang ke rumahnya. Aku berdiri di balkon kamar terus menatap ke arah halaman, berharap lelaki itu kembali datang untuk menghampiriku.‘Viv, kenapa kamu kegatelan sepeti ini?’ batinku.‘Bukan kegatelan, tapi hanya meluruskan omongan reynan,’ balas batinku kembali.Aku masuk ke kamar, merebahkan diri, lalu kembali bangkit dan ke balkon, melakukan aktifitas yang tak jelas. Hari telah berganti malam, cahaya sang mentari mulai menghilang, diganti rembulan dan bintang yang berkelip di langit dengan indahnya. Suasana hatiku semakin memburuk, tatkala mengingat malam ini reynan ada acara bertemu dengan Agasthi.Kuraih layar pipih di sakuku, tak ada pesan selain dari operator yang mengabarkan kuota mulai menipis.‘Rey, apakah karena kamu akan bertemu dengan agasthi, hingga melupakan aku seperti ini? Bukankah kamu berjanji ketika sampai ke rumah, akan memberiku kabar?’Aku kembali masuk ke dalam kamar, duduk di bibir ranjang. Entah, untuk keb

  • Bos Arogan itu Mantan Pacarku   bab.124 Cemburu

    “I-ini ....”Lelaki itu tampak sungkan, ketika aku membaca jejeran huruf di dalamnya. “Agasthi?” tanyaku kaget. Entah kenapa aku merasa cemburu, ketika ada nama wanita lain di dalam ponsel reynan. “I-iya, Viv.”Lelaki itu terdiam, memilih menaruh ponsel kesayangannya ke sofa. “Diangkat saja, Rey, takutnya penting.”“Bukan apa-apa, Viv, dia hanya ....”Belum juga reynan melanjutkan perkataannya, aku sudah menggeser tombol hijau itu ke atas, hingga panggilan agasthi dan rey tersambung. Ini memang bukan perlakuan yang bijak, bahkan tidk beratitude, tapi tak tahu kenapa, rasa penasaranku semakin memuncak. Apalagi aku tahu kalau agasthi adalah wanita mantan calon istri reynan, dan bahkan ia sangat mencintai lelaki yang kini duduk di dekatku. Tidak lupa kutekan tombol speaker, supaya pembicaraan ini terdengar bersama, hingga tak ada dusta antara reynan kepadaku. “Rey, jadi kan kita ketemuannya?” tanya Agasthi dengan suara khas manjanya. Ketemuan? Apa maksudnya? Lelaki itu berjanji ak

  • Bos Arogan itu Mantan Pacarku   bab.123 obatnya bukan itu

    “Rey, aku bertanya serius. Kamu datang kapan? Kenapa gak bangunin aku?”Lagi-lagi ia hanya menjawabnya dengan senyuman, membuatku kesal. Kucubit lengannya, hingga ia mengaduh kesakitan. “Viv, i-itu ... Bisa pelan dikit?”Aku tak menggubrisnya, masih kesal dengan apa yang ia perbuat, juga dengan mimpi yang baru saja kudapat. Meskipun sebenarnya, aku bersyukur karena semua hanya mimpi. Reynan datang kesini, masih dengan ia yang semula, tanpa predikat seorang Nara pidana. “Viv, beneran sakit,” ucapnya sambil meringis. Aku menatap tangan yang baru saja Kucubit, darah segar mengalir. Aku baru menyadari jika Medan keisenganku adalah bekas luka Rey. “Rey, maaf,” ucapku penuh rasa bersalah. “Tak apa.”“Tapi sampai berdarah ni tanganmu.” Aku masih menatap darah segar yang kini mengalir melewati jarinya. “Ya sudah, bantu obati, Viv.”“Aku Carikan perban dan obat merah dulu.”Baru saja aku bangkit, tangan ini diraih oleh Reynan. “Obatnya bukan itu, tapi ...”Lelaki itu berdiri mendekatk

  • Bos Arogan itu Mantan Pacarku   bab. 122 Menjadi Tahanan

    Malam ini kuhabiskan di kamar rumah sakit, menemani Lesta yang keadaannya mulai membaik. Ia terus bercerita dengan mimpi dan cita-citanya, hingga tetesan air mata membasahi pipi gadis cantik itu tatkala menceritakan tentang kakaknya. “Kak Viv disini, Les. Aku akan selalu ada untukmu,” ucapku sambil memeluk lembut tubuh ringkihnya. Aku bahkan tak menyadari baru beberapa hari saja tubuh kecil Lesta semakin mengurus.Wanita cantik itu tersenyum, lalu membalas pelukanku. Hingga jam minum obat tiba, dan ia mulai terlelap ke dalam mimpinya. Kulihat jam dinding di ruang kamar ini, waktu telah menunjukkan pukul 22.00 wib, Alisa pun telah tidur di atas sofa tanpa selimut yang menutup tubuhnya. Aku meraih tas kecilku yang berada di atas meja, mengeluarkan benda pintar yang dibelikan haikal untukku. Kosong. Tak ada notif pesan maupun panggilan sama sekali. “Ya Tuhan, jaga Reynan. Semoga ia baik-baik saja,” ucapku yang kini kembali duduk di sofa sebelah Lisa tertidur. Akupun ikut menyanda

  • Bos Arogan itu Mantan Pacarku   bab. 121 perjaka seumur hidup

    Kedua lelaki itu mendekat, dimana tiap langkah lebar yang mengarah menuju kami, menambah rasa ketakutan dalam hatiku. Suara sepatu dinas yang bersentuhan dengan lantai rumah sakit, seperti membawa alunan genderang kematian. Tubuhku gemetar, bahkan aku harus menarik nafas panjang untuk sedikit melegakan rasa panik ini. Rey melirik ke arahku, menggenggam tangan yang mulai bergerak tak jelas karena Tremor, “Semua akan baik-baik saja,” Tak ada ucapan itu, tapi dari sorot mata teduh Rey, seperti mengutarakan hal untuk aku bisa tenang. “Ma-maaf, ada perlu apa, Pak?” tanyaku yang memulai pembicaraan terlebih dulu. “Selamat sore, Bu Vivian, Pak Reynan. Saya hanya ingin meminta bapak reynan untuk datang ke kantor polisi. Ini surat panggilannya,” ucap salah satu petugas tersebut sambil memberikan sebuah lampiran. Rey mengambil kertas tersebut, sekilas membacanya dengan fokus mata yang menyusuri jejeran huruf di dalamnya. “Saya akan datang, Pak.”“Baik, terima kasih atas kerja samanya.”Ked

  • Bos Arogan itu Mantan Pacarku   Bab.120 Permintaan menikah

    Baik Rey dan aku dibuat kikuk kala menatapnya. "Indra sudah ditemukan. Ayo ikut aku," ucap Om Gunawan menatap lelaki di sebelahku. "Kamu mau pergi, Rey?" tanyaku ragu. Masih tersimpan dalam ingatan bagaimana om Gunawan mengarahkan senjata ke arah Reynan, lalu berbalik arah menembakkan timah panas ke arahku, dna berakhir dengan Haikal yang menerima tembakan itu. Masih terekam begitu jelas bagaimana darah Haikal mengalir bersamaan ia yng menutup mata dan menghembuskan nafas terakhirnya. Aku menggeleng, seperti tak ikhlas jika lelaki yang pernah menjadi bos ku itu pergi. "Maafkan aku. Aku janji pasti akan kembali," ucapnya sambil melepas genggaman tangannya perlahan. "Rey," ucapku lirih. Aku begitu takut terjadi sesuatu hal kepada Reynan. Apalagi ia akan pergi bersama om Gunawan, dan hendak bertemu Indra. Mereka berdua adalah musuh, ya g ingin sekali menghabisi Reynan. Reynan masih berjalan mengekori om Gunawan. Hingga punggung keduanya mulai lenyap dari pandangan, ketik melewati

  • Bos Arogan itu Mantan Pacarku   bab. 119 kedatangan Om Gunawan

    "Viv, apa tadi ada yang masuk ke kamar kalian?" tanyanya panik. Aku semakin bingung tatkala mengingat perawat tadi masuk dan menyuntikkan cairan obat ke tubuh Lesta. "Iya. Seorang perawat masuk dan memberikan obat. Apa ada yang salah, Rey?"Aku tak tahu lagi, harus bertanggung jawab seperti apa jika keadaan Lesta semakin memburuk karena kecerobohan ku. "Tidak apa, Viv. Aku kira Indra kabur dan masuk kesana.""Maksudmu Indra belum ketemu juga? Bagaimana keadaan di luar? Apa semua baik-baik saja.""Iya, Indra kabur setelah tembakan mengenai lengannya, dan sekarang aku bersama Gunawan.""Om Gunawan?""Aku akan segera datang kesana." Benar saja dalam hitungan menit, Dua lelaki masuk ke dalam kamar, satu lelaki yang paling kucintai dan paling kunanti kedatangannya, dan satunya lagi lelaki yang paling kutakuti. Aku memindai tubuh lelaki itu dari bawah ke atas, takut jika ada senjata bertimah panas melekat di antara pakaiannya. Namun, dari sorot mata kedua lelaki itu seperti tak memil

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status