Beranda / Romansa / ISTRI UNTUK RAMA / Bab 1 - Bab 10

Semua Bab ISTRI UNTUK RAMA: Bab 1 - Bab 10

81 Bab

prolog

14 tahun sebelumnya.....Dokter itu terus memandangi wanita cantik yang terlihat sangat murung dan sedih sesekali wanita itu mengusap air matanya dan juga mengusap perutnya yang terlihat menonjol karena hamil."Nyonya, maaf apa Anda yakin tidak akan melakukan autopsi lebih lanjut?" tanya dokter itu."Tidak dok, saya yakin kalau kakak perempuan saya ini pasti mati karena bunuh diri," kata wanita itu terlihat sedih."Tapi Bu, ada kemungkinan.." dokter itu ingin melanjutkan kata-katanya."Tidak dok, saya kenal sekali dengan kakak saya ini pasti memang sudah keinginannya," kata wanita itu sesenggukan, "Saya juga sudah ikhlas."Akhirnya dokter itu menyerah dan memberikan sejumlah kertas pada wanita itu."Kalau begitu tolong tanda tangan di sini, persetujuan kalau keluarga memang menolak untuk melakukan autopsi lanjut," kata dokter itu dan wanita itu kemudian segera membubuhkan tanda tangan di atas kertas yang di berikan kepadanya.#kasus ditutup#Wanita hamil itu berjalan keluar dari ruang
Baca selengkapnya

dipilih dong

"Ting..!""Ting..!"Ting..!Beberapa notifikasi muncul di layar handphone yang terletak di sebelah tumpukan kertas gambar yang bergulung-gulung.Pria berkacamata yang terlihat serius dengan pekerjaannya langsung mengambil gawai itu dan membuka satu persatu pesan yang masuk.Beberapa gambar wanita cantik dengan berbagai gaya muncul, beserta beberapa keterangan berupa tulisan singkat di bawah gambar.Pria itu hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan, karena dia tahu siapa pengirim pesan itu.Dan Dia langsung mengabaikan pesan itu, kembali bekerja dan mulai meneliti tumpukan kertas gambar yang ada dihadapannya.Tak lama gawai itu berbunyi, melihat nama pemanggilnya membuat pria itu menarik napas kasar.Seandainya saja panggilan ini bisa di abaikan akan dia lakukan.Kalau perlu dia blokir sekalian, karena ini akan benar-benar mengganggu konsentrasinya dalam bekerja.Tapi pada akhirnya dia menekan tombol hijau dan menempelkan gawai itu ke telinga."Halo Ibu."[ "Ya ampun cah g
Baca selengkapnya

Rencana

Suasana ruang makan terdengar cukup ramai, mereka asyik saling berbincang. "Kak Elsa rencananya berapa lama tinggal di Jakarta?" tanya Adit sambil menyuap makanan ke mulutnya. "Selamanya," jawab Elsa. Tiba-tiba semua yang mendengar itu berhenti makan dan bicara. Elsa melihat ke semua orang yang ada di meja makan itu. "Yang serius Kak Elsa?" tanya Adit. "Serius Dek," kata Elsa. "Terus kerjaan kamu di Jerman bagaimana?" tanya Sumi. "Aku sudah resign, Bu," jawab Elsa. "Kamu ngak bercandakan Elsa?" tanya Frans sambil memandang Putrinya dengan penasaran. "Ngak Daddy, serius," kata Elsa dengan mengangkat dua jari membentuk huruf v. "Kamu punya masalah di sana, Sa?' tanya Bandi. Elsa menggelengkan kepalanya, "Ngak Yah, Elsa ngak punya masalah apa pun di sana." "Lalu kenapa?" tanya ibu Sumi penasaran. "Jangan bilang ada cowok berengsek seperti si iblis itu di sana?" Adit terdengar geram. Elsa sekali lagi mengelengkan kepalanya dan tersenyum. "Ngak ada Dek, Cuma Kak Elsa hanya i
Baca selengkapnya

Kembali bertemu, tapi tak mengenali

Rama mengetuk-ngetuk meja restoran tempat dia duduk menunggu dengan tidak sabar, beberapa kali dia melihat pada HP-nya.Lebih dari 40 menit dia menunggu, tapi wanita yang dikatakan Ibunya akan datang belum juga kelihatan.Dia juga sudah menghabiskan dua cangkir kopi, sambil sesekali melihat pada gawainya untuk melihat beberapa pesan masuk.[ Cewek itu pakai baju biru, kulitnya putih badannya tinggi ][ Ibu sengaja ngak kirim fotonya biar kamu penasaran, tapi dia sudah tahu siapa kamu ][ Sudah Ibu kasih lihat foto kamu sama dia, cewek itu pasti suka sama kamu Karena kamu itu kan anak Ibu yang paling ganteng 😘]Pesan Ibunya terlalu berlebihan menurut Rama, dan hasilnya dia menjadi kesal sendiri karena menunggu.Beberapa kali dia melihat ke arah pintu masuk di restoran berharap ada wanita muda berbaju biru masuk.Dia hampir putus asa karena menunggu dan bermaksud pergi meninggalkan restoran saat melihat pintu restoran itu terbuka.Seorang gadis cantik dengan pakaian mididress
Baca selengkapnya

pertemuan pertama versi elsa

Elsa berjalan masuk ke dalam restoran lebih dulu karena Adit sedang mencari tempat parkir. Dengan menggunakan mididress tanpa lengan berwarna biru muda, membuat lengan putih mulus Elsa terlihat. Dia mengikat rambut panjangnya menjadi satu dengan asal dan sedikit berantakan. Setelah lebih dari tiga jam berkeliling Jakarta melihat berbagai perubahan yang terjadi setelah lebih dari 4 tahun dia tinggalkan untuk pergi ke Jerman. Restoran itu terlihat belum begitu ramai, karena mungkin belum tiba waktunya jam makan siang. Elsa menunggu Adit dengan berdiri di dalam restoran. "Ayo Kak kita cari tempat duduk," rangkul Adit dibahu Elsa. Adit terlihat sangat protektif padanya, selama beberapa hari pemuda itu mengajak Elsa keliling tidak di biarkan nya ada orang asing apalagi makhluk bernama pria bisa berkenalan dengannya. Alasan Adit simpel saja, siapa tahu pria itu adalah penipu atau iseng saja. Mereka duduk berhadapan setelah memilih menu yang mereka inginkan, Adit asyik menelepon ses
Baca selengkapnya

Tekad menemukan

Ternyata yang menepuk bahu Tri adalah suaminya, pria dengan rambut berwarna perak itu tersenyum."Ibu di sini lagi ngapain kok pakai bisik-bisik segala di HP?" Tanya suaminya."Ngak ngapa-ngapain sih Pak cuma lagi ngomong sama Risma," sahut Ibu Tri."Tapi kenapa mesti bisik-bisik apa ada rahasia?" tanya suaminya lagi."Ngak ada rahasia Pak."Wajah Ibu Tri berubah serius dia merenggut dia menarik nafas berat dan kemudian menghembuskannya dengan kasar."Kenapa lagi?" suaminya mengerti Kalau seperti itu biasanya Ibu Tri sedang kesal."Kita gagal dapat mantu." kata Ibu Tri terlihat kesal"Kok gagal dapat mantu?" tanya suaminya"Perempuan yang dikenalkan oleh Risma ternyata tidak sesuai harapan," kata Ibu Tri."Tidak sesuai harapan bagaimana?" tanya suaminya lagi."Pokoknya ya ngak sesuai," kata Ibu Tri kesal dan suaminya tak ingin mendesak lagi dengan pertanyaan lainnya.Mereka berdua diam cukup lama tapi kemudian suaminya melihat Ibu Tri tersenyum sendiri."Kok senyum-senyum
Baca selengkapnya

kembali bertemu

Tidak terasa waktu terus bergulir Elsa sudah siap untuk segera kembali beraktivitas dan bekerja. Hari ini sesuai dengan rencana Elsa akan segera memenuhi panggilan kerja dari tempat perusahaan dia melamar pekerjaan. Dia mematut diri di depan cermin sambil melihat apakah sudah pantas pakaian yang ia kenakan. Setelah merasa cukup dia pun pergi ke ruang makan dan di sana sudah menunggu Frans juga Adit. “Wah Ka Elsa cantik banget, padahal cuma mau wawancara kerja saja tuh,” kata Adit menggoda. Elsa tersenyum mendengar godaan itu, “Ya lah Dek, masa mau wawancara penampilannya berantakan.” “Adit senang Kak Elsa dipanggil kerja di perusahaan itu,” kata Adit, “Karena Adit tahu perusahaan itu termasuk yang paling top sekarang.” “iya sih, ini berkat rekomendasi dari perusahaan Kak Elsa di Jerman kemarin,” terang Elsa. “ya itu bagus, Daddy berdoa semoga kamu diterima di sana,” kata Frans. “Terima kasih Daddy atas doanya,” kata Elsa. “Ya sudah Elsa berangkat dulu takut macet di jalan na
Baca selengkapnya

Rama yang aneh

Rama keluar dari ruang kerja Danu dan berjalan menghampiri Elsa. “Ikut saya,” perintah Rama dan Elsa pun mengikuti langkah pria itu. Tidak ada pembicaraan antara keduanya selama dalam perjalanan menuju ruang yang dituju. Dari jarak yang cukup dekat seperti sekarang Elsa bisa mengamati pria itu dengan cermat, usia Rama mungkin sudah 38 atau lebih, tampak sekali kedewasaan dalam sikap dan pembawaannya. Dengan kacamata di wajahnya memberikan kesan terlalu serius dan bukan orang yang murah senyum. Dengan tinggi tubuh 165 cm dan menggunakan hak 5 cm Elsa sudah termasuk wanita yang bertubuh tinggi tapi masih kurang tinggi saat berjalan di samping Rama karena dia hanya sebahu pria itu. Kemudian mereka sampai pada ruangan yang dituju. Elsa bisa melihat ruangan kerja yang nyaman ada sekat ruang masing-masing dari kaca gelap untuk para pekerja yang terkesan luas. Elsa bisa melihat ada dua orang pegawai berada si sana, yang begitu melihat Elsa langsung tersenyum lebar dan berdiri mengham
Baca selengkapnya

bertemu mantan

Elsa masih benar-benar terkejut karena ternyata klien yang akan bekerja sama dengan perusahaan tempatnya bekerja adalah Ikbal. “Sa, apa kabarmu?” Ikbal kembali mengulang pertanyaannya, pandangannya kembali beralih pada Elsa. “Baik,” jawab Elsa pelan. “Jadi kamu yang merancang gambar untuk gedung baru perusahaanku?” tanya Ikbal lagi dan Elsa hanya mengangguk kan kepalanya. “Kapan kamu mulai bekerja dengan Mas Rama, Sa?” tanya Ikbal lagi. Elsa merasa jengah dengan begitu banyak pertanyaan Ikbal sementara Rama hanya melihat pada Elsa yang terlihat mulai tak nyaman. “Duduklah Bal,” kata Rama menyuruh Ikbal untuk duduk, karena pria itu masih berdiri terpaku melihat Elsa. Ikbal melihat pada Rama, “Mas, kenapa tidak bilang kalau Elsa bekerja di perusahaan tempat Mas bekerja sih?” Rama hanya menarik napas dan memandang Ikbal, “Aku rasa kita di sini untuk membahas pekerjaan bukan membahas Elsa.” Melihat tatapan Rama membuat Ikbal terlihat segan, “Baiklah.” Kemudian Ikbal duduk di had
Baca selengkapnya

simalakama

Setelah sampai di kantor Rama segera bergegas meninggalkan Elsa dan langsung menuju ruang kerja Danu. Danu sedikit terkejut karena Rama masuk tanpa mengetuk pintu dan menutupnya dengan membanting cukup keras. “Lain kali kalau kau berani ikut campur urusan pribadiku dan mencoba untuk memberi tahukan tentang apa yang terjadi dan apa yang aku lakukan dikantor ini, aku akan benar-benar mengajukan untuk melengserkan dari kedudukanmu yang sekarang!” kata Rama dengan keras dan memberikan ultimatum pada Danu. Danu yang mendengar itu langsung berdiri, “Dia menerorku dan kalau aku tak memberikan jawaban yang memuaskan dia akan terus bertanya seperti biasa.” Rama bersedekap dada, “Kau itu temanku apa sekutu Ibuku?” “Temanmu! Tapi aku juga tidak akan berani menghadapi Ibumu!” sahut Danu. “Kau pria dewasa dan umurmu sudah lebih 40 tahun, dan kau masih takut dengan Ibuku?” tanya Rama tak percaya menyipitkan matanya menatap Danu. “Apa kau sendiri berani menentang Ibumu?” tanya Danu dan pertan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status