"Ting..!"
"Ting..!"Ting..!Beberapa notifikasi muncul di layar handphone yang terletak di sebelah tumpukan kertas gambar yang bergulung-gulung.Pria berkacamata yang terlihat serius dengan pekerjaannya langsung mengambil gawai itu dan membuka satu persatu pesan yang masuk.Beberapa gambar wanita cantik dengan berbagai gaya muncul, beserta beberapa keterangan berupa tulisan singkat di bawah gambar.Pria itu hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan, karena dia tahu siapa pengirim pesan itu.Dan Dia langsung mengabaikan pesan itu, kembali bekerja dan mulai meneliti tumpukan kertas gambar yang ada dihadapannya.Tak lama gawai itu berbunyi, melihat nama pemanggilnya membuat pria itu menarik napas kasar.Seandainya saja panggilan ini bisa di abaikan akan dia lakukan.Kalau perlu dia blokir sekalian, karena ini akan benar-benar mengganggu konsentrasinya dalam bekerja.Tapi pada akhirnya dia menekan tombol hijau dan menempelkan gawai itu ke telinga."Halo Ibu."[ "Ya ampun cah ganteng, kok lama banget baru diangkat sih?" ]"Maaf Bu, ini aku lagi banyak kerjaan."[ "Jangan kerjanya saja yang terus di perhatikan, itu ngak lihat apa Ibu kirim gambar?" ]"Ini Baru lihat kok Bu."[ "Kok ngak langsung di respons sih?pri Ibu ini ingin dengar tanggapan kamu itu bagaimana?" ]"Tanggapan seperti apa?"[ "Ya soal foto-foto itu." ]"Memang kenapa dengan foto-foto itu Bu?"[ "Gadis-gadis cantik itu semua pilihan lho Rama, tinggal kamu saja kira-kira suka yang mana?" ]Rama terdiam mendengar penjelasan Ibunya itu."Belum ada yang dipilih Bu."[ "Kalau Cuma di lihat sebentar saja, ya ngak mungkin dipilih, Ram." ]"Nanti saja ya Bu, Rama masih sibuk Sekarang."[ "Tapi kapan? Ibu mau secepatnya atur janji kencan buat kamu lho." ]"Nanti Bu "[ "Nanti itu kapan sih Ram? Harus di pastikan biar enak atur waktunya buat janji ketemu." ]Rama terdiam kemudian berpikir sebentar."Minggu depan sepertinya."[ "Apa Minggu depan! Kelamaan itu Ram, nanti malam Ibu tunggu kabar dari kamu." ]"Tapi Bu...""Halo... "Rama melihat pada layar HP-nya yang ternyata sudah dimatikan secara sepihak oleh Ibunya.Pria itu melepaskan kacamata yang dia gunakan dan memulai memijit pangkal hidungnya, kebiasaan yang dia lakukan bila sedang banyak pikiran.Rama bangkit dari kursinya dan berdiri di hadapan kaca besar ruangan kerjanya.Melihat pemandangan taman yang ada di samping gedung kantornya, dia mulai tampak berpikir keras.Ibunya tak berhenti meneror dirinya untuk segera menikah, Mulai mencarikan wanita-wanita untuk diperkenalkan padanya."Kamu itu sudah lebih dari 37 tahun Ram, bukan muda lagi ngak kepikir apa buat cari istri secepatnya?" Ibunya bicara dengan kesal.Rama hanya diam mendengarkan Ibunya bicara sementara Ayahnya juga diam dan mendengarkan istrinya mengomel putra tunggal mereka."Coba lihat teman Ibu itu anaknya sudah pada nikah, sudah punya anak banyak, " Ibunya terus bicara."Ibu ini malu setiap bertemu teman atau keluarga selalu ditanya kapan Rama menikah, keburu jadi bujang lapuk ngak laku-laku," tak berhenti ibunya bicara."Namanya juga belum ketemu jodohnya Bu," suaminya akhirnya bicara sambil mengusap pundak istrinya."Bagaimana mau ketemu jodoh, setiap di kenalkan sama perempuan dia selalu saja punya alasan menolaknya," sungut Ibunya."Yang di kenalkan ibu itu semuanya bukan wanita kriteria Rama, Bu," sahut Rama pelan."Lho wong kriterianya itu seperti apa? Semua jenis wanita dari gadis sampai janda sudah Ibu kenalkan," kata Ibunya terdengar marah."Mungkin kepribadian dan lain-lainnya ada yang kurang, Bu," sahut suaminya."Cih.. Pak, yang semua jenis itu semuanya, sampai ke tetek bengeknya semua sudah, tapi dia tolak mentah-mentah," kata istrinya."Mungkin Rama memang ngak punya niat buat nikah kali, Bu," jawab suaminya sambil memandang putranya maklum.Rama hanya terdiam mendengar itu semua, tapi kemudian dia mendengar suara tangis."Hu... hu... mungkin sampai ibu mati tidak akan pernah melihat Rama menikah.. hu..." kata ibunya terisak-isak."Baiklah Bu, saya mau bertemu dengan wanita yang ibu ajukan," kata Rama.Ibunya memandang Rama, "Kamu benaran mau ?'Rama mengangguk tanda setuju, "Tapi ini hanya perkenalan saja ya Bu, tidak lebih."Ibunya mengangguk senang, "Boleh-boleh, ngak apa kenal dulu siapa tahu ada yang mencantol."Lamunan Rama buyar ketika terdengar suara gawainya berbunyi, sebuah pesan masuk.[ Rama, Ibu sudah bikin janji buat kamu sama seorang wanita ][ Tempat lokasi pertemuan nanti Ibu kirim ya.☺️ ]Rama hanya bisa menarik napas berat dan mengusap leher belakangnya yang terasa tertimbun ribuan ton batu berat."Ibu kenapa ambil keputusan sendiri sih?" keluh Rama dalam hati.@@@Seorang gadis cantik dengan tubuh tinggi semampai keluar dari pintu kedatangan internasional.Dia melihat sekeliling, seperti mencari sesuatu atau mungkin seseorang."Kak Elsa! Kak Elsa!""Di sini!"Gadis itu melihat pada sumber suara yang memanggil namanya, begitu melihat seorang pemuda tampan dengan tubuh tinggi berkulit gelap dan berlesung pipi sedang melambaikan tangan padanya.Elsa tersenyum dan berjalan cepat ke arah pemuda itu dan begitu sampai gadis itu langsung merasakan tubuhnya melayang di putar-putar.Gadis itu tertawa senang memeluk erat pemuda itu, "Adit, Kak Elsa pusing kalau di putar terus begini."Pemuda yang dipanggil Adit itu langsung berhenti dan langsung menurunkan Elsa yang terlihat sedikit oleng."Maaf Ka, habis Adit senang bisa ketemu Kak Elsa lagi," kata Adit sambil menahan tubuh Elsa yang terlihat lelah."Iya Kak Elsa tahu," jawab Elsa."Kalau gitu ayo kita pulang," ajak Adit sambil mengambil troli barang bawaan Elsa."Kamu sendirian jemput Kak Elsa, Dit?" tanya Elsa.Adit mengangguk, "Yang lain menunggu si rumah.""Begitu ya? Kalau begitu ayo, Kak Elsa udah ngak sabar ketemu mereka semua," kata Elsa.Adit dan Elsa segera menuju tempat parkir kendaraan, mereka segera langsung meluncur pergi meninggalkan Bandara dengan tujuan pulang ke rumah.Sampai di depan rumah dengan gaya minimalis, berpagar putih, Elsa segera turun dan wajah yang terlihat lelah langsung berbinar senang."Elsa! Elsa!"Seorang wanita paruh baya berlari keluar rumah dan langsung memeluk gadis itu.Elsa membalas pelukan itu, "Ibu Sumi."Terdengar isak kecil dari wanita yang dipanggil Ibu Sumi itu."Ibu kangen, Elsa," kata Sumi."Elsa juga kangen," sahut Elsa haru."Bu, gantian dong pelukannya," terdengar suara seorang pria dari belakang Sumi."Masih kangen Ayah," Sumi melepaskan pelukannya pada Elsa."Bukan Cuma kamu aja yang kangen Bu, kita berdua juga kangen," kata pria yang dipanggil Ayah.Elsa mengurai pelukannya, kemudian melihat pada pria yang berdiri di belakang Ibu Sumi."Ayah Bandi," kata Elsa kemudian memeluk pria itu.Bandi memeluk Elsa dan menepuk punggung gadis itu."Ehm .." terdengar deheman dari belakang Bandi dan Elsa melihat pada pria paruh baya seumur Ayah Bandi.Mata Elsa langsung berkaca-kaca melihat pria itu, "Daddy."Dia langsung segera berjalan ke arah pria itu dan langsung memeluk erat pria yang di panggil Daddy itu."Selamat datang kembali ke rumah, anak Daddy sayang," kata pria itu.Semua terlihat terharu dengan adegan itu."Sudah kangen--kangenannya, ini barang mau di taruh di mana?" suara Adit terdengar."Plak.." terdengar pukulan dan suara teriakan kecil."Aduh Bu! Sakit tahu kepala Adit!'"Kamu tuh Adit gimana sih? Ya barang-barang itu di bawa masuk ke rumah, masa mau di taruh dijalan sih!" kata Sumi yang ternyata memukul kepala Adit."Iya Bu, jadi serasa anak tiri kembali sekarang," gumam Adit pelan.Suasana ruang makan terdengar cukup ramai, mereka asyik saling berbincang. "Kak Elsa rencananya berapa lama tinggal di Jakarta?" tanya Adit sambil menyuap makanan ke mulutnya. "Selamanya," jawab Elsa. Tiba-tiba semua yang mendengar itu berhenti makan dan bicara. Elsa melihat ke semua orang yang ada di meja makan itu. "Yang serius Kak Elsa?" tanya Adit. "Serius Dek," kata Elsa. "Terus kerjaan kamu di Jerman bagaimana?" tanya Sumi. "Aku sudah resign, Bu," jawab Elsa. "Kamu ngak bercandakan Elsa?" tanya Frans sambil memandang Putrinya dengan penasaran. "Ngak Daddy, serius," kata Elsa dengan mengangkat dua jari membentuk huruf v. "Kamu punya masalah di sana, Sa?' tanya Bandi. Elsa menggelengkan kepalanya, "Ngak Yah, Elsa ngak punya masalah apa pun di sana." "Lalu kenapa?" tanya ibu Sumi penasaran. "Jangan bilang ada cowok berengsek seperti si iblis itu di sana?" Adit terdengar geram. Elsa sekali lagi mengelengkan kepalanya dan tersenyum. "Ngak ada Dek, Cuma Kak Elsa hanya i
Rama mengetuk-ngetuk meja restoran tempat dia duduk menunggu dengan tidak sabar, beberapa kali dia melihat pada HP-nya.Lebih dari 40 menit dia menunggu, tapi wanita yang dikatakan Ibunya akan datang belum juga kelihatan.Dia juga sudah menghabiskan dua cangkir kopi, sambil sesekali melihat pada gawainya untuk melihat beberapa pesan masuk.[ Cewek itu pakai baju biru, kulitnya putih badannya tinggi ][ Ibu sengaja ngak kirim fotonya biar kamu penasaran, tapi dia sudah tahu siapa kamu ][ Sudah Ibu kasih lihat foto kamu sama dia, cewek itu pasti suka sama kamu Karena kamu itu kan anak Ibu yang paling ganteng 😘]Pesan Ibunya terlalu berlebihan menurut Rama, dan hasilnya dia menjadi kesal sendiri karena menunggu.Beberapa kali dia melihat ke arah pintu masuk di restoran berharap ada wanita muda berbaju biru masuk.Dia hampir putus asa karena menunggu dan bermaksud pergi meninggalkan restoran saat melihat pintu restoran itu terbuka.Seorang gadis cantik dengan pakaian mididress
Elsa berjalan masuk ke dalam restoran lebih dulu karena Adit sedang mencari tempat parkir. Dengan menggunakan mididress tanpa lengan berwarna biru muda, membuat lengan putih mulus Elsa terlihat. Dia mengikat rambut panjangnya menjadi satu dengan asal dan sedikit berantakan. Setelah lebih dari tiga jam berkeliling Jakarta melihat berbagai perubahan yang terjadi setelah lebih dari 4 tahun dia tinggalkan untuk pergi ke Jerman. Restoran itu terlihat belum begitu ramai, karena mungkin belum tiba waktunya jam makan siang. Elsa menunggu Adit dengan berdiri di dalam restoran. "Ayo Kak kita cari tempat duduk," rangkul Adit dibahu Elsa. Adit terlihat sangat protektif padanya, selama beberapa hari pemuda itu mengajak Elsa keliling tidak di biarkan nya ada orang asing apalagi makhluk bernama pria bisa berkenalan dengannya. Alasan Adit simpel saja, siapa tahu pria itu adalah penipu atau iseng saja. Mereka duduk berhadapan setelah memilih menu yang mereka inginkan, Adit asyik menelepon ses
Ternyata yang menepuk bahu Tri adalah suaminya, pria dengan rambut berwarna perak itu tersenyum."Ibu di sini lagi ngapain kok pakai bisik-bisik segala di HP?" Tanya suaminya."Ngak ngapa-ngapain sih Pak cuma lagi ngomong sama Risma," sahut Ibu Tri."Tapi kenapa mesti bisik-bisik apa ada rahasia?" tanya suaminya lagi."Ngak ada rahasia Pak."Wajah Ibu Tri berubah serius dia merenggut dia menarik nafas berat dan kemudian menghembuskannya dengan kasar."Kenapa lagi?" suaminya mengerti Kalau seperti itu biasanya Ibu Tri sedang kesal."Kita gagal dapat mantu." kata Ibu Tri terlihat kesal"Kok gagal dapat mantu?" tanya suaminya"Perempuan yang dikenalkan oleh Risma ternyata tidak sesuai harapan," kata Ibu Tri."Tidak sesuai harapan bagaimana?" tanya suaminya lagi."Pokoknya ya ngak sesuai," kata Ibu Tri kesal dan suaminya tak ingin mendesak lagi dengan pertanyaan lainnya.Mereka berdua diam cukup lama tapi kemudian suaminya melihat Ibu Tri tersenyum sendiri."Kok senyum-senyum
Tidak terasa waktu terus bergulir Elsa sudah siap untuk segera kembali beraktivitas dan bekerja. Hari ini sesuai dengan rencana Elsa akan segera memenuhi panggilan kerja dari tempat perusahaan dia melamar pekerjaan. Dia mematut diri di depan cermin sambil melihat apakah sudah pantas pakaian yang ia kenakan. Setelah merasa cukup dia pun pergi ke ruang makan dan di sana sudah menunggu Frans juga Adit. “Wah Ka Elsa cantik banget, padahal cuma mau wawancara kerja saja tuh,” kata Adit menggoda. Elsa tersenyum mendengar godaan itu, “Ya lah Dek, masa mau wawancara penampilannya berantakan.” “Adit senang Kak Elsa dipanggil kerja di perusahaan itu,” kata Adit, “Karena Adit tahu perusahaan itu termasuk yang paling top sekarang.” “iya sih, ini berkat rekomendasi dari perusahaan Kak Elsa di Jerman kemarin,” terang Elsa. “ya itu bagus, Daddy berdoa semoga kamu diterima di sana,” kata Frans. “Terima kasih Daddy atas doanya,” kata Elsa. “Ya sudah Elsa berangkat dulu takut macet di jalan na
Rama keluar dari ruang kerja Danu dan berjalan menghampiri Elsa. “Ikut saya,” perintah Rama dan Elsa pun mengikuti langkah pria itu. Tidak ada pembicaraan antara keduanya selama dalam perjalanan menuju ruang yang dituju. Dari jarak yang cukup dekat seperti sekarang Elsa bisa mengamati pria itu dengan cermat, usia Rama mungkin sudah 38 atau lebih, tampak sekali kedewasaan dalam sikap dan pembawaannya. Dengan kacamata di wajahnya memberikan kesan terlalu serius dan bukan orang yang murah senyum. Dengan tinggi tubuh 165 cm dan menggunakan hak 5 cm Elsa sudah termasuk wanita yang bertubuh tinggi tapi masih kurang tinggi saat berjalan di samping Rama karena dia hanya sebahu pria itu. Kemudian mereka sampai pada ruangan yang dituju. Elsa bisa melihat ruangan kerja yang nyaman ada sekat ruang masing-masing dari kaca gelap untuk para pekerja yang terkesan luas. Elsa bisa melihat ada dua orang pegawai berada si sana, yang begitu melihat Elsa langsung tersenyum lebar dan berdiri mengham
Elsa masih benar-benar terkejut karena ternyata klien yang akan bekerja sama dengan perusahaan tempatnya bekerja adalah Ikbal. “Sa, apa kabarmu?” Ikbal kembali mengulang pertanyaannya, pandangannya kembali beralih pada Elsa. “Baik,” jawab Elsa pelan. “Jadi kamu yang merancang gambar untuk gedung baru perusahaanku?” tanya Ikbal lagi dan Elsa hanya mengangguk kan kepalanya. “Kapan kamu mulai bekerja dengan Mas Rama, Sa?” tanya Ikbal lagi. Elsa merasa jengah dengan begitu banyak pertanyaan Ikbal sementara Rama hanya melihat pada Elsa yang terlihat mulai tak nyaman. “Duduklah Bal,” kata Rama menyuruh Ikbal untuk duduk, karena pria itu masih berdiri terpaku melihat Elsa. Ikbal melihat pada Rama, “Mas, kenapa tidak bilang kalau Elsa bekerja di perusahaan tempat Mas bekerja sih?” Rama hanya menarik napas dan memandang Ikbal, “Aku rasa kita di sini untuk membahas pekerjaan bukan membahas Elsa.” Melihat tatapan Rama membuat Ikbal terlihat segan, “Baiklah.” Kemudian Ikbal duduk di had
Setelah sampai di kantor Rama segera bergegas meninggalkan Elsa dan langsung menuju ruang kerja Danu. Danu sedikit terkejut karena Rama masuk tanpa mengetuk pintu dan menutupnya dengan membanting cukup keras. “Lain kali kalau kau berani ikut campur urusan pribadiku dan mencoba untuk memberi tahukan tentang apa yang terjadi dan apa yang aku lakukan dikantor ini, aku akan benar-benar mengajukan untuk melengserkan dari kedudukanmu yang sekarang!” kata Rama dengan keras dan memberikan ultimatum pada Danu. Danu yang mendengar itu langsung berdiri, “Dia menerorku dan kalau aku tak memberikan jawaban yang memuaskan dia akan terus bertanya seperti biasa.” Rama bersedekap dada, “Kau itu temanku apa sekutu Ibuku?” “Temanmu! Tapi aku juga tidak akan berani menghadapi Ibumu!” sahut Danu. “Kau pria dewasa dan umurmu sudah lebih 40 tahun, dan kau masih takut dengan Ibuku?” tanya Rama tak percaya menyipitkan matanya menatap Danu. “Apa kau sendiri berani menentang Ibumu?” tanya Danu dan pertan
“Kita jalan-jalan yuk,” ajak Rama pada Elsa. “Mau jalan ke mana?” tanya Elsa. “Ngak tahu,” jawab Rama. “Ya sudah, kita pergi sekarang nanti kalau sudah di jalan baru kita putuskan mau ke mana,” ucap Elsa, “Abang tunggu di sini Elsa ganti baju dulu.” Elsa sangat senang akhirnya setelah berminggu-minggu tidak pergi ke mana pun, dia bisa menikmati untuk bisa pergi keluar. Rama mengajaknya pergi ke sebuah pameran yang ada di kota ini. “Kita jalan-jalan di sini,” ajak Rama sambil mengulurkan tangannya. Elsa menerima uluran tangan Rama dan pria itu menautkan jari-jari mereka seperti sepasang kekasih. Stand kuliner adalah yang banyak mereka datangi, apalagi Elsa sudah lama tidak memakan beberapa jajanan yang dia suka. “Coba ini Bang,” Elsa mengulurkan sendok yang berisi potongan kue ke dekat mulut Rama. Pria itu sedikit ragu untuk menerimanya, tapi akhirnya dia membuka mulut dan menerima suapan dari Elsa. Setelahnya Elsa pun menyuapkan potongan kue lain ke mulutnya dengan memakai
Rama melambaikan tangan ketika sudah berada di dalam mobil yang di kendarai oleh Bapaknya.“Kok kamu ngak bilang kalau mau pulang hari ini Ram?” tanya Ibu Tri melihat pada Rama yang duduk di kursi belakang.“Rencana sih dua hari lagi Bu, tapi begitu kerjanya selesai hari ini Rama langsung ke pikiran langsung mau pulang,” sahut Rama menjelaskan.“Mungkin feeling sama situasi di sini ya Ram?” tanya Ibu Tri lagi.“Ya,” sahut Rama singkat.“Untung tadi Elsa ngak marah, kamu itu hampir bikin ibu kehilangan calon mantu kesayangan,” sungut ibunya.“Ya kalau ngak Elsa ngak jadi, kan masih ada calon satunya,” ucap Bapaknya.“Calon yang mana maksud Bapak?” tanya Ibu Tri.“Itu cewek yang foto bareng Rama,” sahut Bapak Rama.“CK, cewek yang suka pakai baju seksi itu?” sahut Ibu Tri.Bapak Rama menganggukkan kepalanya,” Iya.”“Ngak mau, cewek ngak sopan begitu ngak pantes jadi calon mantuku,” sahut Ibu Tri ketus.“Ram, Ibu mau tanya...” perkataan Ibu Tri terhenti saat melihat Rama y
Rama berkali-kali melirik bergantian, pada Elsa yang duduk tak jauh darinya dan pada enam pasang mata yang ada di belakangnya.Rama tak berhenti mengusap wajah juga lehernya.Rasa kebas masih terasa di kaki juga badannya karena pekerjaan dan penerbangan yang dia lakukan dalam satu hari ini.Sementara Elsa yang duduk cukup jauh dari Rama hanya melirik pria itu dari sudut matanya sambil menundukkan wajah dengan jari yang terpilin di pangkuan.“kamu sudah sehat Sa?” Rama membuka pembicaraan.Elsa hanya menganggukkan kepalanya masih dengan menunduk.“Maaf tadi Abang ngak bermaksud...” ucapan Rama terhenti karena batuk yang coba di tahannya.Rama mengeluarkan sapu tangan dari arah kantong celananya.Elsa mengangkat wajahnya dan melihat kalau sapu tangan itu terlihat agak kotor.Gadis itu baru menyadari saat melihat wajah Rama secara dekat seperti ini.Wajahnya sangat terlihat kusam, lelah dan juga lingkar yang jelas tanda hitam di sekitar matanya.“Mau ke mana Sa?” tanya Rama s
Kemarahan Sumi dan juga Ibu Tri kepada Lukman juga Ikbal gara-gara membuat Elsa pingsan, membuat kedua pria itu diusir dan dilarang untuk datang.Elsa segera di bawa ke rumah sakit, takut sesuatu yang buruk terjadi karena gadis itu cukup lama pingsan.“Mas Ikbal lebih dulu yang memukul,” ucap Elsa lirih dengan wajah sedikit bengkak, saat dia sudah sadar.“Tapi tetap saja seharusnya mereka tidak berkelahi di dekatmu, keterlaluan!” omel Sumi, “Tuh Mba ajari keponakannya, kok bikin rusuh di rumah orang!”“Ck, tenang saja nanti Mbak bakal marahin dia nanti,” sahut Ibu Tri sambil mengambil telepon genggamnya dan tidak lama terdengar omelan panjang lebar darinya.“Bu, Elsa mau pulang saja ngak usah nginap di sini,” ujar Elsa pada Sumi.“Tapi Sa..”“Elsa takut tinggal di rumah sakit lagi,” sela Elsa.“Tunggu Daddymu dan Ayah datang ya, baru kita pulang,” sahut Sumi yang mengerti ketakutan Elsa.“Abang susah banget sih di hubungi,” Adit masuk dengan bersungut.“Mungkin Abang masih s
Ibu Tri merenggut saat mendengar tuduhan Sumi pada Rama. “Jangan asal bicara ya, cah gantengku itu tidak mungkin selingkuh,” bantah Ibu Tri sambil menatap Sumi tajam. “Lho Mbak ngak percaya, coba Adit mana foto Rama sama cewek seksi kemarin,” Sumi mengulurkan tangannya meminta agar Adit memberikan hape miliknya. Adit hanya mengaruk kepalanya, ini kalau sudah berurusan dengan Ibu-ibu yang suka ikut campur urusan anaknya. “Mana!” Sumi terlihat tak sabar. “Iya sebentar Bu,” ucap Adit sambil mengeluarkan hapenya dan memberikan pada ibunya. “Nah ini buktinya,” ujar Sumi sambil memperlihatkan hape adit pada Ibu Tri. Segera Ibu Tri melihat pada gambar yang ada di sana dan langsung mencebikan bibirnya. “Hanya gambar seperti itu tidak membuktikan kalau cah gantengku pacaran sama perempuan itu,” cibir Ibu Tri. “Lho ini kan jelas kalau Rama di sana sama perempuan lain, mereka pacaran,” tegas Sumi tak mau kalah. “Sumi coba perhatikan baik-baik,” Ibu Tri menunjuk gambar pada gawai itu, “
Elsa merenung, untuk apa dia begitu marah pada Rama tadi sampai harus menangis dan mengatakan pria itu jahat dan pembohong, sangat kekanak-kanakan.“Huf, Abang pasti marah sama aku,” pikir Elsa, “Aku marah-marah ngak jelas seperti tadi.”Dia memandang telepon genggamnya, melihat beberapa notifikasi pesan masuk.(“Sa, Abang minta maaf kalau ada salah sama kamu ya.”)(“Abang sibuk banget sampai sering lupa menghubungi kamu.”)(“Abang usahakan untuk segera menyelesaikan semua kerjaan di sini, biar bisa cepat pulang.”) (“Jangan marah ya Sa, Abang mohon sekali lagi minta maaf🙏🙏 kalau memang Abang ada salah.”)Elsa membaca pesan itu, sungguh hati gadis itu menjadi tidak nyaman dengan pesan yang di kirim Rama padanya.Permohonan maaf dari Rama untuk kesalahan yang sebenarnya tidak di lakukan pria itu.Padahal sah-sah saja kalau Rama berselfi atau swafoto dengan orang lain sekalipun itu dengan perempuan cantik seksi menggoda seperti Nindya.Untuk apa marah? Hak apa marah? Elsa
Baiklah! Baiklah! obrolan berlangsung panas, apalagi kalau para pria membicarakan soal wanita seksi.“Ck...ck...” terdengar decak kagum dari mulut Adit dan membuat Elsa kesal melihatnya.Adit yang baru datang ikut bergabung dengan Elsa, Alfa juga Steven.“Bodinya memang seksi abis,” Adit terus memandangi gambar dari ponsel Alfa, “Aku mau follow dia.”“Wuih, yang follow dia banyak sampai satu juta lebih,” Steven ikut membuka tautan media sosial.“Dia sudah follow back aku!” Adit terlihat kegirangan karena begitu cepat mendapat tanggapan.“Sama Dit!” seru Steven dan kembali tos para pria di lakukan.“Kerja di mana di Mas?” tanya Adit.“Oh itu, perusahaan besar,” sahut Alfa menyebutkan nama perusahaan itu.“Dia ini termasuk orang kepercayaan Pak Bram, waktu aku ikut rapat dengan bos waktu itu,” lanjut Alfa bercerita sambil mengunyah makanan.“Orangnya memegang asli cantik dan bodinya, beuh,” Alfa terus berceloteh mengacungkan dua jempol jarinya, “Semolohoy.”Tangan Alfa memben
Bunyi mesin EKG terdengar pelan, pria tua yang berbaring itu terlihat seperti tidur dengan tenang.Mesin bantu pernapasan terpasang dengan beberapa selang yang menempel di tubuhnya.“Bagaimana keadaan tuan Haris?” pria dengan berjas hitam itu memperhatikan Haris yang berbaring tanpa daya.“Kondisinya masih kritis, tapi sepertinya dia berusaha untuk bertahan,” ujar pria dengan menggunakan baju OK putih.“Aku rasa tuan Haris punya alasan untuk bertahan.”“Apa Anda tak menghubungi keluarganya, siapa tahu...”“Tidak, karena justru itu akan membuat nyawa tuan Haris dalam bahaya lagi.”“Tapi...”“Dia sudah memberi amanat, kecuali kalau dia sudah mati baru dia ingin ada keluarga yang berada di sampingnya.” “Itu aneh.”“Ya, tuan Haris memang aneh.”“Tapi saya akui, dia pria tua yang kuat walaupun nyaris saja suntikan itu mengenai jantung dan pembuluh darahnya.”“Itu benar.”“Apakah rekaman cctv yang saya berikan sudah ada titik terangnya?”“Belum, karena sepertinya orang ini p
Cafe itu masih sunyi, hanya beberapa pengunjung yang terlihat. Dua orang saling duduk berhadapan di pojok ruangan, sambil sesekali memperhatikan orang yang keluar masuk di cafe itu dan terlihat sedang terlibat pembicaraan serius. “Sebaiknya kau hentikan dulu rencanamu itu.” “Apa hentikan?” “Ya hentikan saja.” “Kau pikir aku akan hidup tenang selama keturunan Ratih masih hidup?” Terdengar helaan nafas panjang, “Kau bisa menundanya dulu.” “Aku sudah menyusun semuanya dan dalam waktu kami akan menjalankannya.” “Jangan sekarang, apa kau tahu polisi sudah melakukan penyelidikan dan beberapa orang sudah di curiga.” “Mungkin saja beberapa orang itu tidak termasuk aku.” “Jangan terlalu percaya diri, mungkin sekarang kau tidak termasuk yang di curiga tapi tidak mungkin semakin lama arahnya akan ke sana.” “Ha...ha...ha..! “Apa yang membuatmu tertawa? Apa kau pikir semua ini lucu?” terdengar nada tersinggung dari lawan bicaranya. “Lucu, sangat lucu.” “Bagian mana yang kau anggap lu