Dea melangkahkan kakinya masuk ke ruangan itu. Hatinya berdesir tak karuan mengingat kemarin lusa dia menangis sesenggukan di pundak Andre. Andre memberikannya bingkisan kecil, perempuan itu langsung mengerutkan alisnya. “Coba buka dulu,” perintah lelaki itu yang duduk di depannya. Dengan gerakan gusar, Dea membuka bingkisan itu perlahan. ‘Kalung?’ batinnya terkejut. Ia langsung mendongakkan pandangannya pada lelaki di depannya. Andre tampak tersenyum lebar. “Ini hadiah buat kamu biar tidak sedih lagi. Maafkan Mas yang sudah memicu konflik di rumah tangga kamu. Mas benar-benar merasa bersalah,” jelas Andre. Lelaki itu benar-benar merasa bersalah pada Dea, tatapan sayu terlihat di wajah pria berjambang tipis. Dea menelan salivanya, ia paham jika Andre sedang salah paham sekarang. “Maaf Pak, tapi saya tidak bisa menerimanya,” tolak Dea halus. Mata lelaki itu melebar, ia selalu mendapat penolakan dari wani
Read more