Rita terekejut melihat wajah Dea yang merah dengan mata sembab.
“Sayang kamu kenapa? Kok kayak habis nangis?” tanya Rita khawatir.
“Eh Mama,” kaget Dea. Ia sangat gelagapan mendapat pertanyaan dari Rita.
“Sini cerita sama Mama, kamu kenapa?” Rita langsung menggeret Dea untuk duduk di atas sofa.
“Tidak apa-apa kok Ma, ini tadi kakiku sedikit nyeri,” bohong Dea.
“Yakin hanya itu?” tanya Rita dengan alis yang berkerut. Ia tak percaya dengan ucapan wanita di depannya tersebut.
“Iya Ma... Dea sekarang lapar,” keluh Dea mencoba mengalihkan topik.
“Yasudah makan dulu yuk, Mama tadi bawa makanan buat kamu sama Kevin,” ucap Rita.
“Aku ganti baju dulu ya Ma,” kata Dea yang langsung berdiri.
“Iya Sayang, Mama siapin makanannya dulu ya...” ujar Rita.
Ketika Dea sudah berada di dalam kamarnya.
“Hahhh...&rdqu
Lewat cermin meja rias, Dea mengamati suaminya dengan dongkol. Bagaimana bisa ia meminta izin padanya untuk menemui pelakor yang sudah menghancurkan hatinya.Dea tak memberi jawaban apapun. Mulutnya terbungkam dengan rapat. Merasa lelah jika berdebat dengan Kevin.“Sayang...” rengek Kevin. Namun, Dea tetap mengacuhkannya.Akhirnya lelaki itu hanya terdiam karena dicueki istrinya.Dea langsung beringsut masuk ke dalam selimut dan segera menutup matanya.Kevin yang mulai sadar sudah menyinggung istrinya langsung memeluknya, berharap hal ini bisa meringankan rasa dongkol Dea.Dia tetap diam saja, dan perlahan alam sadarnya menghilang.Keesokan paginya Kevin dan Dea berangkat bersama, bedanya kali ini keduanya dalam diam. Tak seperti kemarin yang penuh dengan keromantisan, Dea beberapa kali menolak perhatian dari Kevin dan pada akhirnya lelaki itu merasa lelah.Sesampainya di sekolahan, Andre sudah menunggunya di lobi.
Kedua bola mata mereka tertuju satu sama lain, ada binar di setiap bola mata itu.Dea menunggu pertanyaan dari mulut lelaki di depannya, tetapi Andre sedari tadi hanya menatapnya tanpa melanjutkan ucapannya.“Anda ingin bertanya apa Pak?” tanya Dea. Lelaki itu langsung mengerjapkan matanya beberapa kali. Berusaha menyadarkan kembali pikirannya, wanita di depannya seperti menghipnotisnya beberapa waktu.“Em... Aku bertanya sebagai Andre biasa, bukan kepala sekolah. Jadi aku minta kamu jangan terlalu formal padaku,” pinta Andre.Dea mengedipkan beberapa kali matanya karena terasa kering setelah cukup lama menatap manik Andre.“Iya, saya akan menjawabnya,” setuju Dea.Andre sempat menggigit bibir bawahnya sebelum melontarkan pertanyaan.“Em, soal video ini. Mau kamu gunakan untuk apa? Bercerai? Atau-” omongan Andre terpotong oleh ucapan Dea.“Maaf Mas, aku tidak bisa memberitah
Tanpa diduga Nino berani mengungkapkan tujuannya yang tak sopan itu padanya. Ini sangat mengejutkan karena seorang pria ingin mengajak istri orang untuk dinner tetapi izin pada suami dari perempuan itu terlebih dahulu.“Apa kamu gila?!” tanya Kevin heran. “Tidak! Aku tidak akan mengizinkannya,” tolaknya.“Biarkan Dea bersamaku satu malam saja, ini demi keselamatannya Vin,” kekeh Nino yang tidak mau kalah dari Kevin. Dia harus menyelesaikan tugasnya secepat mungkin agar terlepas dari belenggu mak lampir.‘Lagi-lagi soal keselamatan Dea. Maksud anak ini apa sih!’ benak Kevin yang penuh emosi.“Memang apa yang mengancam keselamatan istriku? Kamu jangan berbicara omong kosong,” sergah Kevin yang sedikit emosi karena Nino terlalu sok padanya. Mereka berdua saling beradu tatapan tajam.“Icha,” jawab Nino. Kevin semakin kebingungan, hanya satu nama itu sudah membuat Nino kela
“Ayo, kalian ganti baju dulu. Cepat ya!!! Ini waktunya sudah mepet!” perintah Rita pada Dea dan Kevin.“Sebentar ya Ma,” ucap Dea yang langsung masuk ke dalam kamarnya, Kevin mengikuti istrinya dari belakang.“Sayang!” panggil Kevin ketika sudah berada di dalam kamar.“Aku harus ke rumah Icha, kamu bisa bujuk Mama buat tidak ajak aku nggak?” rayu Kevin.Dea tak membuka mulutnya sama sekali.“Sayang... aku mohon, ini sangat penting. Aku tidak bisa membatalkannya,” mohon Kevin. Sayangnya itu tak mempan pada perempuan yang ada di depannya. Dea langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.“Arrgghhhh!!!” teriak Kevin dengan mulut yang ditutupi oleh bantal. Dia merasa sangat frustrasi dengan kondisi seperti ini.Pada akhirnya Kevin memilih izin pada Mama agar tak diikutkan dalam agenda itu.“Ma,” panggil Kevin.“
Telepon yang sebelumnya Dea genggam kini sudah meluncur dengan cepat di lantai.“Astaga Sayang! HP ku jatuh!” pekik Kevin yang kaget melihat smartphone miliknya terjatuh ke lantai.“Ups! Sorry!” balas Dea dan langsung mengambil ponsel itu. Tak ada lecet sedikitpun, semua masih aman. Ia cukup lega, karena jika ponsel ini rusak maka ia harus memprogram ulang aplikasi penyadap yang ia pasang. Kemudian Dea menatap suaminya dengan sangat tajam hingga membuat lelaki itu kicep.“Barusan Icha telepon sambil pamer punyanya,” jelas Dea sembari memberikan ponsel itu pada suaminya. “Bagus juga badan dia, apalagi pakai baju tipis warna kesukaanmu,” sosor Dea tanpa ampun. Kevin nampak gelagapan mendengar penuturan Dea. Dea mendekat ke suaminya dan membelai dada bidang tersebut.“Pantas saja kamu tergoda,” bisik Dea manja hingga membuat tubuh lelaki itu berdesir. Kevin menelan salivanya dengan paksa, soal goda
Mobil sudah terparkir di depan salon, Rita dan Dea sudah masuk terlebih dahulu meninggalkan Kevin seorang diri di dalam mobil. Ia memang sengaja untuk menetap di dalam mobil lebih lama karena ingin menelpon Icha. Dea yang mengetahui hal itu memilih diam.“Hallo Cha,” panggil Kevin ketika sambungan telepon itu terhubung.“Masss... kata Dea kamu tidak bisa datang ke rumahku,” rengek Icha.Kevin tersenyum kaku mendengar penuturan istri sirinya.“Maaf ya Sayang, hari ini tiba-tiba Mama maksa aku ikut acara keluarga. Aku tadi sudah minta izin, tapi tidak dibolehin Mama,” jelas Kevin.“Huh!?” Icha nampak kesal karena rencananya lagi-lagi gagal. Jika dulu karena Dea, sekarang justru ibu mertuanya.“Trus aku bagaimana? Aku udah effort banyak buat sore ini, tiba-tiba batal,” rajuk Icha dengan bibir yang mengerucut.“Maaf ya, lain kali aku akan kesana, besok atau lusa,” uja
Nina nampak ketakutan melihat reaksi Dea, wanita itu mengeluarkan ekpresi kaget sekaligus senang ketika melihat Bimo.“Wahhh... siapa sangka aku langsung ketemu orangnya,” ledek Dea pada Nina yang terduduk lemas di kursi.Bimo mengerutkan alisnya, tak mengerti dengan percakapan Dea.Kevin semakin resah melihat tatapan Dea yang penuh dengan kebencian, secara garis besar Kevin mengerti jika istrinya sudah tau mengenai Nina yang menjadi mak comblang pernikahannya dengan Icha.“Sudah Sayang, ayo ke Mama,” ajak Kevin yang langsung memegang tangan istrinya. Dea langsung mengibaskan tangan suaminya.Dan berbisik pada Nina.“Selesaikan dengan cepat, atau kalau berdua akan mendapatkan pembalasan yang sangat keji dariku.”Mata Nina menyorotkan rasa takut yang berlebihan hingga membuat Bima langsung menjauhkan Dea dari Nina.“Good luck!” semangat Dea pada kedua orang tersebut, tak lupa membe
Kedatangan keluarga Icha di acara ini membuat Kevin tak berkutik, entah apa yang akan terjadi. Setiap orang yang ada disana memiliki pemikiran dan reaksi yang berbeda-beda.“Nah! Ini putri saya Pak, Icha...” Seno memperkenalkan anak perempuannya kepada Gito dan Rita. Orangtua Kevin tersenyum ramah ketika Icha mencium kedua tangan mereka.Sorot mata Seno sangat menyiratkan kebanggaan. Dea menatap keluarga Icha dengan datar, sedang Kevin menatapnya dengan gelisah.‘Entah apa mau mereka, tapi ini sangat keterlaluan!’benak Kevin yang tak terima atas kedatangan keluarga istri sirinya.“Ngomong-ngomong Pak Dewan bisa tau acara saya darimana ya? Seingat saya tidak mengundang anda untuk mengikuti acara ini, heheee...” tanya Gito sambil terkekeh. Papa mertua Dea menyadari ada hal yang mengganjal dari kedatangan tamu tak diundang ini.“Haha... saya diundang sama Kevin Pak, jadi sekalian untuk bersilaht