Mobil sudah terparkir di depan salon, Rita dan Dea sudah masuk terlebih dahulu meninggalkan Kevin seorang diri di dalam mobil. Ia memang sengaja untuk menetap di dalam mobil lebih lama karena ingin menelpon Icha. Dea yang mengetahui hal itu memilih diam.
“Hallo Cha,” panggil Kevin ketika sambungan telepon itu terhubung.
“Masss... kata Dea kamu tidak bisa datang ke rumahku,” rengek Icha.
Kevin tersenyum kaku mendengar penuturan istri sirinya.
“Maaf ya Sayang, hari ini tiba-tiba Mama maksa aku ikut acara keluarga. Aku tadi sudah minta izin, tapi tidak dibolehin Mama,” jelas Kevin.
“Huh!?” Icha nampak kesal karena rencananya lagi-lagi gagal. Jika dulu karena Dea, sekarang justru ibu mertuanya.
“Trus aku bagaimana? Aku udah effort banyak buat sore ini, tiba-tiba batal,” rajuk Icha dengan bibir yang mengerucut.
“Maaf ya, lain kali aku akan kesana, besok atau lusa,” uja
Nina nampak ketakutan melihat reaksi Dea, wanita itu mengeluarkan ekpresi kaget sekaligus senang ketika melihat Bimo.“Wahhh... siapa sangka aku langsung ketemu orangnya,” ledek Dea pada Nina yang terduduk lemas di kursi.Bimo mengerutkan alisnya, tak mengerti dengan percakapan Dea.Kevin semakin resah melihat tatapan Dea yang penuh dengan kebencian, secara garis besar Kevin mengerti jika istrinya sudah tau mengenai Nina yang menjadi mak comblang pernikahannya dengan Icha.“Sudah Sayang, ayo ke Mama,” ajak Kevin yang langsung memegang tangan istrinya. Dea langsung mengibaskan tangan suaminya.Dan berbisik pada Nina.“Selesaikan dengan cepat, atau kalau berdua akan mendapatkan pembalasan yang sangat keji dariku.”Mata Nina menyorotkan rasa takut yang berlebihan hingga membuat Bima langsung menjauhkan Dea dari Nina.“Good luck!” semangat Dea pada kedua orang tersebut, tak lupa membe
Kedatangan keluarga Icha di acara ini membuat Kevin tak berkutik, entah apa yang akan terjadi. Setiap orang yang ada disana memiliki pemikiran dan reaksi yang berbeda-beda.“Nah! Ini putri saya Pak, Icha...” Seno memperkenalkan anak perempuannya kepada Gito dan Rita. Orangtua Kevin tersenyum ramah ketika Icha mencium kedua tangan mereka.Sorot mata Seno sangat menyiratkan kebanggaan. Dea menatap keluarga Icha dengan datar, sedang Kevin menatapnya dengan gelisah.‘Entah apa mau mereka, tapi ini sangat keterlaluan!’benak Kevin yang tak terima atas kedatangan keluarga istri sirinya.“Ngomong-ngomong Pak Dewan bisa tau acara saya darimana ya? Seingat saya tidak mengundang anda untuk mengikuti acara ini, heheee...” tanya Gito sambil terkekeh. Papa mertua Dea menyadari ada hal yang mengganjal dari kedatangan tamu tak diundang ini.“Haha... saya diundang sama Kevin Pak, jadi sekalian untuk bersilaht
Semua orang tertuju pada sumber keributan yang sedang terjadi. Di sana terlihat Icha, Dea, dan Nala. Rita yang mendengar teriakan besannya langsung mendekat, dan matanya melebar melihat gaun menantunya yang kotor karena tumpahan jus dari gelas Icha.“Aduh maaf Mbak, aku tidak sengaja,” ucap Icha yang langsung mengambil tisu berniat untuk membersihkan tumpahan jus yang menempel pada baju istri sah suaminya. Dea menatap Icha dengan datar, wanita itu bahkan berani senyum mengejek kepadanya. Nala menyadari ada hal yang ganjal diinteraksi Dea dan Icha, firasat seorang ibu memang tak bisa dibohongi.‘Benar-benar bikin repot saja,’batin Dea yang sangat jengah karena terus-terusan diganggu oleh Icha.Nala melihat bagian dress putrinya yang kotor, air jus itu menetes ke lantai. Icha menumpahkan cukup banyak air ke dress Dea.Hanya menghela napasnya, menahan emosi.“Ada apa Sayang?” Rita langsung mendekat pa
Kericuhan yang terjadi membuat Kevin dan David bergegas mendekat.“Ada apa Ma?” tanya Kevin.Rita langsung melirik putranya dengan tatapan tajam, perempuan itu masih digerogoti rasa kesal. Apalagi yang membuat kericuhan ini adalah tamu dari Kevin.“Lihat dress Dea!” tunjuk Rita, “ini ulah tamumu.”Mata Kevin langsung tertuju pada dress yang dipakai istrinya, basah dan kotor. Dea yang melihat mertuanya penuh emosi akhirnya melakukan inisiatif untuk menyudahi konflik yang terjadi.“Dea tidak apa-apa Ma, masih bisa ganti baju kok,” tenang Dea sembari memberikan senyuman tipis.“Tapi-” Rita masih tak terima.“Ma...” panggil Dea lemah, memberikan kode pada mertuanya agar segera berhenti berdebat. Banyak tamu yang menatap mereka dengan heran. Ini akan menjadi konflik yang panjang jika diteruskan. Rita menghela napasnya pasrah. Dia tak bisa membantah jika menantunya send
‘Anak dan bapak sama saja, suka ngancam!’ batin Kevin yang tak terima. Dia benar-benar bingung seperti buah simalakama. Apa yang harus Kevin pilih? Pikirannya sangat kacau.Dia tak bisa menolak ancaman Seno, dan akhirnya memilih jawaban, “saya akan membereskannya, tolong beri sedikit waktu,” ujar Kevin yang tak ingin mengambil resiko besar. Menurutnya ini adalah pilihan yang tepat.Seno tersenyum tipis, menantunya sangat mudah untuk disetir.“Baiklah, saya tunggu. Kalau sampai kamu tidak melakukannya dan berpisah dengan perempuan itu, maka ancaman saya bukan sekedar bualan. Kamu mengertikan?” tanya pria itu dengan menepuk pundak Kevin beberapa kali.Menantunya hanya menganggukkan kepalanya beberapa kali, tanda setuju dengan ucapan mertuanya.“Bagus,” ucap Seno. “Ngomong-ngomong sampai kapan kamu akan menyembunyikan Icha dari orangtuamu? Aku merasa tersinggung dengan kedua orangtua
Dea melirik suaminya yang sedang dalam kondisi bingung, dia sangat membenci melihat Kevin tak berdaya seperti itu.“Buka Mas,” perintah Dea pada Kevin. Lelaki itu sempat ragu untuk menuruti perintah istrinya, tapi pada akhirnya ia tetap menurunkan kaca mobil.Terlihat Seno dengan ekspresi bengis menatap kedua manik Dea.“Jadi kamu yang mempermalukan putriku di tempat umum?” tanya Seno tanpa basa-basi.Dengan santai Dea menjawab, “Putri Anda yang mempermalukan dirinya sendiri di tempat umum.” Tak ada sedikitpun rasa takut di wajah perempuan itu. Justru ia merasa ingin tertawa melihat pria paruh baya di depannya yang sangat sok berkuasa.“Tetap saja kamu yang bikin masalah!” seru lelaki itu tak ingin disalahkan.“Terserah Bapak,” pungkas Dea dan menutup kaca mobil, sebelum kaca itu tertutup dengan rapat. Seno sempat mengucapkan sebuah ancaman untuk Dea. Namun, perempuan itu hanya meng
Mendengar teriakan itu membuat Kevin terkejut dan langsung mendatangi istrinya. Kakinya sempat tersandung karpet yang ada di ruang tengah karena panik. Saat sampai di depan kamar, mata Kevin melebar melihat pemandangan di dalam. Dea yang tau kehadiran Kevin langsung memeluk tubuh lelaki itu. Dia sangat benci dengan darah, apalagi sekarang hampir seluruh lantai dan ranjangnya dipenuhi dengan cairan merah berbau amis. “Mas, ini kok bisa kayak gini?” tanya Dea panik. Perempuan itu terlihat terkejut melihat kamarnya yang porak poranda dengan beberapa darah yang sudah berceceran di ranjang mereka. Kevin menelan salivanya dengan paksa, ‘Apa ini yang dimaksud Papa Icha?’ batinnya. “Mas!” sentak Dea membuyarkan lamunan suaminya. Kevin langsung gelagapan mendengar suara istrinya yang meninggi. Dirinya sedang ling-lung sekarang. “Tidak tau, Mas tidak tau kenapa bisa seperti ini.” Lelaki itu terlihat kebingungan, otaknya tak bisa diajak bekerja sama memikirkan masalah yang sedang dihadapi. D
Keesokan paginya, Dea berangkat ke sekolah dengan lemas. Badannya terasa sangat lelah lantaran semalam banyak yang dia lakukan. Otaknya tak berhenti memikirkan kemungkinan yang akan terjadi di masa mendatang. Keluarga Icha benar-benar gila, ia sangat yakin jika darah yang ada di kamarnya adalah ulahnya. Entah itu Icha sendiri atau bapaknya. Mendapat teguran langsung saat di acara mertuanya, membuat Dea jika musuhnya bisa melakukan apa saja untuk mendapatkan tujuannya.Sayangnya ia juga memiliki tujuan tersendiri. Dan intinya sama dengan keluarga Icha, yakni cerai dengan Kevin. Ia tak ingin hidup dalam rumah tangga yang toxic. Cerai adalah pilihan yang tepat untuknya. Namun, sebelum itu, ia harus mengambil semua hartanya dan suaminya.“Mbak Dea,” sapa Sri yang berjalan di belakangnya.“Pagi...” Wanita itu tersenyum lebar menyapa Dea.Dea memamerkan senyum manis pada rekan kerjanya.“Pagi-pagi kok sudah lem