Semua orang tertuju pada sumber keributan yang sedang terjadi. Di sana terlihat Icha, Dea, dan Nala. Rita yang mendengar teriakan besannya langsung mendekat, dan matanya melebar melihat gaun menantunya yang kotor karena tumpahan jus dari gelas Icha.
“Aduh maaf Mbak, aku tidak sengaja,” ucap Icha yang langsung mengambil tisu berniat untuk membersihkan tumpahan jus yang menempel pada baju istri sah suaminya. Dea menatap Icha dengan datar, wanita itu bahkan berani senyum mengejek kepadanya. Nala menyadari ada hal yang ganjal diinteraksi Dea dan Icha, firasat seorang ibu memang tak bisa dibohongi.
‘Benar-benar bikin repot saja,’ batin Dea yang sangat jengah karena terus-terusan diganggu oleh Icha.
Nala melihat bagian dress putrinya yang kotor, air jus itu menetes ke lantai. Icha menumpahkan cukup banyak air ke dress Dea.
Hanya menghela napasnya, menahan emosi.
“Ada apa Sayang?” Rita langsung mendekat pa
Kericuhan yang terjadi membuat Kevin dan David bergegas mendekat.“Ada apa Ma?” tanya Kevin.Rita langsung melirik putranya dengan tatapan tajam, perempuan itu masih digerogoti rasa kesal. Apalagi yang membuat kericuhan ini adalah tamu dari Kevin.“Lihat dress Dea!” tunjuk Rita, “ini ulah tamumu.”Mata Kevin langsung tertuju pada dress yang dipakai istrinya, basah dan kotor. Dea yang melihat mertuanya penuh emosi akhirnya melakukan inisiatif untuk menyudahi konflik yang terjadi.“Dea tidak apa-apa Ma, masih bisa ganti baju kok,” tenang Dea sembari memberikan senyuman tipis.“Tapi-” Rita masih tak terima.“Ma...” panggil Dea lemah, memberikan kode pada mertuanya agar segera berhenti berdebat. Banyak tamu yang menatap mereka dengan heran. Ini akan menjadi konflik yang panjang jika diteruskan. Rita menghela napasnya pasrah. Dia tak bisa membantah jika menantunya send
‘Anak dan bapak sama saja, suka ngancam!’ batin Kevin yang tak terima. Dia benar-benar bingung seperti buah simalakama. Apa yang harus Kevin pilih? Pikirannya sangat kacau.Dia tak bisa menolak ancaman Seno, dan akhirnya memilih jawaban, “saya akan membereskannya, tolong beri sedikit waktu,” ujar Kevin yang tak ingin mengambil resiko besar. Menurutnya ini adalah pilihan yang tepat.Seno tersenyum tipis, menantunya sangat mudah untuk disetir.“Baiklah, saya tunggu. Kalau sampai kamu tidak melakukannya dan berpisah dengan perempuan itu, maka ancaman saya bukan sekedar bualan. Kamu mengertikan?” tanya pria itu dengan menepuk pundak Kevin beberapa kali.Menantunya hanya menganggukkan kepalanya beberapa kali, tanda setuju dengan ucapan mertuanya.“Bagus,” ucap Seno. “Ngomong-ngomong sampai kapan kamu akan menyembunyikan Icha dari orangtuamu? Aku merasa tersinggung dengan kedua orangtua
Dea melirik suaminya yang sedang dalam kondisi bingung, dia sangat membenci melihat Kevin tak berdaya seperti itu.“Buka Mas,” perintah Dea pada Kevin. Lelaki itu sempat ragu untuk menuruti perintah istrinya, tapi pada akhirnya ia tetap menurunkan kaca mobil.Terlihat Seno dengan ekspresi bengis menatap kedua manik Dea.“Jadi kamu yang mempermalukan putriku di tempat umum?” tanya Seno tanpa basa-basi.Dengan santai Dea menjawab, “Putri Anda yang mempermalukan dirinya sendiri di tempat umum.” Tak ada sedikitpun rasa takut di wajah perempuan itu. Justru ia merasa ingin tertawa melihat pria paruh baya di depannya yang sangat sok berkuasa.“Tetap saja kamu yang bikin masalah!” seru lelaki itu tak ingin disalahkan.“Terserah Bapak,” pungkas Dea dan menutup kaca mobil, sebelum kaca itu tertutup dengan rapat. Seno sempat mengucapkan sebuah ancaman untuk Dea. Namun, perempuan itu hanya meng
Mendengar teriakan itu membuat Kevin terkejut dan langsung mendatangi istrinya. Kakinya sempat tersandung karpet yang ada di ruang tengah karena panik. Saat sampai di depan kamar, mata Kevin melebar melihat pemandangan di dalam. Dea yang tau kehadiran Kevin langsung memeluk tubuh lelaki itu. Dia sangat benci dengan darah, apalagi sekarang hampir seluruh lantai dan ranjangnya dipenuhi dengan cairan merah berbau amis. “Mas, ini kok bisa kayak gini?” tanya Dea panik. Perempuan itu terlihat terkejut melihat kamarnya yang porak poranda dengan beberapa darah yang sudah berceceran di ranjang mereka. Kevin menelan salivanya dengan paksa, ‘Apa ini yang dimaksud Papa Icha?’ batinnya. “Mas!” sentak Dea membuyarkan lamunan suaminya. Kevin langsung gelagapan mendengar suara istrinya yang meninggi. Dirinya sedang ling-lung sekarang. “Tidak tau, Mas tidak tau kenapa bisa seperti ini.” Lelaki itu terlihat kebingungan, otaknya tak bisa diajak bekerja sama memikirkan masalah yang sedang dihadapi. D
Keesokan paginya, Dea berangkat ke sekolah dengan lemas. Badannya terasa sangat lelah lantaran semalam banyak yang dia lakukan. Otaknya tak berhenti memikirkan kemungkinan yang akan terjadi di masa mendatang. Keluarga Icha benar-benar gila, ia sangat yakin jika darah yang ada di kamarnya adalah ulahnya. Entah itu Icha sendiri atau bapaknya. Mendapat teguran langsung saat di acara mertuanya, membuat Dea jika musuhnya bisa melakukan apa saja untuk mendapatkan tujuannya.Sayangnya ia juga memiliki tujuan tersendiri. Dan intinya sama dengan keluarga Icha, yakni cerai dengan Kevin. Ia tak ingin hidup dalam rumah tangga yang toxic. Cerai adalah pilihan yang tepat untuknya. Namun, sebelum itu, ia harus mengambil semua hartanya dan suaminya.“Mbak Dea,” sapa Sri yang berjalan di belakangnya.“Pagi...” Wanita itu tersenyum lebar menyapa Dea.Dea memamerkan senyum manis pada rekan kerjanya.“Pagi-pagi kok sudah lem
"Semakin hari dia semakin murung. Apa masalahnya begitu besar?" gumam Andre melihat punggu Dea yang menghilang dari balik pintu. Setelah mengetahui fakta jika wanita yang dicintainya telah dimadu soleh Kevin. Membuat Andre menyesal kenapa dulu tak memaksa kehendaknya untuk menikahi Dea. Ia berpikir jika Kevin adalah lelaki tepat yang bisa membahagiakan wanita itu. Pada kenyataannya tidak. Hatinya ikut sakit melihat Dea yang nampak sedih. Meskipun sudah ditutupi sebaik mungkin, tapi Andre tau jika dia tengah terpuruk. "Pak Andre," sapa Jono. "Iya?" "Lagi lihat apa Pak?" penasaran lelaki paruh baya itu. Ketika keluar dari kantor ia melihat Andre mematung di koridor, ini membuatnya bertanya-tanya apa yang dilakukan kepala sekolahnya. "Lihat kelas-kelas saja Pak. Ternyata anak-anak menjaga kebersihan dengan baik." "Oh..." Jono menganggukkan kepalanya beberapa kali. "Mau saya temani keliling?" tawarnya. "Boleh." ########## Di sisi lain, Kevin tengah membasuh wajahnya di washtafel.
Glek! Kevin menelan salivanya ketika Icha menurunkan bajunya. "Cha. Berhenti!" tolaknya. Namun kedua mata lelaki itu tak henti henti ya melihat buah dada di depannya. Icha mengacuhkan penolakan suaminya. Justru tangannya semakin nakal meraba tubuh lelaki itu."Cha...""Enakkan?" rayu Icha dengan bisikan manja di telinga lelaki itu."Jangan di sini, nanti keliatan orang di jalan." Kevin memejamkan matanya. Hasrat dalam dirinya tak bisa tertahankan."Tenang Sayang. Orang luar tidak bisa melihat kita. Nikmati saja."" Kita main oral saja kalau gitu.""Iya."Kedua insan tersebut melanjutkan aksinya dengan ganas. Terlalu lama tak dikeluarkan membuat lelaki itu beringas memainkan tubuh Icha, bahkan wanita itu bisa melawan sedikitpun.*** Ketika Kevin sedang bercumbu mesra dengan istri keduanya. Di sisi lain, Dea tengah termenung. Entah kenapa ia tak memiliki semangat untuk menikmati hari ini. Tubuhnya dipenuhi elemen stress hingga membuat wanita itu banyak berdiam diri. 'Kenapa hidupku j
"Maaf Pak Andre, hari ini badan saya tidak fit. Jadi butuh istirahat," jawab Dea. Dia tak ingin memaksakan badannya yang sangat lelah. "Oh iya Bu. Tidak apa-apa. Apa perlu saya antar pulang? Sepeda motornya bisa ditinggal di sekolahan," tawar Andre. "Tidak Pak. Nanti jadi makin repot." Dea sekali lagi menolak tawaran Andre. Ini memang pure dari dirinya bukan sekedar alasan. Andre pun menganggukkan kepalanya pasrah. Dia sebenarnya ingin memaksa wanita itu bersamanya, tapi melihat Dea yang lemah, letih, dan lesu membuatnya tak tega dan membiarkannya pergi begitu saja. "Huffttt..." ia menghela napasnya panjang. "Sabar Pak." Tiba-tiba suara Jono mampir di telingan Andre. itu sangat mengejutkan baginya. "Haha iya Pak Jono." Kepala Sekolah itu mengubah ekspresi sedihnya menjadi cengengesan. Jono pun menepuk pundak atasannya, "Kalau jodoh tidak akan kemana-mana kok Pak." Tal lupa pria paruh baya itu memberikan senyum simpul pada Andre. "Amiinn..." dia sangat mengharapkan adanya kesem